Bandara Damaskus dan Aleppo Tutup, Suriah Lumpuh?
Suara.com Jenis Media: News
Suara.com - Bandara terbesar di Damaskus dan Aleppo menghentikan semua penerbangan mulai hari Minggu hingga 18 Desember untuk Damaskus dan 17 Desember untuk Aleppo, setelah kelompok anti-rezim Suriah mengambil alih kekuasaan.
Informasi ini bersumber dari Notice to Airmen (NOTAM), yang menyampaikan pemberitahuan penting mengenai kondisi, perubahan terkait layanan, prosedur, atau potensi bahaya bagi operasional penerbangan.
Saat ini, Syrian Air dan Cham Wings masih mengoperasikan penerbangan internasional dari Bandara Damaskus. Sementara itu, kondisi di Bandara Latakia yang berada di barat Suriah masih belum jelas.
Bandara di Kota Qamishli, yang terletak di timur laut Suriah, dikelola oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi oleh Kurdi, dengan penerbangan yang dilakukan menuju Damaskus dan Beirut.
Baca Juga: Grafiti Remaja 14 Tahun, Picu Perang Saudara Suriah yang Mematikan
Sebelumnya pada hari Minggu, Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, menyatakan bahwa ia dan 18 menteri lainnya memutuskan untuk tetap berada di Damaskus.
Al-Jalali juga mengungkapkan bahwa ia telah berkomunikasi dengan para pemimpin kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham, setelah mereka masuk ke kota tersebut.
Komando militer Suriah telah memberi tahu para perwira melalui sebuah pernyataan bahwa rezim Presiden Bashar al-Assad telah runtuh setelah kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memasuki ibukota Damaskus.
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh komando militer pada Minggu pagi, menyusul laporan mengenai masuknya kelompok bersenjata ke Damaskus dan keluarnya Assad dari kota itu.
Menurut Reuters yang mengutip dua perwira militer, Assad dilaporkan terbang dari Damaskus menuju lokasi yang tidak diketahui pada hari Minggu sebelum kelompok bersenjata tersebut tiba di ibukota.
Baca Juga: Kesaksian Jatuhnya Assad, Perdana Menteri Suriah Buka Suara
Di sisi lain, Perdana Menteri Suriah Mohammed Ghazi al-Jalali menyatakan kesiapannya untuk menyerahkan pemerintahan negara itu kepada pemerintahan transisi.
Sentimen: positif (72.7%)