Sentimen
Negatif (99%)
27 Jan 2025 : 19.00
Informasi Tambahan

Hewan: Bebek

Kasus: kebakaran, kecelakaan

Partai Terkait

Heboh DNA Bebek Ditemukan di Dua Mesin Pesawat Jeju Air, Ada Apa?

27 Jan 2025 : 19.00 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

Heboh DNA Bebek Ditemukan di Dua Mesin Pesawat Jeju Air, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah laporan terbaru dari jatuhnya pesawat Jeju Air pada bulan lalu telah terkuak, Senin (27/1). Disebutkan bahwa kedua mesin jet Boeing 737-800 itu berisi DNA dari Baikal Teals, sejenis bebek migrasi yang terbang ke Korea Selatan untuk menghabiskan musim dingin dalam kawanan besar.

Hingga saat ini, pihak berwenang masih berusaha menentukan apa yang menyebabkan bencana udara paling mematikan di tanah Korea Selatan. Penemuan tersebut telah dirilis sebanyak enam halaman.

Kendati demikian, laporan tersebut tidak memberikan kesimpulan awal tentang dugaan penyebab pesawat tersebut mendarat tanpa roda dan alasan perekam data penerbangan berhenti merekam empat menit terakhir penerbangan.

Penerbangan Jeju Air dari Bangkok pada tanggal 29 Desember melewati landasan pacu Bandara Muan saat melakukan pendaratan darurat dan menabrak tanggul yang berisi peralatan navigasi, yang disebut localiser. Usai menabrak tanggul, pesawat langsung terbakar dan meledak sebagian. Sebanyak 179 dari 181 orang yang ada di pesawat tewas.

"Setelah pesawat menabrak tanggul, terjadi kebakaran dan ledakan parsial. Kedua mesin terkubur di gundukan tanah tanggul, dan badan pesawat bagian depan terpencar hingga 30-200 meter dari tanggul," kata laporan itu, yang memberikan beberapa gambar baru dari lokasi kecelakaan seperti dikutip Reuters.

Localiser atau ahli mengatakan, alat pelokalisir membantu navigasi pesawat yang akan mendekati landasan pacu, dan struktur yang dibangun dari beton bertulang dan tanah di bandara Muan yang menopang antena sistem kemungkinan berkontribusi terhadap tingginya jumlah korban tewas.

Investigasi tersebut akan membongkar mesin, memeriksa komponen secara mendalam, menganalisis data kontrol lalu lintas udara dan penerbangan, serta menyelidiki tanggul, pelokalan, dan bukti tabrakan burung, kata laporan tentang langkah selanjutnya.

"Kegiatan investigasi menyeluruh ini bertujuan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan tersebut," katanya.

Waktu pasti tabrakan burung tersebut dilaporkan oleh pilot masih belum dapat dipastikan, kata laporan kecelakaan tersebut, tetapi pesawat tersebut "membuat pernyataan darurat (Mayday x 3) untuk tabrakan burung saat berputar balik."

Laporan tersebut tidak menyebutkan apa yang mungkin menyebabkan Perekam Suara Kokpit (CVR) dan Perekam Data Penerbangan (FDR) berhenti merekam secara bersamaan tepat sebelum pilot menyatakan keadaan darurat.

Pesawat tersebut berada pada ketinggian 498 kaki (152 meter) dengan kecepatan 161 knot (298 km/jam atau 185 mph) sekitar 1,1 mil laut (2 km atau 1,3 mil) dari landasan pacu pada saat perekam penerbangan berhenti merekam.

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), sebuah badan PBB, mengharuskan penyelidik kecelakaan untuk membuat laporan awal dalam waktu 30 hari sejak kecelakaan dan mendorong laporan akhir untuk dipublikasikan dalam waktu 12 bulan.

Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan telah membagikan laporannya dengan ICAO, Thailand, serta Amerika Serikat dan Prancis, yang merupakan negara asal bagi produsen pesawat dan mesin, kata seorang pejabat pada hari Senin (27/1).


(fsd/fsd)

Sentimen: negatif (99.9%)