Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Dukuh, Solo, Sragen
Hari Jadi Desa Blangu Ditetapkan, Ternyata Lebih Tua Ketimbang Sragen
Espos.id
Jenis Media: Solopos
![Hari Jadi Desa Blangu Ditetapkan, Ternyata Lebih Tua Ketimbang Sragen](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2024/12/20241203072844-03musdes-blangu.jpg?quality=60)
Esposin, SRAGEN—Para tokoh masyarakat dan Pemerintah Desa (Pemdes) Blangu, Kecamatan Gesi, Sragen, menggelar musyawarah desa (musdes) untuk menetapkan Hari Jadi Desa di Pendapa Balai Desa Blangu, Minggu (1/12/2024) malam.
Dalam musdes disepakati Hari Jadi Desa Blangu jatuh pada 25 Mei 1746 atau lebih tua dua hari daripada Hari Jadi Kabupaten Sragen yang jatuh 27 Mei 1746.
Sebelumnya Pemdes Blangu membentuk Tim Penelusuran Hari Jadi Sragen dengan menggandeng para pemerhati sejarah dan budaya dari Yayasan Palapa Mendira Harja (YPMH) Cabang Sragen.
Tim tersebut menginventaris cerita lisan yang berkembang di wilayah Desa Blangu dan melakukan penelusuran ke sejumlah tempat yang dipercaya warga sebagai cikal bakal dukuh serta sejumlah petilasan atau punden.
Tim tersebut juga mewawancarai sejumlah sesepuh desa serta mengecek sejumlah nisan para pendahulu, seperti nisan Demang Joyo Sentono, nisan Mbah Singopawira di Dukuh Wahyu yang dipercaya sebagai lurah lama serta nisan kerabat dari Demang Ning di Dukuh Blangu.
Selain itu, tim juga mencari literasi yang berkaitan dengan Desa Blangu, termasuk meminta Salinan Serat Siti Dhusun di Perpustakaan Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran Solo dan berdiskusi dengan pengelola Perpustakaan Radya Pustaka Surakarta.
Dari penelusuran literasi itu, tim menemukan Babad Giyanti, Serat Kuntharatama, dan Babad Nitik Ngayogya yang menjadi penguat literasi dalam penyusunan Hari Jadi Desa Blangu.
Tim pun menelusuri peta lama buatan Belanda dari koleksi digital Koninklijk Instituut voor Taal, Land, en Volkenkunde (KITLV) Universitas Leiden, Belanda.
“Dalam Musdes itu tim memaparkan hasil penelusuran kepada warga. Ada dua paparan, yaitu paparan yang berkaitan dengan cerita lisan dan paparan tentang dasar yang digunakan dalam penghitungan Hari Jadi Desa Blangu," kata Kepala Desa Blangu, Danang Wijaya, kepada Espos, Selasa (3/12/2024).
Dia menambahkan dalam paparan tersebut, penentuan hari, bulan, dan tahun didasarkan pada Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama, yaitu diambil dari kedatangan Mas Ayu Tejawati ke wilayah Gelagah atau Glagah yang merupakan wilayah di Desa Blangu.
"Kedatangan Mas Ayu Tejawati ke Gelagah itu dilakukan setelah keluar dari Keraton bersamaan dengan keluarnya Pangeran Mangkubumi karena Mas Ayu Tejawati merupakan ibunda Pangeran mangkubumi,” jelasnya.
Danang menjelaskan perjalanan dari Keraton di Solo menuju ke Gelagah kemudian dihitung dan diperkirakan sampai di Gelagah bertepatan pada 25 Mei 1746. Dia menyampaikan artinya Hari Jadi Desa Blangu lebih tua dua hari bila dibandingkan dengan Hari Jadi Sragen yang jatuh pada 27 Mei 1746.
Dia mengatakan Hari Jadi Blangu justru memperkuat keberadaan Hari Jadi Sragen. “Dalam sejarah Sragen yang dibacakan setiap malam menjelang Hari Jadi itu memang menyebut nama Glagah tetapi tidak dijelaskan lokasinya di mana. Setelah ditelusuri ternyata Glagah yang dimaksud berada di wilayah Blangu,” jelas Danang.
Danang menyatakan Hari Jadi Desa Blangu sudah disepakati warga desa dalam Musdes. Dia menyampaikan sempat terjadi perbedaan pendapatan dalam musdes tersebut tetapi pada akhirnya penetapan Hari Jadi Desa itu dilakukan secara mufakat. Dia mengungkapkan musdes selesai pada pukul 23.00 WIB.
Sentimen: neutral (0%)