Kembangkan Kompetensi, Kemenag Beri 15 Widyaiswara Pengalaman Internasional
Kabartangsel.com Jenis Media: Nasional
Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) memberi kesempatan 15 widyaiswara pada Pusdiklat Teknis, Pusdiklat Administrasi, dan Balai Diklat Keagamaan untuk mengembangkan kompetensi sekaligus menggali pengalaman internasional di Bali.
Giat ini dikemas dalam Shortcourse Pengembangan Kompetensi Widyaiswara Tahun 2024. Shortcourse yang berlangsung dari 1 – 15 Desember 2024 ini dibuka Kepala BMBPSDM, Mastuki, mewakili Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Suyitno.
Hadir, tim pengajar dari Universitas Canberra, yaitu Assoc. Prof. Dr. Maya Gunawardena, Dr. Emily Hills, dan Dr. Sitti Patahuddin, serta tim inovasi Munir dan Kepala Bagian Tata Usaha BMBPSDM, Muhtadin. Shortcourse mengangkat tema “Transcontinental Training: Advancing Indonesian Education Through Australian Personalised Learning Practices”.
“Shortcourse di Bali ini adalah peluang yang harus disyukuri. Narasumber dan trainer dari Universitas Canberra bersedia penuh memfasilitasi kegiatan ini,” terang Mastuki di Bali, Minggu (1/12/2024).
“Shortcourse ini merupakan bukti komitmen Badan Moderasi Beragama dan PSDM dalam memperhatikan mutu SDM dan pembelajaran. Mutu pembelajaran sangat ditentukan oleh mutu pengajar, yakni Widyaiswara,” sambungnya.
Dijelaskan Mastuki, shortcourse ini merupakan inisiatif dari Kepala Badan Litbang dan Diklat sebagai program perdana yang menyediakan pengalaman internasional bagi Widyaiswara. Kemenag berharap dengan giat ini, para Widyaiswara semakin percaya diri dan terus belajar sepanjang waktu.
“Di era digitalisasi dan teknologi, kehadiran “manusia” dalam pembelajaran tetap sangat penting. Manusia dengan super-intelligence dan multi-intelligence tidak dapat sepenuhnya tergantikan oleh mesin,” paparnya.
Dr. Sitti dari Universitas Canberra juga menyatakan, “Kami sangat bersemangat menyambut kedatangan Tim Kemenag. Personalised Learning di Australia merupakan program ICT yang membangun kerjasama antara guru dan peneliti. Boleh jadi Personalised Learning bisa berkembang lebih maju di Indonesia karena Indonesia negara besar, dan bertujuan mengembangkan keahlian yang sudah dimiliki oleh para peserta.”
Munir dari Tim Inovasi menyampaikan, “kerja sama Tim Inovasi dengan Australia akan berlangsung hingga tahun 2031. Para peserta diharapkan bisa menjadi mitra dalam program yang dilaksanakan oleh Tim Inovasi ke depan.”
Dengan giat ini, diharapkan Widyaiswara dapat terus meningkatkan kompetensinya dan memberikan kontribusi besar bagi peningkatan kualitas pembelajaran di Indonesia.
Sentimen: positif (100%)