Sentimen
Undefined (0%)
21 Des 2024 : 19.48
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Institusi: UGM, Universitas Indonesia

Kab/Kota: Sukoharjo

Tujuh Kebiasaan Generasi Emas

21 Des 2024 : 19.48 Views 11

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Tujuh Kebiasaan Generasi Emas

Ilmu itu adalah cahaya yang menerangi hati dan kebiasaan yang baik adalah bahan bakar yang menjaganya tetap menyala (Imam Al-Zarnuji, Ta'lim al-Muta'alim).

Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki generasi-generasi unggul dalam aspek intelektual, spiritual, maupun moral. Pendidikan karakter berbasis kebiasaan harus menjadi perhatian utama membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berbudi pekerti luhur. 

Melalui program tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah berupaya menanamkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari anak-anak kita. 

Berikut adalah tujuh kebiasaan yang membentuk mereka menjadi pribadi, beradab, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Pertama, bangun pagi. Kebiasaan bangun pagi adalah fondasi utama menanamkan kedisiplinan. 

Menjalankan rutinitas pagi seperti ibadah, olahraga ringan, atau mempersiapkan pelajaran tanpa tergesa-gesa patut dibiasakan. Penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 menunjukkan memiliki pola bangun pagi yang konsisten cenderung lebih disiplin dan produktif.

Bangun pagi melatih memanfaatkan waktu dengan optimal, sebagaimana pepatah Jawa “sapa temen bakal tinemu”—usaha dan ketekunan akan selalu membawa hasil. Pada waktu pagi yang tenang anak-anak bisa mengatur rencana, belajar, atau mendalami nilai-nilai agama sebelum memulai aktivitas harian.

Kedua, ibadah. Ibadah bukan sekadar rutinitas, melainkan cara menanamkan kedisiplinan spiritual. Misalnya, kebiasaan salat lima waktu dan membaca Al-Qur'an setiap hari mengajarkan untuk bersyukur, menghargai waktu, serta menjalin hubungan yang lebih mendalam dengan Sang Pencipta. 

Ini sebagaimana yang diungkapkan oleh K.H. Mustofa Bisri bahwa ibadah yang benar akan membentuk akhlak yang mulia. Ketiga, membangun tubuh dan pikiran yang sehat dengan olahraga. 

Aktivitas fisik yang teratur meningkatkan daya tahan tubuh, memperkuat otot, dan meningkatkan konsentrasi. Menurut penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia  pada 2020, rutin berolahraga memiliki performa akademik 15% lebih tinggi dibandingkan yang tidak.

Berolahraga juga mengajarkan nilai kerja sama, ketangguhan, dan cara menghadapi kekalahan secara sportif. Misalnya, bermain sepak bola melatih kemampuan berstrategi dan kerja sama tim, sedangkan senam memperbaiki fleksibilitas tubuh dan meningkatkan fokus.

Keempat, mengembangkan rasa ingin tahu yang tanpa batas dengan gemar belajar. Dengan gemar belajar akan membentuk kemampuan berpikir kritis yang lebih baik. Kebiasaan belajar harus menjadi aktivitas yang menyenangkan, bukan paksaan. 

Ini bisa dilakukan dengan menggali ilmu dari berbagai sumber seperti buku, video edukatif, atau percakapan dengan orang tua. Penelitian oleh akademikus Universitas Gadjah Mada menunjukkan siswa dengan minat belajar tinggi memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap perkembangan teknologi dan perubahan sosial.

Kelima, meningkatkan perkembangan fisik dan mental dengan makan bergizi. Kebiasaan makan sehat memiliki peran besar dalam mendukung tumbuh kembang. Menurut riset Kementerian Kesehatan pada 2019, asupan gizi seimbang memengaruhi performa otak hingga 25%. 

Dengan rutin mengonsumsi sayur, buah, dan makanan bergizi lainnya anak-anak akan lebih mampu berkonsentrasi dan memiliki emosi yang stabil. Keenam, menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial dengan bermasyarakat. 

Terbiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar cenderung memiliki rasa empati yang lebih tinggi. Misalnya, berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti gotong royong atau membantu sesama akan membentuk sikap peduli dan tanggung jawab. 

Aktif dalam kegiatan sosial menunjukkan tingkat kepedulian yang tinggi terhadap keberagaman, sekaligus memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik serta mudah beradaptasi dalam masyarakat yang heterogen.

Ketujuh, menjaga energi dan konsentrasi dengan tidur lebih awal. Kebiasaan tidur cukup tidak boleh diabaikan. Tidur kurang dari delapan jam cenderung memiliki tingkat konsentrasi rendah, mudah lelah, dan lebih emosional. 

Tidur lebih awal tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kualitas belajar dan hubungan sosial. Riset oleh National Institutes of Health (2021) mengungkapkan bahwa tidur yang cukup sangat berhubungan dengan performa akademik yang lebih baik dan kestabilan emosi yang lebih tinggi.

Membangun generasi emas Indonesia tidak hanya membutuhkan anak yang cerdas, tetapi juga berkarakter. Tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat adalah investasi besar untuk menciptakan generasi yang unggul secara intelektual, spiritual, dan moral. 

Orang tua, guru, dan masyarakat harus bersinergi  menanamkan kebiasaan-kebiasaan ini pada anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang siap memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. 

Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan anak-anak adalah bunga-bunga kehidupan. Biarkan mereka tumbuh mekar dengan indah, tetapi bimbinglah mereka agar tumbuh ke arah cahaya. 

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 18 Desember 2024. Penulis adalah guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 2 Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Sukoharjo)

Sentimen: neutral (0%)