Sentimen
Negatif (66%)
18 Des 2024 : 20.06
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Washington

Kasus: mayat

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Kesaksian Penggalian Kuburan Massal di Dekat Damaskus, Ratusan Ribu Orang Diyakini Terkubur - Halaman all

18 Des 2024 : 20.06 Views 14

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Kesaksian Penggalian Kuburan Massal di Dekat Damaskus, Ratusan Ribu Orang Diyakini Terkubur - Halaman all

Kesaksian Penggalian Kuburan Massal di Dekat Damaskus, Ratusan Ribu Orang Diyakini Terkubur

TRIBUNNEWS.COM - Apa yang dikhawatirkan saat rezim Bashar al-Assad di Suriah jatuh mulai menjadi kenyataan.

Kuburan-kuburan massal diduga korban pembantaian mulai muncul di dekat Damaskus setelah jatuhnya rezim Suriah tersebut.

Nada Homsi, reporter The National, ikut menyaksikan penggalian kuburan-kuburan tersebut saat kru pertahanan sipil dan LSM lapangan memulai penggalian di area yang diyakini menyimpan sisa-sisa ratusan ribu orang.

"Pada hari Selasa, kami melihat kru pertahanan sipil menarik sisa-sisa tujuh jenazah dari tanah yang sebelumnya merupakan zona aman di kota Adra di pedesaan Damaskus. Seperti penemuan di lokasi kuburan lainnya, sisa-sisa jenazah ditemukan di tas kanvas yang biasanya digunakan untuk menyimpan makanan kering seperti tepung dan kacang lentil. Enam dari tujuh set sisa jenazah yang ditemukan diidentifikasi dengan nama dan nomor yang sesuai," tulis laporan tersebut dikutip Rabu (18/12/2024).

Laporan itu menyatakan, beberapa jam sebelum penggalian itu, Mouaz Moustafa, yang memimpin Satuan Tugas Darurat Suriah yang berpusat di Washington, mengatakan kepada Reuters kalau lokasi di Al Qutayfah, 40 km di utara ibu kota Suriah, adalah satu dari lima kuburan massal yang telah diidentifikasi selama bertahun-tahun.

“Seratus ribu adalah perkiraan paling konservatif” dari jumlah jenazah yang dikubur di lokasi tersebut, kata Moustafa.

Ratusan ribu warga Suriah diperkirakan telah tewas sejak 2011, ketika pasukan yang setia kepada diktator terguling Bashar Al Assad mengubah protes terhadap pemerintahannya menjadi perang saudara skala penuh.

Sekitar 150.000 orang masih belum diketahui keberadaannya akibat perang saudara tersebut, menurut Komisi Internasional untuk Orang Hilang (ICMP).

Pencarian massal terhadap orang-orang hilang dimulai setelah Bashar al Assad digulingkan dari kekuasaan lebih dari seminggu yang lalu.

"Dengan adanya pergantian pemerintahan, banyak warga Suriah yang berusaha keras untuk mencari tahu apa yang terjadi pada orang-orang terkasih yang ditahan oleh pasukan keamanan Suriah dan dikurung di penjara-penjara rezim yang terkenal kejam," kata Nada dalam laporannya itu.

Anggota White Helmets mengangkat tas berisi jenazah manusia dari kuburan massal di Damaskus. Tantangan Besar Temukan Ribuan Jenazah

Namun, tantangan logistiknya sangat besar.

Hanya 100 dari 3.000 kru Pertahanan Sipil White Helmets yang beroperasi di lapangan di Damaskus, dan hanya 10 dari mereka yang dapat menanggapi laporan jenazah di lokasi kuburan massal untuk saat ini.

Sebanyak 90 kru yang tersisa tengah melakukan respons darurat.

Mereka masih menemukan mayat di penjara, kantor keamanan, dan rumah sakit militer.

"Ini adalah respons yang sangat cepat karena kami bermarkas di Suriah utara. Namun, kini kami [harus] merestrukturisasi diri untuk merespons di Aleppo, Hama, Homs, Damaskus, dan wilayah lain," kata Abdelrahman Al Mawwas, manajer pengumpulan dan pengarsipan bukti White Helmets, kepada The National di Adra.

"Kami telah menanggapi (laporan) 508 mayat tak dikenal," yang ditemukan di pusat penahanan dan rumah sakit militer rezim Suriah yang terkenal kejam," tambahnya.

Di salah satu penjara paling terkenal di rezim Assad, penjara Sednaya, yang juga dikenal sebagai "rumah pemotongan manusia", sekitar 4.300 tahanan dilaporkan dibebaskan setelah pejuang pemberontak menguasai wilayah tersebut, menurut dokumentasi dari Pertahanan Sipil Suriah.

Penjara Sednaya yang terletak 30 kilometer dari ibu kota Suriah, Damaskus. (Anadolu Agency) Menjaga Barang Bukti

Para ahli telah memperingatkan perlunya melindungi bukti dan melestarikan tempat kejadian perkara, termasuk kuburan massal, untuk memastikan akuntabilitas dan keadilan.

Pada Senin, Komisi Penyelidikan PBB untuk Suriah mendesak pemerintah sementara Suriah untuk melindungi berkas penangkapan dan penahanan di tempat ditemukannya berkas tersebut, guna memastikan bahwa berkas tersebut tetap utuh untuk proses peradilan di masa mendatang.

Wilayah di Adra tempat mayat-mayat ditemukan pada hari Selasa dulunya adalah zona militer dan warga sipil tidak diizinkan untuk pergi ke sana.

Seorang warga kota, Khaled Saleh Al Hamad, mengatakan bahwa pasukan keamanan sebelumnya akan menembaki siapa pun yang mendekati area keamanan tersebut.

"The National menemukan bukti adanya jenazah lain yang dikubur di lokasi Adra tak lama setelah petugas pertahanan sipil pergi, dengan bau yang menyengat tercium dari kuburan yang ditutupi oleh balok semen persegi," kata laporan itu.

Mawwas memperkirakan bahwa petugas pencarian kemungkinan akan menggali kuburan massal dan menemukan jenazah selama bertahun-tahun mendatang, tetapi mengingat kapasitas mereka saat ini setelah penggulingan tiba-tiba rezim Suriah, membuat kemajuan yang signifikan akan menjadi tantangan besar.

“Sangat sulit untuk memindahkan kendaraan dan personel [dari satu tempat ke tempat lain], jadi kami berusaha melakukan yang terbaik,” katanya. Ia meminta organisasi internasional untuk memberikan dukungan saat mereka memulai pekerjaan penggalian kuburan massal.

“Kami belum menerima tawaran bantuan apa pun [saat ini],” imbuhnya. “Seperti yang Anda lihat, sudah lebih dari 10 hari [sejak jatuhnya rezim Assad] dan jurnalis seperti Anda dapat datang dan bekerja di sini. Saya tidak tahu apa yang ditunggu oleh organisasi internasional,” katanya.

(oln/thentnl/*)

Sentimen: negatif (66.7%)