Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Banyuwangi, Gunung, Washington
Kasus: bullying
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Nihayatul Wafiroh: Kesehatan Mental Akar Kekuatan Menghadapi Tantangan Kehidupan
Radarbangsa.com Jenis Media: News
RADARBANGSA.COM - Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa, DR. Hj. Nihayatul Wafiroh mendorong pemerintah lebih giat lagi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan spiritual.
“Kami siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk menggerakkan masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan mental dan spiritual. Mengapa? Karena kesehatan mental dan spiritual adalah akar kekuatan seseorang untuk menyikapi segala tantangan kehidupan. Ia akan mudah menangani stress, mudah membuat pilihan-pilihan dalam mengambil keputusan dan mudah berhubungan dengan orang lain untuk mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi.”tegasnya di Jakarta, Senin (23/12/2024).
Lebih lanjut, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ini menjelaskan bahwa kesehatan mental dan spiritual harus dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. "Salah satu penyebab gangguan mental adalah trauma di masa kecil, selain karena faktor genetic dan juga bullying atau kekerasan di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, gerakan menjaga kesehatan mental juga harus dilakukan bersama stakeholder kunci di masyarakat, sehingga keluarga dan lingkungan sekitar dapat bekerjasama untuk menjaga kesehatan mental anak-anak," imbuhnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat sebanyak 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Depresi menempati urutan tertinggi dari jenis gangguan mental, selain bipolar, schizophrenia dan lain-lain.
Sementara itu, Into The Light Indonesia mencatat sebanyak 826 kasus bunuh diri dilaporkan sepanjang 2024. Pelaku bunuh diri diantaranya adalah anak usia sekolah karena tekanan mata pelajaran, tekanan orang tua dan bulliying oleh teman-temannya. Seperti gunung es, jumlah kasus yang tercatat belum mewakili fakta yang sesungguhnya terjadi di masyarakat, mengingat kasus kesehatan mental masih dianggap aib keluarga, sehingga banyak yang ditutupi dan sebagian kasus tidak ditangani dengan baik.
Selain itu, hasil penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington terkait Global Burden of Disease (GBD) menunjukkan bahwa prevalensi perempuan mengalami gangguan kesehatan mental lebih tinggi dibanding laki-laki.
Perempuan mengalami depresi sebanyak 2,9%sementara laki-laki sebesar 2% dari populasi. Artinya, sekitar 8 juta perempuan mengalami gangguan depresi. Adapun prevalensi gangguan kecemasan perempuan mencapai 4,5%, sementara gangguan serupa pada laki-laki hanya 2,5% dari populasi.
Menyikapi kerentanan perempuan Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental, Srikandi Partai Kebangkitan Bangsa asal Banyuwangi ini menekankan pentingnya program pemberdayaan perempuan di seluruh sektor, termasuk pemberdayaan ekonomi. Karena ia paham bahwa secara biologis, perempuan memiliki hormon esterogen tinggi dalam tubuh, yang berfungsi mengendalikan efek negatif stress didalam otak.
“Perempuan Indonesia tidak kuat menghadapi tekanan mental, salah satunya dikarenakan budaya patriarkhi, yang menempatkan mereka lebih rendah dibanding laki-laki. Oleh karena itu, perempuan harus berdaya dan mandiri, sehingga mereka mampu menciptakan kesetaraan relasi gender dengan pasangan dan lingkungan sekitar. Kesetaraan relasi membangun ruang komunikasi yang dapat saling mendukung satu dengan lainnya," jelasnya.
Ninik juga prihatin atas rendahnya penanganan kasus kesehatan mental di daerah. Data menunjukkan hanya 9% penduduk dengan gejala depresi yang mendapatkan pengobatan, sementara 91% tidak menjalani pengobatan, karena minimnya layanan kesehatan mental di daerah selain faktor budaya.
"Saya berharap layanan kesehatan mental di daerah segera dibangun, agar edukasi, deteksi dini, dan penanganan kasus dapat dilakukan dengan baik," tandasnya.
Momentum Hari Perempuan dengan tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menyambut Indonesia Emas” Ninik mengajak seluruh komponen masyarakat untuk menjaga kesehatan mental dengan dimulai dari diri sendiri, anggota keluarga dan lingkungan sekitar. Yaitu dengan pola makan sehat, berolah raga, hidup teratur dan berlatih berfikir positif dalam menghadapi segala tantangan kehidupan.
"Kita nampaknya harus membiasakan diri dengan ‘It’s okay not to be okay’ atau di dunia santri, kita terbiasa dengan ‘Ada hikmah dibalik semua takdirNya," pungkasnya.
Sentimen: negatif (80%)