Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Jeep
Kab/Kota: Gunung, Karanganyar
Begini Kisah di Balik Situs Candi Menggung Tawangmangu Karanganyar
Espos.id
Jenis Media: Solopos
![Begini Kisah di Balik Situs Candi Menggung Tawangmangu Karanganyar](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2024/12/20241220201316-situs-candi-menggung-karanganyar-res.jpg?quality=60)
Esposin, KARANGANYAR-Situs Candi Menggung di Kampung Nglurah, Kecamatan Tawangmangu, menjadi salah satu warisan budaya di Kabupaten Karanganyar yang hingga kini masih dilestarikan warga setempat.
Di Situs Menggung terdapat dua Arca yang melambangkan sosok Narutama dan Nyi Roso Putih. Situs ini masih berdiri kokoh dengan segala peninggalan bersejarahnya. Berada di tepian lereng Gunung Lawu, Situs Candi Menggung juga memiliki segudang keindahan, baik dari sisi pemandangan, maupun suasana asri yang ada di sekitar situs.
Bentuk Situs Candi Menggung di Tawangmangu Karanganyar, seperti punden yang berundak dengan terdiri dari dari 3 teras. Pada teras pertama terdapat empat buah patung dwarapala yang dapat dilihat saat akan memasuki lokasi Situs Candi Menggung. Lalu, pada teras kedua terdapat halaman candi, di halaman itu terdapat dua buah patung dwarapala yang ada di jalan utama candi.
Dan di teras ketiga, atau di lokasi utama candi, terdapat dua arca yang dikelilingi tembok. Kedua arca itu dipercaya masyarakat Nglurah sebagai simbol perwujudan Kiai Menggung dan Nyi Roso Putih.
Sedangkan, di dekat kedua arca, berdiri pohon besar dengan dihiasi kain putih bermotif kotak-kotak yang melingkari badan pohon. Keberadaan pohon itulah yang membuat suasana Situs Candi Menggung menjadi asri dan sejuk bagi setiap pengunjung yang datang.
Dibalik keasrian suasana di Situs Candi Menggung, terdapat cerita sejarah yang dikisahkan secara turun temurun oleh warga Desa Nglurah, Tawangmangu. Kepala Lingkungan Desa Nglurah, Ismanto menuturkan dalam cerita turun temurun dikisahkan pada waktu dulu, masyarakat Nglurah terbagi menjadi 2 kubu, yakni Kubu Nglurah Lor dan Nglurah Kidul.
Kala itu, warga Nglurah Lor dipimpin oleh seorang kiai yang bernama Kiai Menggung, konon merupakan salah satu pengikut raja Airlangga. Sedangkan, Nglurah Kidul dipimpin oleh seorang wanita cantik yang dikenal sebagai Nyi Roso Putih. Sayangnya, dalam cerita itu, kedua kubu warga desa Nglurah Lor dan Kidul tidak pernah bisa akur dan selalu berseteru. Perseteruan antar dua kubu itu berlangsung sangat lama dan selalu menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak.
Lalu, timbullah inisiatif dari Kiai Menggung untuk melakukan perdamaian dengan cara mempersunting Nyi Roso Putih. Dengan pernikahan itu diharapkan agar masyarakat dari kedua kubu bisa saling berdamai tanpa ada perseteruan dan korban jiwa lagi. Hingga akhirnya pernikahan terwujud dan terciptalah kedamaian di Desa Nglurah. Saat itu, Kyai Menggung berpesan agar masyarakatnya melakukan semua tradisi untuk lebih mengakrabkan rasa kekeluargaan. Tradisi itu dilakukan setiap hari Selasa Kliwon Wuku Dukut.
"Hari itu bertepatan dengan hari kelahiran Kiai Menggung. Maka hingga saat ini masih ada kegiatan budaya yang diselenggarakan warga dengan nama tradisi Dukutan," kata Ismanto belum lama ini kepada Espos.
Meski dipercaya bahwa situs Candi Menggung bermula saat masa Kerajaan Airlangga, namun terdapat temuan yang berbeda dari sejumlah penelitian yang dilakukan arkeolog. Ismanto mengatakan, terdapat salah satu peneliti akeolog yang menyebutkan bahwa Situs Candi Menggung bukan berasal dari masa Kerajaan Airlangga, namun berasal dari Kerajaan Majapahit.
Ismanto menyebut, temuan itu disampaikan peneliti arkeolog dengan dilihat dari salah satu ukiran yang ada di situs Candi Menggung. Meski begitu, menurut Ismanto, yang terpenting bagi warga desa adalah tetap berupaya melestarikan budaya yang sudah diturunkan secara turun temurun oleh pendahulu sebagai salah satu upaya pelestarian budaya.
Upaya pelestarian di situs candi Menggung tidak hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Namun kini Pemerintah Kabupaten Karanganyar melalui Dinas Pariwisata Pemuda, dan Olah raga (Disparpora) Karanganyar ikut turun tangan dalam upaya pelestarian.
Kepala Disparpora Karanganyar Hari Purnomo menuturkan telah mengembangkan desa wisata di desa Nglurah, yang kini tengah dikenal sebagai Desa Sewu Kembang. Desa wisata Sewu Kembang ini menawarkan wisata pendidikan pembibitan bunga, wisata adventur Jeep, dan budaya di Situs Candi Menggung.
Dengan pengembangan ini, selain menjadi lokasi yang menyimpan nilai sejarah yang dilestarikan, Situs Candi Menggung bisa memiliki nilai akademis bagi wisata. Selain itu, masyarakat akan lebih memiliki rasa untuk menjaga kelestarian situs candi Menggung di tengah pengembangan desa wisata.
Sentimen: neutral (0%)