Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Mojokerto
Kasus: korupsi
Tokoh Terkait
Ikut Pasang Badan untuk Jokowi, Hasyim Muhammad: Sudah Gak Menjabat, Tetap Aja Kena Fitnah Sana-sini
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Penulis asal Mojokerto, Hasyim Muhammad, ikut pasang badan terhadap serangan yang terus menerus diarahkan kepada Presiden ke-7 Republik Indonesia, Jokowi.
Hasyim menyebut bahwa memfitnah Jokowi seolah telah menjadi kebiasaan tanpa risiko bagi sebagian pihak.
"Memfitnah Jokowi itu memang bisa dibilang nggak ada risiko. Termasuk memfitnah istri dan anak-anaknya," ujar Hasyim dalam keterangannya di aplikasi X @hasyimmah (5/1/2025).
Ia juga menyoroti bahwa meskipun Jokowi sudah tidak menjabat sebagai presiden, serangan berupa fitnah dan kabar bohong terus saja dilancarkan.
"Sudah nggak menjabat apapun, tetap aja kena fitnah sana-sini," cetusnya.
Kata Hasyim, tindakan semacam ini bukan hanya tak berdasar, tetapi juga telah menjadi semacam kecanduan bagi pelakunya.
"Memfitnah itu seperti candu. Sakaw kalau nggak dilakukan bagi pecandunya," tandasnya.
Hasyim juga menyinggung fenomena serangan terhadap Jokowi yang dianggap lebih mudah dilakukan dibanding Presiden Indonesia saat ini, Prabowo Subianto.
"Dan karena nggak berani fitnah Prabowo, ya sudah fitnah Jokowi saja. Namanya juga sakaw," kuncinya.
Sebelumnya, setelah Jokowi dinobatkan sebagai salah satu pejabat paling korup di dunia oleh OCCRP, berbagai tokoh publik dan pendukungnya berlomba-lomba membela.
Setelah Arief Poyuono (Gerindra), Irma Suryani (NasDem), dan Muhammad Romahurmuziy (PPP), kini giliran Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali, Dedy Nur, yang angkat bicara.
Selain Jokowi, terdapat lima pemimpin dunia yang masuk dalam nominasi tersebut.
Di antaranya, Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, hingga pebisnis India Gautam Adani.
Sementara di urutan pertama adalah Presiden Suriah Bashar al-Assad yang kini lari ke Rusia.
Sekadar diketahui, OCCRP merupakan organisasi jurnalisme investigasi dunia yang fokus pada isu korupsi dan kejahatan terorganisasi.
Menurut Dedy, tuduhan ini adalah bagian dari konsekuensi atas kecanggihan Jokowi dalam berpolitik.
"Jokowi memang politisi canggih, itulah mengapa serangan roket jenis fitnah, hoax dan informasi palsu selalu datang silih berganti," ujar Dedy dalam keterangannya di aplikasi X @DedynurPalakka (2/1/2025).
Blak-blakan, Dedy mengatakan bahwa serangan yang bertubi-tubi ke arah Jokowi merupakan buntut dari efek kecanggihan dirinya.
"Itu semua adalah efek samping dari kecanggihan beliau dalam berpolitik. Ini terlepas dari sentimen suka atau tidak suka, karena fakta canggih itu tidak berpihak ia faktual," sebutnya.
Dedy menilai serangan tersebut tidak lebih dari tuduhan palsu yang sulit dibuktikan.
"Ini namanya tuduhan palsu, karena uang itu ada dimana-mana, bukan hanya ada dalam angan-angan," cetusnya.
Dedy juga menyoroti bahwa banyak istilah negatif yang terlanjur menempel pada Jokowi di mata publik.
"Silakan saja buktikan bahwa tuduhan dari lembaga Internasional itu benar, jika tidak pun artinya label, cap, dan beragam istilah yang dialamatkan ke Jokowi sudah terlanjur menempel dalam kesadaran banyak orang," tandasnya.
Namun, Dedy mengajak publik untuk mencermati reaksi Jokowi terhadap tudingan tersebut.
"Tapi, yang penting kita baca adalah reaksi orang yang kena tuding, apakah dia panik atau malah terpantau bodo amat dengan semua tuduhan itu," kuncinya. (Muhsin/fajar)
Sentimen: negatif (100%)