Sentimen
Undefined (0%)
17 Des 2024 : 17.29
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Karanganyar, Madiun, Ngawi, Solo

Tokoh Terkait

Banjir Rendam Ratusan Hektare Sawah di Ngawi, Petani Terancam Merugi

17 Des 2024 : 17.29 Views 3

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jatim

Banjir Rendam Ratusan Hektare Sawah di Ngawi, Petani Terancam Merugi

Esposin, NGAWI – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mencatat 427,85 hektare lahan sawah terendam banjir hingga Senin (16/12/2024). Jika terus terendam, dikhawatirkan tanaman padi yang rata-rata masih berusia 7 sampai 21 hari itu terancam membusuk hingga mati.

Mengacu data DKPP Kabupaten Ngawi terbaru menunjukan luasan sebaran sawah yang terendam banjir mengalami penurunan. Namun, sawah-sawah yang terletak di pinggiran sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun dilaporkan masih terendam banjir hingga Selasa (17/12/2024).

Kepala DKPP Ngawi, Supardi, menyampaikan ratusan hektare lahan sawah yang terendam banjir tersebar di enam kecamatan. Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Kwadungan, Kecamatan Pangkur, Kecamatan Padas, Kecamatan Geneng, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Ngawi.

“Kemarin memang ada banjir, untuk sawah yang terendam ada di enam kecamatan dengan Usia bibit padi yang terendam itu rata-rata 7 hingga 21 hari,” ucapnya, Selasa.

Saat ini, Supardi menyebut luas lahan sawah yang terendam sudah turun karena curah hujan mulai menunjukan intensitas tidak terlalu deras. Namun, hingga kini masih ada lahan sawah yang terendam air.

“Tetapi padi yang tidak terendam itu masih bagus setelah kami tinjau, yang kami khawatirkan itu yang terletak di sekitar sungai Bengawan Solo karena padinya baru berusia sekitar satu mingguan [pekan], jika tidak kunjung surut ya resikonya tanam ulang, karena busuk terendam air,” jelasnya.

Dia memperkirakan jika tanaman padi tersebut benar-benar rusak, petani dipastikan merugi karena harus menanam ulang. Penanaman padi per hektare, Supardi menyebut dibutuhkan dana sekitar Rp5 juta untuk biaya pembelian bibit padi hingga tanam. 

“Ya kalau busuk pasti tanam ulang, petani merugi. Per hektare kami hitung kira-kira biayanya Rp5 juta, itu untuk biaya pembelian bibit hingga penanaman ulang,” tambahnya.

Dia pun mengajak para petani untuk mendaftarkan lahan mereka dalam asuransi usaha tani padi. Dia menyebut hingga kini sudah ada 120 hektare lahan sawah di Ngawi yang sudah terdaftar dalam asuransi usaha tani padi. Bukan tanpa sebab, lahan-lahan yang terletak di daerah rawan banjir cenderung memiliki potensi rusak yang lebih tinggi.

“Kami menganjurkan untuk rekan-rekan petani agar mendaftarkan asuransi untuk lahan mereka, terutama untuk lahan yang terletak di daerah rawan banjir, saat ini sudah ada 120 hektare lahan di Kwadungan dan Pangkur yang terdaftar,” ajak dia.

Sentimen: neutral (0%)