Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Wonogiri
Kasus: kebakaran, zona merah
Hampir 65% Permukiman Warga Wonogiri Berada di Lereng, Potensi Longsor Tinggi
Espos.id
Jenis Media: Solopos
![Hampir 65% Permukiman Warga Wonogiri Berada di Lereng, Potensi Longsor Tinggi](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2020/02/Ilustrasi_Longsor_Whisnupaksa.jpg?quality=60)
Esposin, WONOGIRI — Mayoritas permukiman penduduk di Kabupaten Wonogiri rawan bencana tanah longsor saat musim hujan. Hal ini mengingat sebagian besar permukiman penduduk di desa/kelurahan berada di lereng bukit atau pegunungan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statitsik (BPS) Kabupaten Wonogiri, sebanyak 64,97% atau 191 desa/kelurahan di Kabupaten Wonogiri terletak di wilayah lereng. Hanya 103 desa/kelurahan yang terletak di dataran landai. Dengan kondisi itu, Kabupaten Wonogiri sangat rawan terjadi bencana tanah longsor.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri juga mencatat tanah longsor menjadi bencana yang paling banyak terjadi. Pada 2023, bencana tanah longsor di Kabupaten Wonogiri mencapai 112 kejadian.
Disusul bencana kebakaran yang tercatat 52 kejadian. Kemudian gempa bumi 14 kejadian. Kejadian angin kencang dan dan banjir hampir seimbang yakni masing-masing 13 dan 14 peristiwa.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono, mengatakan Kabupaten Wonogiri masuk kategori daerah zona merah bencana, terutama tanah longsor. Hal ini mengingat daerah di Kabupaten Sukses ini yang berbukit dan bergunung. Bahkan sebagian besar permukiman penduduk di perdesaan terletak di lereng-lereng bukit.
”Potensi tanah longsor di Kabupaten Wonogiri ini tinggi sekali saat musim hujan. Karena memang geografisnya yang seperti ini, berlereng. Ini juga membahayakan warga. Banyak permukiman dibangun di lereng-lereng,” kata Trias saat dihubungi Espos, Selasa (17/12/2024).
Trias menyampaikan permukiman-permukiman di perdesaan itu sejak dulu memang terletak di lereng-lereng. Pemkab Wonogiri sebenarnya sudah mengimbau agar permukiman tidak dibangun di lereng. Akan tetapi, warga tidak punya banyak pilihan untuk pindah ke tempat yang lebih landai dan jauh dari tebing atau jurang.
Sukarelawan Destana
“Warga desa biasanya sudah tahu mana tempat yang memang sangat rawan longsor dan kuat untuk bangun bangunan dan mana yang tidak,” ujar dia.
BPBD Wonogiri juga berupaya memitigasi bencana tanah longsor itu. Salah satunya dengan membentuk sukarelawan Desa Tangguh Bencana (Destana) di semua desa/kelurahan di Kabupaten Wonogiri. Sukarelawan destana itu menjadi ujung tombak pencegahan bencana sekaligus tanggap mengevakuasi saat terjadi bencana.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Wonogiri, Sri Maryati, menerangkan setiap desa/kelurahan di Kabupaten Wonogiri rata-rata memiliki 20 anggota Destana. Mereka dibekali pengetahuan kebencanaan.
Para sukarelawan Destana itulah yang melakukan amplifikasi mitigasi bencana kepada warga desa. Mereka juga menjadi garda terdepan yang membantu warga saat terjadi bencana di desa.
“Kami sudah bentuk sukarelawan Destana di semua desa/kelurahan. Ini salah satu bentuk mitigasi bencana. Semua sukarelawan Desatana itu setidaknya memiliki pengetahuan kebencanaan, termasuk di antaranya keterampilan evakuasi saat terjadi bencana. Mereka juga tahu daerah rawan bencana di desanya,” ujar dia.
Sementara itu, informasi yang dihimpun Espos, dalam dua hari terakhir, tanah longsor telah mengakibatkan sedikitnya dua rumah rusak di Desa Brenggolo, Kecamatan Jatiroto, dan Kecamatan Purwantoro. Talut SD di Desa Brenggolo dan pagar SMPN1 Tirtomoyo juga longsor.
Selain itu, tanah longsor juga menimbun lahan pertanian di Kecamatan Jatipurno. Kejadian tanah longsor dipicu hujan dengan intensitas tinggi dengan durasi lama.
Sentimen: neutral (0%)