Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kab/Kota: Boyolali, Karanganyar, Klaten, Solo, Sragen, Sukoharjo
Solo bakal Punya Wakil Wali Kota Perempuan, Pakar Gender UNS Titipkan Pesan Ini
Espos.id Jenis Media: Solopos
Esposin, SOLO -- Kota Solo diambang memiliki wali kota perempuan pertama dalam sejarah kepemimpinan daerah dengan munculnya pasangan calon wali kota-wakil wali kota (cawali-cawawali), Respati Ardi-Astrid Widayani, yang unggul dalam perolehan suara Pilkada Solo 2024 versi real count maupun quick count.
Pakar Studi Gender FISIP UNS Solo, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, menyambut positif adanya representasi perempuan yang bakal menduduki posisi top eksekutif di Kota Solo. Dia berharap persoalan-persoalan yang berhubungan dengan ketidaksetaraan gender menjadi program prioritas pembangunan.
Ismi juga berpesan agar setiap kebijakan yang diambil harus memberikan kebermanfaatan bagi perempuan, laki-laki, anak-anak, penyandang disabilitas, dan orang tua atau lansia. Menurutnya, dengan memperhatikan hal tersebut Kota Solo akan semakin sejahtera.
“Tentu saya menyambut senang sekali bahwa Pilkada Solo 2024 akan ada representasi perempuan yang menduduki posisi pimpinan atau top eksekutif. Saya berharap persoalan-persoalan yang berhubungan ketidaksetaraan gender menjadi prioritas program pembangunan,” kata dia saat ditemui Espos di Solo Technopark, Sabtu (30/11/2024).
"Jadi program pembangunan harus dipastikan memberikan kebermanfaatan baik kepada perempuan, laki-laki, anak-anak, [penyandang] disabilitas, orang tua. Insyaallah kalau pembangunan itu mempertimbangkan hal-hal itu kota kita akan semakin sejahtera," tambahnya.
Ismi menegaskan isu ketimpangan gender tidak hanya terjadi di satu kota saja melainkan hampir semua kota di Indonesia. Dia mengamati di Solo representasi perempuan sebagai pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) masih minim. Kemudian aksesibilitas perbankan bagi UMKM yang dikelola perempuan juga perlu ditingkatkan.
“Misalnya kalau kita bicara soal representasi pimpinan OPD masih terlihat representasi perempuan tidak sebanding dengan jumlah perempuan sebagai pegawai yang bekerja di sana. Atau UMKM-UMKM yang dikelola perempuan perlu dinaikkan kelasnya supaya aksesibilitas terhadap perbankan semakin meningkat. Sehingga produk mereka menguasai pasar lokal dan internasional. Itu PR menurut saya dan itu bisa dilakukan kalau komitmennya ada,” ungkap dia.
Indeks Ketimpangan Gender
Sementara itu berdasarkan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) yang dirilis Badan Pusat Statistik pada 2022, Solo menjadi wilayah di Soloraya dengan indeks ketimpangan gender paling rendah dengan skor 0,147.
Kemudian disusul Klaten dengan skor 0,229, Sukoharjo 0,260, Boyolali 0,363, Karanganyar 0,374, dan terakhir Sragen 0,481. IKG berfokus mengukur kesenjangan pencapaian antara perempuan dengan laki-laki dalam tiga dimensi yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja.
Indikator dimensi kesehatan reproduksi adalah proporsi perempuan pernah kawin 15-49 tahun yang melahirkan tidak di fasilitas kesehatan (MTF) dan angka kematian ibu dan proporsi perempuan pernah kawin 15-49 tahun yang saat melahirkan anak lahir hidup pertama berumur kurang dari 20 tahun (MHPK20) sebagai proksi indikator fertilitas remaja.
Indikator dimensi pemberdayaan meliputi persentase kursi legislatif (DPR/DPRD) yang diduduki perempuan dan laki-laki, serta persentase penduduk 25 tahun ke atas perempuan dan laki-laki dengan pendidikan SMA ke atas.
Indikator dimensi pasar tenaga kerja adalah partisipasi dalam angkatan kerja (TPAK) perempuan dan laki-laki. Nilai IKG yang rendah menunjukkan rendahnya ketimpangan antara perempuan dengan laki-laki, begitu pula sebaliknya.
Dalam IKG yang dirilis BPS tersebut pada 2022 di Solo tidak ada kasus ibu melahirkan di luar fasilitas kesehatan. Kemudian angka kematian ibu melahirkan sebesar 0,147.
Kemudian pada indikator pemberdayaan representasi perempuan di lembaga legislatif di Solo hanya 24,44 persen sedangkan laki-laki 75,56 persen. Lalu untuk perempuan dengan pendidikan di atas SMA di Solo sebesar 57,38 persen sedangkan laku-laki sebesar 63,40 persen.
Terakhir dari data partisipasi angkatan kerja di Solo juga masih didominasi lelaki dengan 78,78 persen sedangkan wanita 58,25 persen.
Sentimen: neutral (0%)