Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: New York
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Hubungan AS-Ukraina Mendidih, Trump Sebut Zelensky Diktator dan Komedian yang Terjun dalam Perang - Halaman all
Tribunnews.com
Jenis Media: Internasional

TRIBUNNEWS.COM - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Ukraina semakin mendidih.
Presiden AS Donald Trump meningkatkan perseteruannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dikutip dari Al Jazeera, Trump menyebut Zelensky sebagai diktator tanpa pemilu.
Pada Rabu (19/2/2025), lewat Truth Social, media sosial yang ia buat, Trump menyatakan Zelensky memanfaatkan dana AS untuk terjun ke perang yang "tidak dapat dia menangkan".
Trump menyindir Zelensky yang sebelum mengarungi dunia politik berprofesi sebagai komedian.
"Coba bayangkan, seorang komedian yang cukup sukses, Volodymyr Zelensky, membujuk Amerika Serikat untuk menghabiskan 350 miliar dolar untuk terjun ke dalam perang yang tidak dapat dimenangkan, yang tidak perlu dimulai," tulis Trump, yang juga pernah tampil di acara reality show.
Pernyataan ini menandai kritikan paling tajam Trump terhadap Zelensky.
Trump juga mengatakan Zelensky ingin agar "kereta gravy" terus berjalan, mengisyaratkan bahwa Ukraina mendapat keuntungan finansial dari bantuan AS.
Perang di Ukraina memasuki tahun ketiga tanpa tanda-tanda berakhir.
Trump sebelumnya mengklaim dapat mengakhiri perang ini dengan cepat.
Pada 12 Februari, ia mengungkapkan telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengusulkan untuk memulai negosiasi segera.
Pernyataan ini memicu kekhawatiran di Ukraina dan Eropa bahwa mereka dikecualikan dari perundingan.
Beberapa hari setelah itu, pejabat AS bertemu dengan Rusia di Arab Saudi tanpa melibatkan Ukraina.
Trump dan Putin juga merencanakan kunjungan ke negara masing-masing.
Sementara itu, Trump terus menekan Ukraina untuk membuat konsesi.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyebut upaya Ukraina untuk merebut kembali seluruh wilayahnya sejak 2014 sebagai tujuan yang "tidak realistis."
Trump bahkan menyalahkan Zelensky atas dimulainya invasi Rusia dan mengklaim bahwa Ukraina bisa saja menghindari perang dengan membuat kesepakatan lebih awal.
Respons Komunitas Internasional
Rusia telah lama mengklaim bahwa invasi mereka ke Ukraina diperlukan untuk melindungi warga sipil dan mencegah Ukraina bergabung dengan NATO.
Di sisi lain, Ukraina dan sekutunya di Eropa menganggap invasi itu sebagai agresi yang tidak beralasan.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan bahwa jika dilihat dengan objektif, Rusia yang sebenarnya hidup dalam kondisi kediktatoran, bukan Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menanggapi dengan tegas: "Tidak seorang pun dapat memaksa Ukraina untuk menyerah."
Di AS, kritik terhadap Trump semakin tajam. Senator Demokrat Chris Van Hollen mengatakan bahwa komentar Trump adalah "momen yang memalukan bagi Amerika Serikat."
Perang Kata-kata yang Memanas
Zelensky merespons Trump dengan mengatakan bahwa Trump hidup dalam "jaringan disinformasi" Rusia tentang perang di Ukraina. Ia menegaskan bahwa Ukraina tidak pernah memulai perang ini.
Kritik terhadap Trump datang dari banyak pihak, termasuk media.
Koresponden Al Jazeera, Kimberly Halkett, menilai komentar Trump merupakan taktik "intimidasi klasik" yang berusaha merendahkan pemimpin Ukraina.
Dikutip dari The New York Times, Zelensky menegaskan Ukraina tidak akan pernah menyerah, dan menuntut jaminan keamanan yang kuat untuk perdamaian yang abadi.
Ia juga mendesak Eropa dan AS untuk bekerja sama dalam mencari penyelesaian perang ini.
Pada saat yang sama, utusan AS Keith Kellogg telah tiba di Kyiv untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut dengan Ukraina.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Sentimen: negatif (99.2%)