Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Solo
Potensi Sampah Pangan MBG 90 Gram per Murid, Gita Pertiwi Tawarkan Solusi Ini
Espos.id
Jenis Media: Solopos
![Potensi Sampah Pangan MBG 90 Gram per Murid, Gita Pertiwi Tawarkan Solusi Ini](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2024/11/20241118160825-ilustrasi-makan-bergizi-gratis.jpeg?quality=60)
Esposin, SOLO–Berdasarkan perhitungan yang dilakukan Yayasan Gita Pertiwi, program makan bergizi gratis (MBG) yang bakal digulirkan dalam waktu dekat berpotensi menimbulkan sampah pangan cukup besar. Tiap paket menu MBG yang dibagikan kepada siswa ada potensi sampah pangan atau pangan terbuang sebesar 90 gram.
Hal itu disampaikan Direktur Program Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti dalam diskusi dan konferensi pers bertajuk Sustainable Planet for Sustainable Living baru-baru ini. Titik memperkirakan tiap porsi MBG memiliki berat pangan sebesar 300 gram, namun 30 persennya berpotensi menjadi sampah pangan.
“Bayangkan nanti akan ada sekitar 174.000 siswa di Solo dari Senin-Jumat ikut program MBG. Rata-rata per porsi makanan beratnya 300 gram, namun 30 persennya (90 gram) berpotensi jadi sampah pangan karena tidak dimakan. Jadi tinggal kalikan saja dengan jumlah siswa selama lima hari berapa” kata dia.
“Itu belum ditambah sampah anorganik jika makan siang gratis itu dibungkus. Kalau tidak diantisipasi akan mempercepat TPA Putri Cempo penuh,” sambung dia.
Menurutnya potensi sampah pangan yang besar terjadi jika pelaksana MBG hanya melibatkan ahli gizi dalam menentukan menu. Dengan hanya mempertimbangkan ahli gizi maka menu yang diberikan kepada siswa bisa sama baik dari segi ukuran hingga jenisnya. Padahal belum tentu semua siswa suka atau mau makan makanan tersebut.
Oleh karenanya Titik mewanti-wanti agar dalam penentuan menu makanan siswa dilibatkan. Selain bisa memperkecil potensi sampah juga sesuai dengan kebutuhan siswa sesuai jenjang sekolahnya.
Dia mencontohkan beberapa sekolah di Solo yang pengelolaan kantinnya bekerja sama dengan Gita Pertiwi minim menimbulkan sampah pangan. Sebab menu yang disajikan dengan metode prasmanan sehingga siswa bisa memilih menu yang disediakan.
“Di sana [sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan Gita Pertiwi] tidak menimbulkan sampah pangan karena makanannya disajikan secara prasmanan. Anak-anak boleh ambil sesuai kebutuhan, tetapi ada aturan-aturan. Misalnya nasi, buah, dan sayur boleh nambah, tapi protein hewani hanya dibatasi sekali,” jelas dia.
Selain itu, menu-menu yang disajikan dipilih yang tidak berbahaya misalnya mengandung duri. Menu ini disajikan khusus untuk siswa kelas 1-2 SD. “Bagi kami pangan sehat adalah hak untuk setiap orang tetapi itu juga bagian edukasi anak agar tertib bertanggung jawab mengambil secukupnya dan harus dihabiskan,” sambung dia.
Solusi berikutnya untuk menangani sampah pangan MBG adalah tiap sekolah perlu menyediakan bank sampah. Sebab jika sampah MBG tidak ada yang mengelola dan langsung diarahkan ke TPA Putri Cempo, kata dia, maka mempercepat overload sampah TPA.
Jika tidak memungkinkan, lanjut dia, sekolah bisa menggandeng bank sampah terdekat atau kelompok pengelola sampah. Dengan begitu sampah pangan bisa terkelola, termanfaatkan dan tidak langsung terbuang ke TPA.
“Di Solo itu ada Tempat Pengolahan Sampah 3R yang budidaya maggot, maka sekolah bisa kerja sama agar sampah pangannya termanfaatkan atau dengan bank sampah lainnya untuk memanfaatkan sampah anorganiknya. Jika ini dilakukan justru menguntungkan Pemkot Solo karena bisa biaya pengelolaan sampahnya bisa ditekan,” ujar dia.
Diberitakan Espos sebelumnya, Pemkot Solo hingga kini belum menerima petunjuk teknis dan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis atau MBG. Padahal program itu akan diluncurkan secara nasional pada Senin (6/1/2025). Terkait peluncuran tersebut, Badan Gizi Nasional (BGN) menyiapkan 937 dapur di seluruh penjuru Indonesia.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Solo, Budi Murtono, mengatakan belum ada informasi terkait teknis pelaksanaan MBG di Kota Solo. Karenanya Budi juga mengaku belum bisa memberikan keterangan terkait pelaksanaan MBG pada Senin mendatang.
“Belum ada info, belum. Saya sudah coba koordinasi ke pusat dan beberapa teman di daerah lain, intinya sama, belum ada informasi yang fix [pasti] terkait MBG mau bagaimana yang dilaksanakan di daerah,” kata dia ketika ditemui wartawan di GOR Indoor Manahan Solo, Jumat (3/1/2024).
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Dian Rineta, ketika ditemui Espos di kantornya, Kamis (2/1/2025). Dia mengatakan juga belum mendapat informasi terkait pelaksanaan program MBG di Kota Solo.
Sentimen: neutral (0%)