Sentimen
Positif (100%)
12 Des 2024 : 03.14
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Bantul, Gunung

Partai Terkait

Wukirsari Melestarikan Warisan, Jatiluwih Meregeneratif

12 Des 2024 : 03.14 Views 19

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Wukirsari Melestarikan Warisan, Jatiluwih Meregeneratif

Harianjogja.com, JOGJA—Dua desa wisata di Indonesia meraih penghargaan Best Tourism Villages by United Nation Tourism 2024. Kedua desa wisata tersebut yaitu Desa Wisata Jatiluwih di Bali dan Desa Wisata Wukirsari di DIY.

Penghargaan itu memasukkan kedua desa wisata menjadi bagian dari 55 Best Tourism Villages by UN Tourism 2024, yang diumumkan di Kolombia, Jumat (15/11/2024) lalu. Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, mengatakan apresiasi dan kebanggaan atas pencapaian tersebut.

"Saya optimistis penghargaan ini dapat menjadi inspirasi bagi desa wisata-desa wisata lainnya di Indonesia untuk terus mengoptimalkan potensi kekayaan alam, warisan budaya, serta pemberdayaan masyarakatnya desa menuju pariwisata yang lebih inklusif dan berkelanjutan," katanya.

Acara penghargaan Best Tourism Villages diadakan untuk menjaring desa percontohan yang berhasil mengembangkan pariwisata dengan memberdayakan masyarakat setempat dan melestarikan tradisi serta warisan budaya lokal. UN Tourism menjalankan program pendampingan bagi desa-desa wisata terpilih yang belum menjadi bagian Best Tourism Villages.

BACA JUGA : Goa Cemara New Year Festival Ditargetkan Dongkrak Kunjungan Wisatawan ke Pantai Goa Cemara

Penghargaan untuk Desa Wisata Terbaik dari UN Tourism telah diberikan kepada Desa Nglanggeran di DIY pada 2021 dan Desa Penglipuran di Bali pada 2023. Pada 2024, Desa Wisata Jatiluwih dan Desa Wisata Wukirsari terpilih menjadi desa wisata penerima penghargaan dari sekitar 260 kandidat yang berasal 60 lebih negara anggota UN Tourism.

"Tentunya tidak boleh berpuas diri atas capaian ini. Kami di Kemenpar akan terus berupaya memperkuat ekosistem desa wisata di dalam negeri melalui komitmen kolektif demi kemajuan pariwisata Indonesia," kata Widiyanti.

UN Tourism menyebutkan 55 desa wisata dengan predikat baik itu dinilai berdasarkan sembilan indikator yakni sumber daya alam dan budaya, promosi dan konservasi budaya, keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan, integrasi rantai nilai dan pembangunan pariwisata, tata kelola dan prioritasi pariwisata, konektivitas dan infrastruktur serta keselamatan, keamanan dan kesehatan.

Wukirsari Melestarikan Warisan, Jatiluwih Meregeneratif

Desa Wukirsari mengutamakan pelestarian warisan budaya. Sementara Desa Wisata Jatiluwih berupaya meregeneratif sumber daya alam dan manusia untuk memastikan keberlanjutan dan meningkatkan desa.

Setelah mendapat penghargaan sebagai Desa Terbaik Dunia 2024 dari PBB, Sekretaris Daerah (Sekda) Bantul Agus Budiraharja, mengatakan capaian tersebut merupakan pengakuan internasional terhadap kualitas desa wisata yang ada di Indonesia khususnya di Bantul. "Di sana banyak warisan, dan Wukirsari berhasil melestarikan warisan itu termasuk lingkungan berkelanjutan. Ada batik Giriloyo yang turun temurun dengan jumlah pembatik paling banyak, kemudian tatah sungging, keris, makam raja Imogiri dan banyak lagi pemandangan alam," katanya.

Kepala Desa atau Lurah Wukirsari, Susilo Hapsoro, mengatakan capaian ini sudah diperkirakan sebelumnya. Sebab pemerintah desa optimistis bahwa Desa Wisata Wukirsari memiliki dua warisan budaya tak benda dunia, yakni wayang dan batik. "Jadi sejak awal kami optimistis masuk dalam Desa Terbaik Dunia 2024. Karena kami tinggal menambahi kekurangan yang ada dan menyesuaikan aspek yang dipersyaratkan oleh UNWTO, semua ini sudah kami penuhi," katanya.

Sementara itu, Pengelola Daya Tarik Wisata (DTW) Desa Jatiluwih di Tabanan, Bali, menerapkan upaya regeneratif guna memastikan keberlanjutan dan meningkatkan lingkungan, budaya dan masyarakat sebagai langkah berikutnya untuk memaknai penghargaan dari PBB bidang Pariwisata Dunia.

“Langkah itu akan memperluas manfaat pariwisata. Wisatawan tidak hanya menikmati alam dan budaya tapi juga berkontribusi mendukung pelestarian budaya dan kesejahteraan masyarakat Jatiluwih,” kata Manajer DTW Jatiluwih, I Ketut Purna.

Adapun upaya regeneratif berupa melestarikan sistem subak, peningkatan infrastruktur ramah lingkungan, melibatkan wisatawan dalam pelestarian dan mendukung pertanian organik. Kemudian, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan meningkatkan kualitas kerajinan, pengembangan kuliner tradisional dan seni budaya, hingga perbaikan rumah penduduk yang dapat difungsikan sebagai rumah penginapan (homestay).

Ia mengungkapkan implementasi kearifan lokal masyarakat Bali, yakni Tri Hita Karana menjadi landasan yang mengantarkan desa yang berada di lereng Gunung Batukaru itu masuk 55 desa wisata di dunia dengan predikat baik atau Best Tourism Villages edisi keempat pada 2024. Filosofi lokal itu menekankan tiga keharmonisan hubungan manusia dengan manusia, alam dan spiritualitas.

Adapun sistem subak sebagai sebuah sistem pengelolaan irigasi pertanian berbasis komunitas yang ada sejak seribu tahun lalu itu berperan besar diraihnya penghargaan dunia tersebut. Subak bukan hanya teknik irigasi, tetapi juga simbol harmoni dan ketahanan komunal, yang mencerminkan hubungan mendalam antara masyarakat Bali dan lingkungannya.

BACA JUGA : Kampung dan Desa Wisata Didorong untuk Menerapkan Pariwisata Berkelanjutan untuk Menarik Wisatawan

"Ini juga yang menjadi motivasi kami untuk terus menjaga harmoni antara manusia, alam dan spiritualitas. Penghargaan ini menjadi tanggung jawab kami memastikan tidak hanya berkelanjutan tapi juga regeneratif," katanya.

Pada tahun 2012, Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel bersama sistem subaknya diakui sebagai situs warisan dunia dari Organisasi PBB Bidang Pendidikan, Sosial dan Budaya (UNESCO) pada 2012. Hingga saat ini, kawasan terasering persawahan dengan sistem subak menjadi identitas Jatiluwih yang tetap lestari meski menjadi daerah tujuan wisata.

Memaksimalkan Peran dan Potensi Desa Wisata

Pemerintah Indonesia terus memperkuat program pengembangan desa wisata sebagai strategi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di kawasan pedesaan. Pengembangan desa wisata mencakup aspek ekonomi, pelestarian budaya, dan lingkungan.

Pemerintah desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memainkan peran krusial dalam mengoptimalkan potensi ini melalui pengelolaan yang profesional dan berkelanjutan. Apalagi kini desa wisata telah menjadi salah satu destinasi yang dicari dan dikunjungi masyarakat untuk mengisi libur, baik hari raya maupun libur anak sekolah.

Menurut Kementerian Pariwisata, terdapat empat klasifikasi dalam desa wisata. Pertama, desa wisata rintisan, yakni desa wisata yang baru mulai beroperasi dan masih dalam tahap pengembangan. Biasanya, desa-desa ini memiliki potensi pariwisata yang besar namun masih terbatas dalam hal fasilitas dan kegiatan. Kedua, desa wisata berkembang. Pada klasifikasi ini, potensi desa mulai dilirik oleh wisatawan, dan desa telah memiliki pengelolaan yang lebih baik serta kepengurusan yang jelas dan mulai tercipta aktivitas ekonomi.

Ketiga, desa wisata maju, desa telah memiliki sarana prasarana memadai serta berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Dan keempat, desa wisata mandiri, yakni kategori bagi desa-desa wisata yang telah mampu berinovasi serta dapat menarik pengunjung dari lingkup yang lebih luas, termasuk wisatawan internasional.

Merujuk data dari laman Jadesta (Jaringan Desa Wisata) Kemenparekraf, per 10 November 2024 terdapat 6.042 desa wisata yang tersebar di berbagai provinsi. Rinciannya, 4.703 desa wisata rintisan, 992 desa wisata berkembang, 314 desa wisata maju, 33 desa wisata mandiri. Jumlah desa wisata itu meningkat 28,14 persen dibandingkan tahun 2023 yang sebanyak 4.715 desa wisata. Peningkatan itu sejalan dengan komitmen pemerintah untuk membangun sektor pariwisata berkelanjutan di tingkat desa.

Peningkatan jumlah desa wisata itu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi warga desa, mengingat desa wisata seringkali mendorong pembukaan usaha kecil seperti penginapan (homestay), warung makan, penyewaan alat wisata, serta penjualan souvenir lokal yang langsung mendatangkan penghasilan tambahan bagi penduduk desa. Kehadiran desa wisata, juga menciptakan lapangan kerja baru, terutama di sektor jasa yang memungkinkan warga desa mendapatkan tambahan pendapatan dari pekerjaan yang mungkin tidak ada sebelumnya.

Strategi pengembangan

Pengembangan desa wisata dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain pemberian pelatihan keterampilan dan manajemen bagi masyarakat, pembangunan infrastruktur dasar seperti akses jalan dan fasilitas umum, serta promosi dan pemasaran berbasis digital.

Melansir data Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT), sebanyak 6.584 BUMDes telah terlibat dalam pengelolaan desa wisata. Di samping itu, Kemendes PDT juga telah mengarahkan pemanfaatan dana desa untuk mendukung pembangunan fasilitas pariwisata, seperti penginapan, pusat informasi wisata, dan area publik. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisatawan dan memberi pengalaman yang lebih nyaman bagi pengunjung.

BACA JUGA : Resmi! Wukirsari Jadi Satu Dari 55 Desa Wisata Terbaik Dunia 2024

Pemerintah berharap dengan adanya dukungan dari dana desa, pembangunan desa wisata dapat lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Di sisi lain, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah menyerahkan bantuan Dukungan Pengembangan Usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (DPUP) bagi 24 desa wisata yang berasal dari 12 provinsi di Indonesia sebagai bentuk keberpihakan pemerintah dalam menjadikan desa wisata semakin berkualitas.

Setiap desa wisata menerima bantuan rata-rata senilai Rp120 juta yang dilengkapi dengan program penguatan pengelolaan bisnis melalui literasi keuangan dan bisnis. “DPUP ini akan menjadi dorongan bagi pengelola desa wisata untuk lebih mengembangkan potensi daya tarik wisata yang ada dan meningkatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis parekraf yang melibatkan masyarakat,” Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Anggara Hayun Anujuprana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: positif (100%)