Sentimen
Undefined (0%)
16 Des 2024 : 19.18
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Boyolali

Kasus: Demam berdarah dengue

Prihatin, DBD Renggut 12 Jiwa di Boyolali Sepanjang Tahun 2024

16 Des 2024 : 19.18 Views 5

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Prihatin, DBD Renggut 12 Jiwa di Boyolali Sepanjang Tahun 2024

Esposin, BOYOLALI -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat sebanyak 12 orang di Boyolali meninggal karena kasus demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali sepanjang 2024. 

Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan angka kematian 2023 akibat DBD dengan lima kasus kematian.

Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, menyampaikan total kasus DBD di Boyolali hingga Senin (16/12/2024) ada 940 kasus. 

Terdiri dari 883 kasus demam berdarah dengue dan 57 demam shock syndrome (DSS).

“Untuk kasus yang meninggal ada 12, terdiri laki-laki tiga dan perempuan ada sembilan,” kata dia kepada Espos.id saat ditemui di kantornya, Senin.

Sebelumnya, sepanjang Januari-Juli 2024, terdapat 10 kasus meninggal dunia dengan sebaran dari Desa Bojong, Bolo, dan Guwo di Kecamatan Wonosegoro; lalu Desa Kalinanas, Gunungsari di Wonosamodro; Desa Teras dan Gumukrejo di Kecamatan Teras; Desa Manjung, Kecamatan Sawit; Kelurahan Pulisen di Kecamatan Boyolali; serta Desa Trosobo Sambi

Lalu, Puji mengatakan pada November terdapat dua kasus kematian baru akibat DBD yang terjadi Repaking, Wonosamodro dan Pusporenggo, Musuk.

“Untuk kasus di Repaking, Wonosamodro. Di sana itu pasien shopping dokter, jadi pasien berpindah-pindah berobat dari fasilitas pelayanan kesehatan satu dengan yang lain. Pasien tidak mau juga menuruti saran dokter, seharusnya dirujuk tetapi pasien berkeinginan pulang. Waktu dibawa ke RSUD Simo, sudah DSS masuk ICU, 24 November meninggal. Untuk yang Musuk masih Penyelidikan Epidemiologi,” kata dia.

Selama 2023, Dinkes Boyolali mencatat ada 442 kasus DBD di Boyolali. 

Lima penderita di antaranya meninggal dunia. Lalu, dengan total pasien DBD yang meninggal dunia pada 2023 sebanyak lima orang yaitu dua laki-laki dan tiga perempuan.

Ia menyebut angka bebas jentik di Boyolali masih 83%. Menurutnya, angka tersebut masih belum baik. 

Target untuk angka bebas jentik baik yaitu di atas 95%.

Untuk meningkatkan angka bebas jentik, Puji mengatakan Dinkes Boyolali selalu melibatkan instansi terkait dan masyarakat untuk memberantas jentik nyamuk. 

Ia mencontohkan ada program satu rumah ada satu kader pemantau jentik nyamuk.

“Harapannya masyarakat bisa meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat [PHBD]. Memberikan abate ke bak air, abate-nya langsung disebar saja, tidak apa-apa, atau juga bisa menaruh ikan pemakan jentik di tempat penampungan air,” kata Puji.

Data Dinkes Boyolali mencatat pada Januari 2024 tercatat 77 kasus dengan dua orang meninggal, Februari ada 87 kasus dengan satu meninggal, Maret ada 156 kasus dengan empat meninggal, April ada 144 kasus, Mei 130 kasus, Juni 79 kasus dan satu meninggal, Juli 66 kasus dengan dua meninggal.

Kemudian, Agustus ada 53 kasus, September ada 53 kasus, Oktober ada 66 kasus DBD, November 60 kasus dengan dua meninggal, dan Desember tercatat sampai Senin ini ada 17 kasus.

Lalu, sebaran kasus di Kecamatan Selo yaitu dua, Ampel ada 43 kasus, Cepogo ada 80 kasus, Musuk 39 kasus dengan 1 meninggal, Boyolali I ada 21 kasus dengan 1 meninggal, Boyolali II ada 79 kasus, Mojosongo ada 18 kasus.

Lalu, Teras 91 kasus dengan 2 meninggal, Sawit 24 kasus dengan 1 meninggal, Banyudono I ada 30 kasus, Banyudono II ada 8 kasus, Sambi ada 103 kasus dengan 1 meninggal, Ngemplak ada 63 kasus, Nogosari ada 15 kasus, Simo ada 38 kasus, Karanggede ada 49 kasus, Klego I ada 8 kasus, Klego II ada 19 kasus.

Kemudian ada Andong dengan 59 kasus, Kemusu ada 63 kasus, Wonosegoro ada 8 kasus dengan 3 meninggal, Juwangi ada 52 kasus, Gladagsari ada 7 kasus, Tamansari ada 8 kasus, dan Wonosamodro dengan 13 kasus dengan tiga kematian akibat DBD. 

Sentimen: neutral (0%)