Sentimen
Undefined (0%)
5 Jan 2025 : 18.50
Informasi Tambahan

Hewan: Kambing

Kab/Kota: Dukuh, Jati, Sragen

Partai Terkait

400 Anak Desa Blangu Sragen Berhasil Diberdayakan Lewat Program Siswa Mandiri

5 Jan 2025 : 18.50 Views 13

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

400 Anak Desa Blangu Sragen Berhasil Diberdayakan Lewat Program Siswa Mandiri

Esposin, SRAGEN -- Sebanyak 400 pelajar asal Desa Blangu, Kecamatan Gesi, Sragen, berhasil diberdayakan oleh pemerintah desa setempat lewat Program Siswa Mandiri yang telah berjalan selama delapan tahun terakhir.

Hal itu terungkap dalam acara sarasehan awal Tahun Baru 2025 yang digelar Pemerintah Desa (Pemdes) Blangu, Kecamatan Gesi, Sragen, dengan mengundang warga desa ke Balai Desa Blangu, Sabtu (4/1/2025) malam. 

Acara sarasehan dengan tajuk Hamiwiti Warsa Enggal 2025 tersebut menampilkan potensi-potensi para generasi muda desa yang tergabung dalam Program Siswa Mandiri. Program yang diinisiasi Kepala Desa Blangu Danang Wijaya itu sudah berjalan delapan tahun dengan setiap tahunnya mampu memberdayakan rata-rata 50 orang.

Pada event tersebut dihadiri legislator termuda Sragen, Imam Atma Widjaya, dari Fraksi Partai Gerindra DPRD Sragen, Camat Gesi Supriyadi, dan para pegiat sejarah dan budaya dari Yayasan Palapa Mendira Harja Sragen dan Pusat Studi Sukowati (Pastika) Sragen.

Para pemenang lomba voli antardukuh diumumkan dan langsung mendapatkan hadiah dari Pemdes Blangu. Selain itu juga ada penampilan potensi seni tradisional Blangu, seperti pertunjukan pencak silat dan drama kolosal di bawah asuhan Teater Ndadak Sragen dengan judul Ndaru ing Blangu.

Drama kolosal itu dimainkan anak-anak Desa Blangu yang menjadi peserta Program Siswa Mandiri. Drama kolosal itu mengisahkan cikal bakal Desa Blangu, Nyai Suramaya, penjual jun atau kelenting yang dirampok seseorang bernama Ki Lepas atau Klepas. Pada akhir ceritanya, Nyai Suramaya berhasil mengalahkan rampok Ki Lepas tersebut.

Di pengujung acara ada penyampaian narasi tentang perjalanan dan penelusuran sejarah Desa Blangu dan penyerahan temuan tombak dari situs Raden Alas di Dukuh Bulak, Desa Blangu, Sagen. Tumbak itu fungsinya sebagai alat berburu yang diduga berasal pada masa Majapahit akhir milik Raden Alas/Raden Halas.

“Pentas seni pada malam ini pemainnya dari anak-anak yang ikut Program Siswa Mandiri. Pada pertengahan Desember lalu, mereka ikut pelantihan teater yang digelar Sanggar Teater Ndadak pimpinan Bapak Khoiron di Tangkil, Sragen. Mereka berlatih teater hanya dalam waktu 2 x 24 jam sehingga bisa menampilkan drama kolosal itu. Ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi orang tua dan menjadi sarana untuk mengembangkan seni dan budaya di Blangu,” jelas Danang.

Danang berterima kasih kepada para warga yang mendukung Program Siswa Mandiri. Program ini sudah berjalan delapan tahun dan hingga kini masih ada 45 anak yang memelihara kambing.

Rata-rata per tahun ada 50 orang peserta sehingga selama delapan tahun total ada 400 anak peserta Program Siswa Mandiri. Dia menyampaikan program tersebut merupakan program pemeliharaan kambing bergilir bagi siswa SMP untuk persiapan melanjutkan ke jenjang SMA atau SMK.

Setiap anak memelihara kambing selama 2,5 tahun dan wajib mengembalikan seekor kambing betina minimal berusia enam bulan kepada siswa lainnya secara berkelanjutan.

WOLES sebagai Identitas

“Kenapa muncul program ini? Saya ingat di 2007-2015 sering ada aduan warga yang mengalami kesulitan finansial dan biaya untuk masuk ke SMA atau SMK. Atas dasar itulah lahir inovasi Program Siswa Mandiri itu bentuknya pemeliharaan kambing selama 30 bulan,” ujarnya.

"Setelah program ini, juga ada fasilitas dalam bentuk pinjaman laptop agar bisa mengikuti perkembangan teknologi. Anak-anak Blangu diharapkan memiliki kapasitas dan bakatnya, minimal bisa menguasai Windows atau bisa berkembang menjadi desainer hingga programer," tambahnya.

Selain Program Siswa Mandiri, Danang menyebut Blangu memiliki slogan Woles sebagai jati diri dan budaya warga Blangu. Dia menjelaskan makna Woles bukan berarti santai tetapi setiap hurufnya mengandung makna.

Dia memulai dari huruf W yang berarti Wening. Danang berharap sikap warga tetap wening atau tenang dalam menyikapi masalah di masyarakat. Ketika mendengar kabar burung, kata dia, tetap disikapi dengan hati tenang dan mencari sudut pandang lainnya.

Huruf O mengandung kata Obah. Danang menjelaskan obah itu merujuk pada sebuah ikhtiar, usaha, bekerja keras, untuk mencapai cita-cita dan tujuan. “Kemudian L itu Laku, yang mengarah pada proses karena sesuatu itu ada tidak tiba-tiba tetapi ada tahapan yang dilakukan dengan tantangan dan rintangan,” jelas dia.

Ia mencontohkan bangunan pendapa Balai Desa Blangu yang tidak mungkin selesai dalam satu waktu tetapi dalam proses yang panjang. Kemudian huruf berikutnya E yang berarti Eling.

Kata ini mengarah pada spiritualitas, di mana hidup dan berada itu pasti ada yang mengajarkan, yakni Sang Pencipta. Huruf terakhir S atau Sasama, artinya manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup dengan gotong-royong dan saling tolong-menolong

Sentimen: neutral (0%)