Dalam keterangan tertulis yang dipublikasikan di saluran Telegram Kepresidenan Suriah pada Senin, 17 Desember 2024, Assad mengaku pergi dari Suriah sejak pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS) menyerbu Damaskus.

Tetapi, menurut cerita Assad, dirinya masih di Damaskus dan menjalankan tugasnya hingga dini hari tanggal 8 Desember 2024. 

"Ketika pasukan teroris menyusup ke Damaskus, saya pindah ke Latakia berkoordinasi dengan sekutu Rusia kami untuk mengawasi operasi tempur," paparnya, seperti dimuat Middle East Monitor.

Namun karena kondisinya semakin rumit, Assad akhirnya memutuskan pergi meninggalkan Suriah ke Moskow dari pangkalan udara Rusia di Hmeimim.

"Pangkalan militer Rusia itu diserang secara intensif oleh serangan pesawat tak berawak dan tanpa sarana yang layak untuk meninggalkan pangkalan itu, Moskow meminta agar komando pangkalan itu mengatur evakuasi segera ke Rusia," kata dia.

Kremlin pada 9 Desember 2024 mengatakan, Presiden Vladimir Putin telah membuat keputusan untuk memberikan suaka kepada Assad di Rusia.

Moskow, yang merupakan sekutu rezim Assad selama beberapa dekade, kini berusaha keras untuk membuat kesepakatan dengan koalisi oposisi guna menjamin keamanan dua pangkalan militer strategis mereka di Suriah.