Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Boyolali, Solo
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Rock in Solo 2024 di Kali Pepe Land Tandai 2 Dekade Festival Musik Cadas
Espos.id Jenis Media: Solopos
Esposin, BOYOLALI -- Hujan gerimis mengguyur area panggung Rock in Solo di Kali Pepe Land, Boyolali, Sabtu (14/12/2024) siang, tak menyurutkan semangat para penonton. Mayoritas penonton yang berbaju hitam tetap berjingkrak-jingkrak dengan membuat pose metal atau melakukan headbang dengan gerakan senada dengan alunan musik keras yang menggema dari arah panggung.
Lagu Torment, Sad Story, hingga Eden Adversary mengalun di tengah rintik hujan. Ketika hujan mereda, penonton semakin banyak memenuhi area sekitar panggung. Penonton bisa menikmati berbagai pertunjukan musisi musik keras di tiga panggung yang disediakan yaitu Rajamala Stage, XX Stage, dan Sakjose Stage.
Rock in Solo 2024 yang digelar di Kali Pepe Land sekaligus menjadi penanda dua dasawarsa atau dekade festival musik cadas yang kali pertama digelar pada 2014 di GOR Manahan Solo.
Project Manager Rock in Solo, Firman Prasetyo, menyampaikan Rock in Solo kali ini digelar di Kali Pepe Land sebagai wujud kolaborasi dengan kota sekitar. Ia menyampaikan pada 2025 Rock in Solo bakal digelar di Benteng Vastenburg Solo dengan acara yang lebih besar.
Ia menyampaikan sorotan utama Rock in Solo 2024 adalah A Journey of Rock In Solo: XX. Pria yang akrab disapa Bollie tersebut mengingat dalam dua dekade perjalanan telah banyak yang dilalui festival musik cadas tersebut.
Berawal dari pertunjukan di gedung olahraga sampai alun-alun kota, dari jajaran band lokal hingga musisi musik keras internasional, 20 tahun Rock is Solo terbentuk dari perjalanan panjang.
“Selama 20 tahun ini kan kami enggak 20 kali festival, ini baru kesepuluh. Ada beberapa tahun yang vakum, kami baru mulai lagi setelah Covid-19 pada 2021,” kata dia.
Fase kekosongan bak mati suri tercatat dari tahun 2016 hingga 2020, Kemudian, pada 2021 muncul kembali lewat A Journey of Rock In Solo: Apokaliptika. Konser tersebut digelar di dalam ruangan dengan pengisi hanya satu yaitu Down For Life.
Bukan Sekadar Event
Ia mengatakan awalnya Rock in Solo diadakan sebagai wadah band-band musik rock untuk bersenang-senang. Pasar musik keras dinilai kurang sehingga mereka jarang manggung. Lalu, mereka membuat acara sendiri dengan nama Rock in Solo.
Bagi Bollie, Rock in Solo bukan sekadar event tapi menjadi -isme dan ideologi. Menurutnya, Rock in Solo mengajarinya tidak hanya membuat acara musik tapi juga bertemu sponsor, band lain, hingga penonton.
Jejaring musisi musik keras juga dibentuk dari Rock in Solo. Bollie mencontohkan Down For Life, yang merupakan band musik cadas dari Solo, bisa manggung di Korea Selatan, Filipina, Singapura, dan Thailand pada 2024.
Rock in Solo yang awalnya hanya menggandeng musisi lokal kemudian bisa menggandeng band musik keras luar negeri. Bollie mengatakan pada 2009 menjadi kali pertama Rock in Solo mengundang band luar negeri dari Australia.
Kemudian, pada 2024 ini untuk band luar negeri yang diundang yaitu Wormrot dari Singapura dan Dark Mirror Ov Tragedy dari Korea Selatan. Lalu dari Indonesia antara lain Down For Life, Sisi Selatan, Murtad, Metzdub, Koil, Senja dalam Prosa, Bengawan Noise Syndicate, dan sebagainya.
“Band pengisi Rock in Solo itu 60%-70% tetap dari Solo. Sisanya dari luar. Ada yang dari Korea Selatan dan Singapura, untuk luar pulau ada Bali dan Kalimantan,” kata dia.
Sementara itu, salah satu penonton Rock in Solo, Rizal Adi, 25, mengaku baru kali pertama menonton Rock in Solo. Ia mengatakan sejak SMP menyukai musik cadas. Alasannya menyukai musik rock karena menurutnya ada distorsi dan ekspresi yang dilambangkan dalam nada-nada yang ditimbulkan.
Menyukai aliran musik keras, Rizal mengaku baru kali pertama datang ke Rock in Solo. Sebelum-sebelumnya, ia mengaku belum bekerja sehingga belum bisa membeli tiket.
“Sukanya dari dulu, kebetulan ini harganya hanya Rp33.000 per tiket, jadi sekalian beli. Saya nonton bareng teman-teman baik sekolah atau dari Internet,” kata dia.
Sentimen: neutral (0%)