Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Solo, Sragen
Terancam Tak Selesai, Jembatan Butuh Sragen Dikhawatirkan Picu Kerugian Negara
Espos.id Jenis Media: Solopos
Esposin, SRAGEN-Progres proyek pembangunan Jembatan Butuh yang membentang 150 meter di atas Sungai Bengawan Solo di antara Butuh dan Pilang, Sragen, terus diawasi Komisi III DPRD Sragen. Para wakil rakyat di DPRD Sragen mengkhawatirkan proyek senilai Rp14,7 miliar itu terancam tidak rampung dan berpotensi terjadi kerugian negara.
Salah satunya, anggota Komisi III DPRD Sragen Muh. Haris Effendi, saat bertemu Espos.id, Senin (9/12/2024), mengungkapkan kalau melihat situasi dan kondisi di lapangan dikhawatirkan jembatan penghubung Desa Gedongan Plupuh dan Pilang Masaran itu tidak rampung hingga akhir Desember 2024 ini. Dia melihat kondisi air Bengawan Solo tinggi terus karena intensitas hujan juga tinggi.
Dia melihat pekerjaan erection bentangan wilayah Pilang, Masaran, sepertinya tidak sesuai jadwal. Dia mengatakan Badan Anggaran DPRD Sragen sudah memanggil Dinas Pekerjaan Umum (DPU) beberapa waktu lalu dan meminta time schedule atas progres pekerjaan jembatan itu. Haris menyampaikan sampai sekarang DPU tidak menyerahkan time schedule yang diminta Banggar.
"DPU ini saya lihat memang tidak kooperatif. Dengan time schedule itu, kami di Komisi III bisa ikut mengawasi dan memberi solusi atas kendala yang dihadapi. Sekarang progresnya berapa persen, keterlambatan pekerjaan berapa persen tidak diketahui. Yang jelas kalau melihat kondisi di lapangan, kami mengkhawatirkan pekerjaan Jembatan Butuh itu tidak akan jadi," ujarnya.
Haris menerangkan proyek Jembatan Butuh ini berpotensi menjadi masalah di belakang hari. Dia sudah mengkonfirmasi sejumlah pihak dan menemukan data bahwa kontraktor diduga sudah mencairkan anggaran proyek sebesar 65% dari nilai kontrak. Selain itu, Haris juga menemukan informasi bahwa kontraktor juga mengambil pinjaman di bank pemerintah senilai Rp4 miliar dengan jaminan kontrak.
"Artinya kalau ditotal kemungkinan sudah mencapai 95%. Kalau proyek jembatan itu diperpanjang atau diputus kontrak maka berpotensi terjadi kerugian negara. Saya sudah croscheck ke bank terkait. Ketika termin kontrak sudah dibayarkan 65% ternyata pinjaman Rp4 miliar itu hanya dibayarkan bunganya saja. Kalau diputus kontrak lalu pinjaman itu menjadi tanggung jawab siapa?" ujarnya.
Dia menjelaskan kekhawatiran para legislator itu jembatan tidak jadi dan masyarakat dirugikan dan ada potensi kerugian negara karena dana yang digunakan susah 95% tetapi yang cair baru 65%. Dia melihat pekerjaan Jembatan Butuh itu butuh waktu yang panjang, terutama dalam erection bentangan yang tengah. Dia mengatakan pekerjaan erection bentangan di Butuh saja butuh waktu 14 hari, apalagi yang tengah. Padahal waktu yang tersisa, jelas dia, tinggal 20 hari.
"Erection di bentangan Butuh itu awalnya dijadwalkan tujuh hari selesai tetapi realisasinya 14 hari. Setelah semua bentangan selesai masih membuat rangka beton untuk lantai jembatan dengan ukuran panjang 150 meter dan lebar 7 meter. Kami meminta kalau pekerjaan tidak selesai maka DPU jangan membayar 100% seperti kasus di Pasar Sukowati," kata dia.
Sementara Kepala DPU Sragen Albert Pramono Soesanto mengatakan pekerjaan di bentangan Butuh sudah masuk tahap pembesian lantai jembatan yang ditargetkan untuk pengecoran pada pekan ini. Dia melanjutkan untuk bentangan di Pilang Masaran, pekerjaan erection rangka ditargetkan selesai pekan ini. Kemudian untuk bentangan tengah, kata dia, ditargetkan pekan ini mulai pekerjaan erection.
"Proses erection bentangan tengah sudah tahap persiapan dan pabrikasi alat untuk erection. Komponen baja pengganti yang rusak susah dikirim Minggu (8/12/2024) dan sekarang dalam perjalanan," kata dia
Dia menyatakan progres pekerjaan sekarang baru 75% dengan anggaran yang sudah cair senilai 60% dikurangi retensi 5%. Dengan waktu yang tersisa 20 hari itu, Albert terus mengupayakan sampai selesai. "Soal pinjaman kontraktor itu bukan wilayah kami. Kalau kami teknis saja sesuai kontrak," kata dia.
Sentimen: neutral (0%)