JAKARTA - Adi Adrian selaku Presiden Direktur Wahana Musik Indonesia (WAMI) mengakui bahwa trust issue (masalah kepercayaan) jadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) di Indonesia.

Dari pengalamannya selama di WAMI, tidak sedikit yang mempertanyakan perihal transparansi. Oleh karenanya, Adi meminta anggota WAMI untuk melihat perihal pembayaran royalti melalui ATLAS.

“Kami menghadapi trust issue, pasti ditanyakan, ‘Ini benar dibayarkan nggak?’ Silahkan buka ATLAS, silahkan diakses gimana pembayarannya, dan sudah sampai mana,” ujar Adi kepada awak media di Cipete, Jakarta Selatan baru-baru ini.

Adapun, ATLAS merupakan sistem terbaru yang digunakan untuk mendistribusikan royalti kepada para penulis lagu yang menjadi anggotanya.

Adi mengatakan, seluruh hal terkait pendistribusian royalti dapat dilihat masing-masing melalui sistem tersebut.

“Bisa diakses, terbuka semua datanya. Itu yang ingin kami sampaikan ke teman-teman musisi di Indonesia,” katanya.

Lebih lanjut, Adi mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya untuk memenuhi amanah perundang-undangan. Pasalnya, permasalahan royalti bukan hanya terkait dengan penulis lagu, namun juga kepada para pengguna yang telah membayarkannya.

“Tantangan kami adalah mendapat kepercayaan, nggak cuma dari anggota, yaitu musisi, tapi dari yang bayar. Mereka pasti nanya, ‘Ini bayarannya sampai nggak?’ Kita pastikan sampai dan kita udah buatkan sistem agar semuanya sampai ke yang berhak,” ujar Adi.

“Ini karena WAMI mau bekerja dengan baik dan nggak mau beresiko dengan kepercayaan. Jadi, kami berusaha gimana agar semuanya bisa adil,” pungkasnya.