Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Semarang
Kasus: Tawuran
Tokoh Terkait
Ayah GRO Sakit Hati: "Sudah Meninggal, Masih Difitnah sebagai Gangster"
Espos.id
Jenis Media: Jateng
![Ayah GRO Sakit Hati: "Sudah Meninggal, Masih Difitnah sebagai Gangster"](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2024/12/20241203191920-ayah-gro.jpg?quality=60)
Esposin, SEMARANG -- Dengan mata berkaca-kaca, Andi Prabowo, ayah dari almarhum GRO, siswa SMKN 4 Semarang, tak mampu menyembunyikan duka mendalam. Lelaki 44 tahun itu merasa terpukul bukan hanya karena kehilangan putranya, tetapi juga karena pernyataan polisi yang menurutnya tak adil.
GRO, siswa kelas 11 jurusan Teknik Mesin, tewas setelah ditembak polisi. Awalnya, keluarga diberi tahu bahwa GRO meninggal di rumah sakit sebagai korban tawuran. Namun, belakangan terungkap bahwa polisi menuduhnya sebagai pelaku tawuran atau gangster. Klaim polisi itu jelas ditolak keras oleh keluarga.
"Saya mencari GRO sendirian waktu itu. Perasaan saya sudah tidak enak. Berkali-kali saya telepon, tapi tidak diangkat," ujar Andi, Selasa (3/12/2024), mengenang momen saat kehilangan kontak dengan anaknya.
Pamitan Silat, Tak Pernah Pulang
Sabtu malam, 23 November 2024, GRO berpamitan kepada neneknya untuk latihan silat di Kampus Widya Husada. Namun hingga pukul 22.00 WIB, ia belum juga pulang, membuat keluarga khawatir.
Saat GRO tak bisa dihubungi, Andi berinisiatif mencarinya ke lokasi latihan silat. Sayangnya, ia tak menemukan putranya di sana. Dengan penuh kecemasan, ia menyusuri jalanan, berharap menemukan jejak anak keduanya.
Tangisan Andi pecah ketika mendengar kabar bahwa GRO meninggal dunia di rumah sakit. Namun yang membuat hatinya benar-benar hancur adalah tuduhan polisi bahwa anaknya terlibat tawuran.
"Saya tidak percaya anak saya gangster. Saya tahu betul kepribadiannya. Sakit hati sekali, sudah meninggal masih difitnah seperti itu," ujar Andi.
Harapan Keadilan
Andi, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir forklift di Pelabuhan Tanjung Emas, berharap keadilan ditegakkan dalam kasus ini. Ia meminta agar polisi bersikap transparan dan tidak menutupi fakta.
"Harapan saya, kasus ini diadili seadil-adilnya. Jangan ada yang ditutupi atau direkayasa. GRO itu anak baik. Dia bercita-cita jadi tentara, makanya dia ikut paskibra," tandas Andi.
Kematian GRO menyisakan luka mendalam, tidak hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi rekan-rekannya di sekolah. Keluarga berharap keadilan dapat ditegakkan tanpa ada rekayasa, agar nama baik almarhum tidak ternoda oleh tuduhan yang tak berdasar.
Sentimen: neutral (0%)