Sentimen
Undefined (0%)
18 Des 2024 : 14.05
Tokoh Terkait
Budi Santoso

Budi Santoso

Kebobolan Harbolnas

18 Des 2024 : 14.05 Views 10

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Kebobolan Harbolnas

Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, mendekati tengah malam tanggal kembar menjadi momen sakral. 

Dua tangan menggenggam erat  gadget. Mata hampir tak berkedip melihat layar berpendar radiasi sambil berusaha keras melawan kantuk yang kian menghinggapi menjelang dini hari. 

Mungkin begitulah sekelumit gambaran para pencinta belanja online saat momentum harbolnas alias hari belanja online nasional. 

Akhir tahun selalu menjadi momen yang dinanti masyarakat di berbagai belahan dunia. Selain perayaan natal dan tahun baru, fenomena belanja akhir tahun menjadi tradisi yang lekat dengan gaya hidup modern. 

Diskon besar-besaran, promosi eksklusif, dan suasana liburan yang menggoda menjadikan periode ini sebagai salah satu waktu paling sibuk bagi konsumen dan pelaku usaha. 

Belanja akhir tahun bukan sekadar kegiatan ekonomi, melainkan telah menjadi tradisi global yang memiliki akar budaya dan agama. 

Di Amerika Serikat, hari belanja besar-besaran yang berlangsung sehari setelah Hari Thanksgiving dikenal sebagai Black Friday. Tradisi yang dimulai dengan diskon besar di toko-toko  kini telah berkembang menjadi ajang belanja online secara global.  

Pada waktu lebih awal, tepatnya pada 11 November,  China juga punya tradisi Singles' Day. Semula perayaan ini ditujukan bagi kaum jomlo di Negara Tirai Bambu tersebut, tetapi kini menjadi hari belanja online terbesar di dunia yang didukung raksasa e-commerce Alibaba.  

Event belanja serupa juga dirayakan masyarakat Inggris, Australia, dan Kanada dalam bentuk Boxing Day yang dirayakan sehari setelah natal, yaitu pada 26 Desember. 

Awalnya, ini adalah hari untuk memberikan hadiah kepada pekerja atau yang kurang mampu, tetapi kini lebih dikenal sebagai momen diskon besar.  Di Indonesia pesta belanja mengibarkan tradisi yang disebut harbolnas alias hari belanja online nasional. 

Pesta belanja ini  menjadi bagian dari tren global yang menunjukkan teknologi e-commerce mengubah cara orang berbelanja. Fenomena ini membuktikan meskipun budaya dan motivasi setiap negara berbeda, pola belanja massal yang didorong diskon besar menjadi bagian kehidupan modern di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

Menteri Perdagangan Budi Santoso tampil sebagai pembawa acara live shopping pada sesi Spesial Harbolnas 12.12 yang disiarkan di Shopee Live pada Kamis (12/12/2024).

Selama siaran langsung, Menteri Budi Santoso berbincang-bincang dalam sesi talkshow bersama dua pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM lokal yang produknya dia tawarkan.

Dia menjelaskan sektor UMKM memiliki peran strategis mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Sektor UMKM yang disebut tulang punggung perekonomian nasional menyerap hampir 97% atau sekitar 117 juta dari total tenaga kerja di Indonesia. 

Menurut data terbaru Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, jumlah UMKM di Indonesia pada 2024 lebih dari 65 juta unit. UMKM ini tersebar di berbagai sektor, termasuk kuliner, fesyen, kerajinan tangan, dan teknologi digital.

Tahun ini, harbolnas berlangsung tujuh hari, 10—16 Desember 2024. Pemerintah menargetkan nilai transaksi selama harbolnas 2024 mencapai Rp40 triliun atau naik 16% dibanding tahun 2023. Target ini rasanya tak muluk-muluk mengingat besarnya nilai dan potensi ekonomi digital negeri ini. 

Mengutip Bisnis.com, ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai gross merchandise value (GMV) sebesar US$90 miliar (Rp1.420 triliun) pada 2024.

Dalam laporan e-Conomy SEA 2024 terbaru yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia 2024 naik 13% dibandingkan tahun 2023, menjadikan GMV terbesar di Asia Tenggara. 

Menurut catatan Bank Indonesia, transaksi e-commerce di Indonesia pada 2023 mencapai Rp453,75 triliun. Kementerian Perdagangan meyakini nilai transaksi perdagangan online akan melebihi Rp453 triliun sepanjang 2024.

Angka tersebut berpotensi terus tumbuh seiring peningkatan jumlah pengguna yang diperkirakan mencapai 131,3 juta pada 2028 nanti. Harbolnas kali pertama digelar pada 2012. 

Saat ini event tersebut berkembang menjadi kampanye belanja online terbesar. Kampanye ini bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi digital melalui berbagai penawaran menarik, seperti diskon besar-besaran, cashback, dan gratis ongkos kiririm yang melibatkan berbagai platform e-commerce serta pelaku UMKM. 

Jebakan Konsumtif

Apa pun bentuknya, acara belanja ini mencerminkan ketertarikan konsumen terhadap diskon, kemudahan akses, dan pengalaman belanja yang memuaskan.

Di sisi lain, ini juga menjadi pengingat akan pentingnya berbelanja secara bijak agar manfaat ekonomi tidak berubah menjadi jebakan konsumtif.

Harbolnas sering kali dipromosikan sebagai kesempatan emas bagi konsumen untuk mendapatkan barang impian dengan harga yang lebih murah.

Platform e-commerce berlomba-lomba menawarkan diskon, cashback, hingga gratis ongkos kirim yang menciptakan daya tarik yang sulit ditolak. 

Bagi banyak orang, harbolnas bukan hanya soal kebutuhan, tetapi juga soal kesempatan untuk menikmati pengalaman belanja yang memuaskan. Kemudahan akses belanja online dan banjir penawaran sering kali memicu perilaku konsumtif. 

Banyak konsumen tergoda membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, hanya karena merasa rugi jika melewatkan diskon. Fenomena ini mencerminkan gejala konsumerisme modern, keinginan sering kali mengalahkan kebutuhan.

Penawaran cicilan tanpa bunga dan kemudahan pembayaran seperti paylater sering kali membuat konsumen terjebak dalam utang tak bertepi. Tanpa perencanaan keuangan yang baik, banyak yang akhirnya membelanjakan lebih dari kemampuan mereka.

Di sisi lain, belanja besar-besaran selama harbolnas sering kali menghasilkan limbah tambahan dalam bentuk kemasan produk maupun barang-barang yang hanya digunakan sesaat. Ini menimbulkan masalah lingkungan yang serius.

Strategi pemasaran selama harbolnas sering kali menggunakan taktik psikologis, seperti fear of missing out (FOMO) atau tekanan waktu. Hal ini memanfaatkan kelemahan konsumen untuk mendorong pembelian impulsif.

Untuk memaksimalkan manfaat harbolnas sambil meminimalkan dampak negatif, diperlukan pendekatan yang lebih bertanggung jawab dari semua pihak.

Konsumen perlu diajarkan berbelanja secara bijak, memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta mengelola keuangan mereka dengan baik selama harbolnas. 

Jika hanya mengedepankan emosi saat belanja online, kemungkinan besar rekening atau dompet digital bakal kebobolan! Platform e-commerce dan penjual juga harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari kampanye mereka.

Misalnya, dengan menawarkan opsi pengemasan ramah lingkungan atau membatasi strategi pemasaran yang manipulatif.

Pemerintah juga dapat memainkan peran penting mengatur praktik e-commerce selama harbolnas, termasuk melindungi konsumen dari praktik yang tidak adil dan memastikan transparansi penawaran.  

Jadi bukan hanya produsen dan  seller yang mendapat dukungan, konsumen atau buyer juga butuh perlindungan. Harbolnas adalah bukti nyata kemajuan teknologi telah mengubah pola konsumsi masyarakat. 

Di satu sisi, harbolnas membuka peluang besar bagi ekonomi digital dan memberikan manfaat nyata bagi konsumen dan pelaku usaha. Di sisi lain, efek konsumerisme modern, konsumtif, peningkatan limbah, dan utang konsumen tak bisa terhindarkan. 

Bagi konsumen yang cerdas, harbolnas adalah momen menghemat pengeluaran. Mereka dapat membeli kebutuhan pokok atau barang berharga tinggi dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan hari biasa. Sekarang bola di tangan Anda, mau berbelanja dengan cara cerdas atau kebobolan saat harbolnas? 

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 17 Desember 2024. Penulis adalah Manajer Konten Solopos Media Group)

Sentimen: neutral (0%)