Sentimen
Undefined (0%)
4 Des 2024 : 17.19
Informasi Tambahan

Agama: Hindu

Kab/Kota: Boyolali

Tokoh Terkait

Sulit Cari Regenerasi, Hotel Maxone Loji Kridanggo Gelar Lomba Seniman Janur

4 Des 2024 : 17.19 Views 19

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Sulit Cari Regenerasi, Hotel Maxone Loji Kridanggo Gelar Lomba Seniman Janur

Esposin, BOYOLALI - Dalam rangka melestarikan kekayaan budaya, Hotel Maxone Loji Kridanggo Boyolali menggelar lomba seni janur di halaman parkir hotel, Rabu (4/12/2024).

Sepuluh tim dari berbagai kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah duduk sambil merangkai janur. 

Satu tim terdiri atas tiga hingga empat orang yang bekerja sama membuat kembar mayang dan penjor.

Ada satu orang menyiapkan janur, satu orang lain merangkai, dan satu lagi menempelkan hiasan janur ke pohon pisang yang sudah disiapkan.

Sales Marketing Manager Hotel Maxone Loji Kridanggo Boyolali, Clarita Hera, menyampaikan festival janur tersebut menjadi salah satu rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-3 hotelnya.

"Ini kali pertama kamu lakukan tujuan utamanya festival janur yaitu untuk nguri-nguri kebudayaan Jawa," kata dia kepada wartawan ditemui di lokasi.

Ia mengatakan lomba dalam festival janur mempersyaratkan peserta membuat kembar mayang dan penjor.

Hera memperhatikan antusiasme peserta bagus karena ini adalah jarang terdapat lomba merangkai janur di Boyolali.

"Mungkin dari mereka kan juga butuh regenerasi agar budaya ini tak, agenda seperti ini kan mungkin akan lebih mengundang banyak masyarakat untuk tertarik belajar seni merangkai janur," kata dia.

Hadiah yang diberikan kepada peserta yaitu juara I Rp1 juta, juara II Rp750.000, dan juara III Rp500.000. 

Panitia juga menyediakan kompensasi bagi seluruh peserta dalam menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk membuat kembar mayang dan penjor.

Untuk aspek yang dinilai dalam lomba tersebut mulai dari kreativitas, kebersihan pascapembuatan, dan estetika.

Sulitnya Regenerasi

Salah satu peserta asal Cahaya Florist Dekorasi dari Candi, Ampel, Sutarto, 52, mengatakan lomba merangkai janur baru kali pertama digelar di Boyolali. 

Sehingga, ia sangat antusias mengikuti  lomba tersebut bersama tiga orang anggota tim lainnya.

“Kebetulan pekerjaan saya dekorasi, untuk membuat kembar mayang sepasang begitu 3-4 jam. Untuk penjor sekitar satu jam, sedangkan waktu membuat di sini total empat jam sehingga kurang lama. Nanti sebisanya,” kata pria yang telah berkecimpung membuat seni janur sejak 20 tahun lalu.

Ia berharap kegiatan lomba tersebut bisa sering diadakan di Boyolali untuk mempertemukan para seniman janur. 

Ketika sering bertemu, lanjut dia, maka seniman akan termotivasi dengan hasil karya teman lain.

“Semoga juga semakin banyak anak muda yang tertarik dan melanjutkan regenerasi kegiatan ini. Sebenarnya seni janur ini mudah karena idenya bisa keluar dari diri sendiri. Anak muda di tempat saya banyak, tapi peminatnya berkurang. Anggota termuda di kami usianya 38 tahun,” kata dia.

Ia menilai anak muda jarang berminat dalam dunia seni janur karena merangkai janur butuh ketelatenan dan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, dibutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi.

Seniman lain asal Kecamatan Boyolali, Supri Jabrik, 50, mengatakan saat ini pihaknya kesulitan untuk regenerasi seniman janur. 

Ia sendiri aktif merangkai janur sejak 1980-an saat masih SMP dan menekuninya hingga sekarang.

“Anak sekarang, gen Z, soal budaya memang jauh [mengikuti],” kata dia.

Ia mengatakan untuk menjadi seniman janur dibutuhkan orang yang tekun dan mau belajar. 

Anak zaman dahulu, menurut Supri, lebih telaten dibandingkan anak zaman sekarang.

Supri pun mengusulkan agar pemerintah membuat aturan agar kesenian janur atau hal yang berbau budaya dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan atau ekstrakurikuler.

Selanjutnya, ia menjelaskan dalam membuat kembar mayang butuh waktu 3-4 jam lalu penjor umbul-umbul membutuhkan waktu satu jam.

“Harapan saya ke depan nantinya lomba berfokus ke membuat umbul-umbul karena mudah terlihat orang banyak dipasang di depan, meskipun agak berbau hindu yang penjor. Bisa nanti di event-event tertentu diberi penjor, memberikan kesan bahwa Boyolali bergeliat untuk menjaga kelestarian seni janur,” kata dia.

Sentimen: neutral (0%)