Sentimen
Undefined (0%)
30 Des 2024 : 16.25
Informasi Tambahan

Event: vaksinasi

Hewan: Sapi

Kab/Kota: Magetan

Ratusan Sapi di Magetan Terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku, 33 Ekor Mati

30 Des 2024 : 16.25 Views 9

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jatim

Ratusan Sapi di Magetan Terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku, 33 Ekor Mati

Esposin, MAGETAN – Ratusan ekor sapi yang dimiliki warga Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dilaporkan terinfeksi virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Magetan mencatat setidaknya ada 33 ekor sapi yang telah dilaporkan mati hingga pada Senin (30/12/2024).

Seperti yang dialami Rohman, warga Desa Kedungguwo, Kecamatan Sukomoro, yang mengaku harus merugi puluhan juta rupiah karena telah kehilangan dua ekor sapi peliharaannya. Dia menceritakan bahwa gejala awal sebelum sapinya mati didapati luka di mulut bagian dalam dan kuku yang membusuk.

“Awalnya itu mulutnya ada sariawan dan kukunya membusuk, akhirnya saya mendatangkan petugas untuk suntik vaksin sebanyak tiga kali, tapi ya akhirnya mati, ini sudah dikubur,”, ucapnya Senin (30/12/2024).

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Magetan, Nur Haryani, menyampaikan pihaknya telah mencatat dalam setahun sudah ada 781 kasus PMK yang telah dilaporkan. Dalam jumlah tersebut, pada bulan Desember saja tercatat sebanyak 400 kasus. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sejak dua bulan terakhir, padahal pada pertengahan tahun kasus PMK yang terlaporkan mengalami penurunan.

“Laporan sepanjang 2024 ini ada 781 kasus dengan tren peningkatan yang signifikan itu dalam dua bulan terakhir dengan kasus kematian hewan hingga hari ini dilaporkan sebanyak 33 ekor,” kata dia.

Dia menduga meledaknya kasus PMK tersebut salah satunya disebabkan kebijakan pemerintah pusat yang menghentikan alokasi anggaran untuk pengadaan vaksin khusus PMK. Nur Haryani mengakui dalam proses vaksinasi hewan ternak terinfeksi PMK sempat terputus.

“Memang kebijakan dari pemerintah pusat dan provinsi itu pengadaan untuk vaksin PMK dikembalikan ke Kabupaten, kami di Magetan ini tentu realistis dengan anggaran yang ada, idealnya setahun itu tiga kali vaksin, lalu di tahun selanjutnya diulang 1 kali, dalam tahun ini ada yang terputus,” beber dia.

Dia menjelaskan bahwa kasus PMK kali ini sedikit berbeda dengan kasus yang sebelumnya menyerang ternak yang ada di Magetan pada tahun lalu. Ia menyebut perbedaannya terletak pada pembusukan kuku yang lebih cepat hingga menyebabkan kematian.

“Kasus PMK yang sekarang agak berbeda, kalau dulu tanda-tandanya itu bertahap seperti liur yang berlebih, lalu sariawan kemudian pembusukan kuku. Tapi sekarang hewan ternak itu tiba-tiba kukunya sudah busuk tanpa disertai tanda-tanda awal, ini yang perlu kami dalami apakah ada penyakit penyerta lain yang juga menjangkiti,” jelas dia.

Kembali merebaknya kasus PMK ini di sisi lain membuka peluang pedagang nakal untuk membeli sapi dengan harga murah. Hal itu tentu menyebabkan kerugian besar bagi para peternak karena tidak mendapat harga jual ternak yang kompetitif. Menyoroti fenomena ini, Disnakkan Magetan mengimbau para peternak untuk tidak panic selling ketika ada pedagang nakal yang membeli hewan ternaknya.

“Kami sudah menyebar tim di seluruh kecamatan yang ada, nomor kontaknya juga sudah kami sosialisasikan. Maka kami imbau masyarakat untuk tidak panic selling,” imbau dia.

 

Sentimen: neutral (0%)