Sentimen
Undefined (0%)
16 Des 2024 : 10.52
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Blora, Kendal, Kudus, Semarang

Tokoh Terkait

Lewat Film Ketika Tuhan Berkata, Penyandang Disabilitas Berharap Dimanusiakan

16 Des 2024 : 10.52 Views 4

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Lewat Film Ketika Tuhan Berkata, Penyandang Disabilitas Berharap Dimanusiakan

Esposin, SEMARANG – Melalui penciptaan karya film ‘Ketika Tuhan Berkata’, Komunitas Sahabat Unik Luar Biasa (Sulbi) Kota Semarang ingin mengedukasi sekaligus memperjuangkan kota yang inklusif khususnya bagi penyandang disabilitas.

Adapun film pendek tersebut menceritakan kisah persahabatan antara lima orang yang memiliki keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari. Para pemain film ini juga diperankan langsung oleh penyandang disabilitas seperti tuna daksa, tuna wicara, tuna rungu, down syndrome dan non disabilitas.

Ketua Sulbi Kota Semarang, Angelina Ramadhani, mengatakan film Ketika Tuhan Berkata diadopsi dari naskah yang ditulis oleh dirinya sendiri. Bahkan naskah ini berhasil menjuarai kompetisi tingkat nasional.

“Menurut saya semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Ketika kita memiliki kedua itu, tergantung cara kita menyikapinya apakah kita akan berfokus pada kelebihan atau kekurangan. Padahal Tuhan telah menciptakan kita sebaik-baiknya,” kata Angelina, Senin (16/12/2024).

Pembuatan film yang melibatkan Tim Jejak Petualangan tersebut pertama kali diluncurkan dan ditonton bareng di Gedung Keuangan Negara II Kota Semarang, Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, pada Minggu (16/12/2024).

Lebih lanjut, Angelina membeberkan proses produksi film tersebut dimulai 2 Desember 2023. Baginya tidak mudah melakukan proses syuting terutama pemilihan tempat yang mudah diakses penyandang disabilitas.

“Lokasi (syutingnya) banyak, ada yang di sungai dekat PMI Jateng, hutan PMI Jateng, SD Bangetsari, dan Bukit Tandang atau sering dikenal Bukit Teletubbies,” tutur siswa SMAN 11 Kota Semarang tersebut.

Berharap Dimanusiakan

Di satu sisi, anggota Sulbi lainnya, Risma Meita Rusi, sempat tidak percaya film inklusi tersebut ditonton oleh khalayak luas. Bahkan setelah penayangan perdana di Kota Semarang, ada kota-kota lain seperti Kudus, Blora, dan Kendal meminta pemutaran film ‘Ketika Tuhan Berkata’.

“Kami sempat merasa bimbang ketika mau menggarap film ini. ‘Emang bisa?” ternyata ya bisa. Lebih banyak sukanya daripada dukanya menurut saya,” tutur perempuan yang akrab disapa Risma tersebut.

Melalui film tersebut, Risma sangat berharap pesan-pesan yang terkandung dalam film itu disampaikan ke publik. Sehingga masyarakat bisa saling menghormati maupun memanusiakan penyandang disabilitas.

“Paling tidak saya berharap peraturan yang ada sekolahan itu bisa memberi ruang penyandang disabilitas. Semoga mereka bisa mendapat perlakuan yang sama, sesuai dengan kebutuhan. Jadi tidak ada yang namanya diskriminasi,” tukasnya.

Sentimen: neutral (0%)