Sentimen
Negatif (96%)
13 Des 2024 : 16.03
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Senayan

Kasus: Kemacetan

Tokoh Terkait

Jakarta Jadi DKJ, Ini 4 Tantangannya Menurut Fahira Idris

13 Des 2024 : 16.03 Views 19

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Jakarta Jadi DKJ, Ini 4 Tantangannya Menurut Fahira Idris

KOMPAS.com - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Fahira Idris mengungkapkan, transformasi Jakarta menjadi DKJ adalah peluang besar untuk menciptakan kota yang tidak hanya menjadi pusat ekonomi, tetapi juga kota yang inklusif, berkelanjutan, dan beridentitas kuat.

Perubahan status Jakarta menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) melalui Undang-Undang (UU) Nomor 151 Tahun 2024 membuka babak baru bagi provinsi yang sudah hampir delapan dekade menjadi ibu kota negara itu.

Dengan mandat untuk bertransformasi menjadi pusat ekonomi nasional dan kota global, DKJ memiliki berbagai peluang dan tantangan yang tidak mudah sehingga memerlukan langkah strategis dan kolaborasi untuk mewujudkan visi besar tersebut.

“Setidaknya, terdapat empat tantangan yang akan dihadapi Jakarta setelah menyandang status sebagai daerah khusus,” ujar Fahira di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (13/12).

Pertama, kompleksitas kawasan aglomerasi Jakarta–Bogor–Depok–Tangerang–Bekasi–Cianjur (Jabodetabekjur).

Baca juga: Fahira Idris Soroti Tantangan Pramono-Rano untuk Lanjutkan Kemajuan Jakarta

Senator Jakarta itu mengatakan, pembentukan rencana tata ruang kawasan regional untuk menyelaraskan pembangunan di wilayah aglomerasi Jabodetabekjur.

Pembangunan di wilayah Jakarta, sebagian wilayah Jawa Barat, dan Banten yang akan menghadapi tantangan koordinasi lintas daerah dengan tingkat kepadatan penduduk, aktivitas ekonomi, dan kompleksitas infrastruktur yang tinggi.

Fahira menjelaskan, para pengambil kebijakan bisa menjadikan São Paulo, Brasil, yang menghadapi tantangan serupa sebagai praktik baik.

São Paulo meretas tantangan ini dengan peningkatan transportasi publik, pengurangan kemacetan, dan pengelolaan lingkungan sebagai fokus utama.

“Jabodetabekjur dapat mencontoh langkah-langkah São Paulo dengan mempercepat integrasi transportasi publik, seperti mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), dan jaringan bus yang lebih luas serta memperbaiki konektivitas antarwilayah,” ujarnya dalam siaran pers.

Kedua, menjaga identitas budaya di tengah visi menjadi kota global dunia. Fahira menilai, sebagai kota global, Jakarta menghadapi tantangan untuk mempertahankan identitas budayanya, terutama kebudayaan Betawi.

Baca juga: Fahira Idris: Gubernur Jakarta Terpilih Wajib Jadikan Warga Titik Sentral Pembangunan

UU DKJ memberikan kewenangan khusus untuk memajukan budaya lokal, termasuk pembentukan Dana Abadi Kebudayaan.

Namun, langkah itu tidak cukup tanpa political will yang kuat dan pelibatan aktif masyarakat serta badan usaha.

Dia menegaskan, tradisi lokal tidak boleh terpinggirkan dalam geliat pembangunan kota, tetapi justru harus menjadi kekuatan identitas Jakarta.

Ketiga, ketimpangan sosial-ekonomi dan tekanan sumber daya. Ketimpangan sosial-ekonomi di Jabodetabekjur akan tetap menjadi isu mendesak.

Sentimen: negatif (96.6%)