Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Dukuh, Solo, Sragen
Kasus: kecelakaan, mayat
Mengulik Fenomena Orang Terganggu Jiwa Tenggelam di Bengawan Solo Sragen
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Espos.,id, SRAGEN — Dalam beberapa waktu terakhir terjadi penemuan jenazah di Bengawan Solo wilayah Sragen. Secara kebetulan, dalam tiga kasus penemuan jenazah terakhir, ketiga korban adalah orang yang dalam kondisi terganggu jiwa atau mental.
Temuan terakhir adalah jenazah di perairan Bengawan Solo wilayah Dukuh Regunung, Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Sragen. Jenazah itu diidentifikasi sebagai Pandu Setiawan, warga asal Dukuh Sribit, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Kepala Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Sutaryo, kepada espos.id, Senin (6/1/2025), mengungkapkan korban tinggal di rumah sendirian dekat dengan rumah kakaknya. Dia mengatakan korban keluar dari rumah tanpa ada yang mengetahui.
“Pergi dari rumah itu kapan tidak tahu. Akhirnya, Minggu [5/1/2025] pagi, dinyatakan tidak pulang. Keluarga mencari-cari korban. Hingga pada Senin pagi, kami mendengar ada temuan jenazah di Katelan, Tangen. Saya bersama keluarga ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen untuk mengidentifikasi korban. Dari tanda-tanda fisiknya, ternyata benar kalau jenazah yang ditemukan di Tangen itu merupakan korban yang pergi dari rumah tidak pamit. Korban ini memang mengalami keterbelakangan mental,” jelas Sutaryo.
Anggota Tim Pemburu Mayat PMI Sragen, Nikko Armando Reza Primajaya, 39, melihat ada fenomena khusus soal orang dengan gangguan kejiwaan yang ditemukan meninggal tenggelam di Bengawan Solo. Dia mengatakan kebetulan orang itu tinggalnya juga dekat sungai. Dia mengungkapkan kejadian seperti ini sudah kali ketiga dalam waktu singkat. “Saya bertanya-tanya orang yang mengalami gangguan kejiwaan mengarahnya kenapa ke Bengawan Solo. Kasus jenazah asal Sribit ini merupakan kasus ketiga. Kasus pertama asal Newung Sukodono dan kasus kedua asal Bentak, Sidoharjo. Ini dari rumah kok larinya ke sungai dan domisilinya berdekatan,” ujar dia.
Dia mengimbau ada semacam sosialisasi kepada warga yang memiliki keluarga dengan gangguan kejiwaan atau keterbelakangan mental supaya mendapatkan perhatian lebih untuk mencegah mereka mengalami kecelakaan seperti tenggelam. Dia mengatakan para korban dengan kebutuhan khusus itu memang perlu perhatian khusus supaya tiga kasus tersebut tidak terulang.
Dalam penelusuran espos.id, ada penelitian dari C.H. Cantor, M.A. Hill, dan E.K. McLachlan yang dihimpun dalam tulisan berjudul Suicide and Related Behaviour from River Bridges: A Clinical Perspective (Br J Psychiatry, 1989). Penelitian terhadap sejumlah kasus bunuh diri dan upaya bunuh diri dari jembatan-jembatan di Sungai Brisbane, Australia, menunjukkan bahwa pelaku sebagian besar mengidap skizofrenia yang memicu halusinasi untuk melompat. Ada pula riwayat dari pelaku yang memiliki perilaku menyakiti diri sendiri.
Namun tentu saja fenomena kasus meninggalnya orang di Bengawan Solo butuh penelitian lebih lanjut, khususnya soal keterkaitannya dengan gangguan kejiwaan yang dimiliki. Apakah insiden meninggalnya orang dengan gangguan kejiwaan ini memang dipicu oleh upaya bunuh diri atau semata-mata merupakan ketidaksengajaan atau kecelakaan terjatuh ke dalam sungai tentu masih harus diteliti dengan serius dan tidak didasarkan pada asumsi tertentu.
Sentimen: neutral (0%)