Sentimen
Undefined (0%)
16 Des 2024 : 22.41
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Bantul, Gunungkidul, Sleman, Yogyakarta

Tokoh Terkait
Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sri Sultan Hamengku Buwono X

Mengenal Dusun Priyan, Sentra Produksi Kecambah di Bantul

16 Des 2024 : 22.41 Views 7

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jogja

Mengenal Dusun Priyan, Sentra Produksi Kecambah di Bantul

Esposin, BANTUL – Di Kabupaten Bantul ada salah satu dusun di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, yang menjadi sentra pembuatan tauge atau kecambah. Di Dusun Priyan ini sebagian besar warganya menjadi produsen tauge. 

Pekerjaan ini telah ditekuni warga setempat sejak puluhan tahun silam. Tauge yang diproduksi di Dusun Priyan ini bahkan dijual ke sejumlah pasar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rumah produksi tauge ini masih sederhana, karena masih memanfaatkan rumah atau dapur tempat tinggal dalam proses pembuatan kecambah ini. Namun hasil produksinya mencapai lebih dari 2 ton dalam sehari. Usaha produksi tauge ini bukan lagi menjadi pekerjaan sampingan, namun sudah menjadi pekerjaan tetap warga setempat dan menghasilkan cuan besar.

Karena banyaknya produsen tauge dalam satu kampung membuat Dusun Priyan dikenal sebagai sentra tauge di Bantul. Banyak pejabat yang berkunjung ke dusun ini. Salah satunya Ketua Komisi IV DPR RI Hediati Hariyadi yang biasa disapa Titiek Soeharto. Di sela kunjungan kerjanya di wilayah Bantul, putri Presiden RI kedua Soeharto itu berkunjung ke Dusun Priyan Senin (16/12/2024).

Pada 2022 lalu, menantu Sri Sultan Hamengku Buwono X, KHP Yudanegara juga berkunjung ke Dusun Priyan setelah dusun ini dinobatkan sebagai kampung iklim oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Siti Akhidah, 50, salah satu produsen kecambah Dusun Priyan mengatakan bahwa ia bersama suaminya Bambang Sumadi sudah menggeluti usaha ini sejak 27 tahun silam. Ia merupakan generasi kedua dari ayahnya almarhum Atmo Wiyono dan Semi.

Atmo Wiyono dan Semi sebelumnya juga memiliki usaha kecambah di Dusun Priyan. Atmo Wiyono memiliki sembilan anak. Dari sembilan itu, 7 anak di antaranya menggeluti usaha kecambah, termasuk Siti Akhidah.

Dalam sehari, Siti Akhidah memproduksi kecambah sekitar 1,5 kwintal. Kecambah itu ia jual ke sejumlah pasar di wilayah Bantul dan sebagian di wilayah Sleman, Jogja, dan Gunungkidul.

Dalam proses produksi kecambah hingga pemasaran ia kerjakan bersama suami serta dua orang anaknya bernama Erlis Kusumaharti dan Erwin Dwi Saputra. Selain itu, dia juga mempekerjakan dua karyawan.

“Selain diantar sendiri ke pasar-pasar, juga ada banyak pedagang yang ambil kecambahnya ke rumah saya,” katanya. 

Untuk bahan bakunya, Siti mengaku harus mendatangkan kacang hijau dari luar daerah DIY. Hal ini dilakukan karena ia mencari kualitas kacang hijau yang bagus untuk menghasilkan kualitas tauge atau kecambah. Selain memilih bahan baku yang bagus, ia kembali mensortirnya sebelum dibuat tauge.

Pertama-tama, ia cuci kacang hijau dengan bersih. Setelah bersih kacang hijau direndam selama 7 jam. Kemudian ditiriskan dan dimasukkan ke dalam ember, lalu disiram setiap dua jam sekali dan dipanen setelah 2-3 hari. 

“Untuk kecambah ekor pendek dua hari sudah dipanen, kalau kecambah ekor panjang sampai tiga hari,” tambah Erlis, anak dari Siti Akhidah.

Erlis mengatakan ada 25 kepala keluarga (KK) yang memiliki usaha kecambah di Dusun Priyan. Namun semuanya memang diproduksi di rumah masing-masing, tidak memiliki rumah khusus produksi kecambah bersama. Karena usahanya itu memang rata-rata turun temurun.

Banyaknya pengusaha kecambah di Dusun Priyan itu membuat warga khususnya pengusaha kecambah harus menjaga ketersediaan air bersih. Sebab usaha kecambah membutuhkan air bersih yang cukup banyak. 

“Dalam 50 kilogram kacang ijo untuk dijadikan kecambah membutuhkan 1.000 liter air bersih. Kalau dikalikan 2 ton kecambah sudah berapa banyak air yang dibutuhkan,” ucapnya.

Untuk itu dia bersama pengusaha kecambah lainnya menjaga lingkungan sekitar dengan membuat gerakan 1000 jugangan dan biopori untuk menjaga ketersediaan air bersih atau air sumur. 

“Kami juga sudah menanam banyak pohon yang bisa meresap air,” katanya.

Karena kepedulian warga dalam menjaga ketersediaan air untuk produksi kecambah ini, Dusun Priyan juga mendapat penghargaan sebagai Kampung Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup pada 2022 lalu.

Lurah Trirenggo, Ernawati Kusumaningsih, mengatakan Dusun Priyan satu-satunya sentra kecambah di kelurahannya. “Mungkin terbesar di Bantul ya untuk tingkat dusun yang memproduksi kecambah,” katanya. 

Dengan banyaknya produsen kecambah di Priyan, kata dia, berdampak positif karena banyak warga yang diberdayakan ikut membantu baik dalam produksi hingga pemasarannya.

Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto kagum karena satu kampung warganya banyak yang memproduksi kecambah. Titiek menyaksikan langsung proses pembuatan kecambah di Dusun Priyan dan berdialog dengan warga setempat.

“Ternyata kampung Priyan ini luar biasa, sebagian besar warganya penghasil kecambah atau tauge ya. Di dalam rumah warga banyak ember-ember yang digunakan untuk produksi kecambah,” katanya.

Kepada para produsen, Titiek menyarankan untuk membuat rumah produksi khusus kecambah yang terpisah dengan dapur rumah untuk menjaga tingkat higienis kecambah. Selain itu Titiek juga mengapresiasi karena tidak ada limbah kecambah yang terbuang. Kulit ari atau kulit dari kacang hijau sisa kecambah bisa dibuat untuk pakan ikan dan pakan ternak.

Setelah mengunjungi sentra kecambah, Titiek Soeharto berdialog dengan sejumlah kelompok tani untuk menyerap aspirasi di Pendopo Kalurahan Trirenggo. Dalam dialog tersebut, Titiek mendapatkan banyak keluhan petani tentang akses pupuk subsidi, permintaan bantuan alat pertanian modern, hingga perikanan. 

“Saya akan perjuangkan kebutuhan petani ini lewat kementerian,” ucapnya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Melihat Sentra Tauge di Priyan Bantul yang Dikunjungi Titiek Soeharto

Sentimen: neutral (0%)