Sentimen
Undefined (0%)
10 Des 2024 : 00.10
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Semarang

Kasus: penembakan, Tawuran

Terkuak! Saksi Penembakan Diajak Polisi Ikut Prarekonstruksi Tanpa Pengacara

10 Des 2024 : 00.10 Views 6

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Terkuak! Saksi Penembakan Diajak Polisi Ikut Prarekonstruksi Tanpa Pengacara

Esposin, SEMARANG -- AD, siswa kelas 12 SMKN 4 Semarang yang selamat dari peristiwa penembakan Aipda Robig Zainudinn, mengungkapkan sejumlah fakta mengejutkan. AD mengaku bahwa dirinya diajak polisi untuk mengikuti prarekonstruksi kejadian penembakan tanpa pendamping, baik kuasa hukum maupun keluarga.

Fakta Mengenai Kejadian Penembakan

Setelah terkena peluru, AD memutuskan untuk beristirahat di rumah terlebih dahulu. Dia kemudian diantar oleh keluarganya untuk memeriksakan luka tembak di bagian dada di Puskesmas Ngaliyan. “Setelah dijahit, saya langsung ke Uptown Mall. Tiba-tiba, adik saya menelepon, dan ternyata yang memegang ponsel adik saya adalah polisi. Saya diajak bertemu di mini market daerah perumahan BSB,” ungkap AD, Senin (9/12/2024).

Dijemput Polisi untuk Prarekonstruksi Tanpa Pendamping

Awalnya, polisi bertemu dengan AD untuk mencari keterangan tentang peristiwa penembakan yang terjadi di Jalan Candi Penataran Raya pada Minggu (24/11/2024) dinihari. Keesokan harinya, polisi meminta AD hadir sebagai saksi dalam kegiatan prarekonstruksi peristiwa tersebut, pada Selasa (26/11/2024).

Namun, AD mengaku bahwa dirinya diminta datang sendiri ke lokasi prarekonstruksi tanpa pendampingan dari keluarga atau kuasa hukum. "Saya tidak dijemput, disuruh datang sendiri ke Polrestabes Semarang untuk dimintai keterangan. Begitu sampai, saya diajak ikut prarekonstruksi. Saya disuruh pakai masker dan masih memakai seragam sekolah," jelasnya.

Pengalaman Saat Prarekonstruksi dan Kejadian Tak Terduga

Saat kegiatan prarekonstruksi berlangsung, AD memang sempat diwawancarai oleh media. Namun, polisi tidak memberikan kesempatan bagi AD untuk berbicara lebih banyak mengenai peristiwa penembakan yang mengakibatkan tewasnya temannya, GRO. Bahkan, AD merasa kebingungan ketika polisi mengundangnya untuk hadir dalam kegiatan tersebut.

Selain itu, saat polisi merilis nama-nama tersangka yang terlibat tawuran, AD sama sekali tidak mengenal empat orang yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Polrestabes Semarang. “Waktu prarekonstruksi itu saya tidak tahu apa-apa, karena saya dimasukkan ke mobil. Saya juga tidak tahu soal tawuran,” katanya.

Ponsel Disita Polisi Tanpa Penjelasan

Tidak hanya itu, polisi juga menyita ponsel AD dan dua korban lainnya. AD menyerahkan ponselnya tanpa menanyakan alasan polisi melakukan penyitaan. “Iya, ponsel saya diambil polisi hari Selasa. Saya diminta mengumpulkan ponsel, terus saya kasihkan karena memang tidak ada apa-apa,” ujarnya.

Sebagai dampak dari peristiwa penembakan tersebut, orang tua AD kini melarangnya untuk berkegiatan sampai larut malam, demi mencegah kejadian yang tidak diinginkan. “Sekarang saya harus sampai rumah sebelum jam 22.00 WIB. Kalau melawan, malah bisa lebih parah,” ungkap AD. 

Sentimen: neutral (0%)