Sentimen
Bendung Winong Sragen Jebol, Pembangunan Butuh Dana Rp8,5 Miliar
Espos.id Jenis Media: Solopos
Esposin, SRAGEN — Bendung Winong yang terlatak di perbatasan wilayah Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), tepatnya di Dukuh Winong, Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, Sragen, jebol lantaran dihantam banjir pada Jumat (22/11/2024) malam.
Tim Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen langsung terjun ke lokasi mengingat dampak jebolnya bendung itu mengakibatkan irigasi untuk ratusan hektare sawah di tiga desa macet.
Solusi permanen atas Bendung Winong yang jebol itu harus dibangun baru dengan kebutuhan anggaran mencapai Rp8,5 miliar. DPU Sragen beserta petani dari kelompok tani dan gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) wilayah Desa Tunggul, Glonggong, dan Gondang berembuk untuk mengupaya solusi sementara agar air dari bendung itu bisa masuk ke daerah irigasi (DI) Kedung Duren mengingat masih banyak petani yang belum tanam pada musim tanam I.
Panjang bendung itu diperkirakan mencapai 20 meter dengan ketinggian sampai 5 meter. Air dari hulu menghantam bangunan bendung sisi timur sehingga jebol dan berdampak pada ambrolnya tanggul sisi timur dan talut abutmen jembatan utama penghubung Jateng-Jatim.
Anggota kelompok tani Desa Tunggul, Yazid, meminta harus ada tangkis air berupa paku bumi supaya tanak tidka terkikis. Dia meminta pengikisan tanah itu harus dihentikan dulu. Setelah, para petani lain mengusulkan supaya ada talut bronjong batu untuk membelah aliran di Bendung Winong. Ari dari hulu sebagian keluar lewat jalur yang jebol dan sebagian dialirkan menuju ke DI Kedung Duren supaya bisa dimanfaatkan untuk irigasi petani.
Pejabat fungsional DPU Sragen, Mahyaya M., mewakili DPU Sragen yang berembuk dengan para petani. Mahyaya menyampaikan di DPU sudah ada 80 bronongan besi dan kresek yang bisa dikirim pada Senin ini untuk membuat tanggul sementara. Dia meminta ada kerja sama dari petani dan desa untuk mengisi bronjong-bronjong itu dengan batu karena tenaga isinya belum ada dan batunya belum ada. Dia menyampaikan di DPU tidak ada dana darurat untuk masalah bendung ini.
“Penanganan sementara dengan bronjong dan kresek untuk pembuatan tanggul pengalihan aliran air. Namun, ketika banjir besar lagi maka bronjong dan kresek itu belum bisa menjamin kuat. Idealnya bendung ini harus dibangun permanen dan memang anggaran besar mencapai Rp8,5 miliar. Kami sudah mengusulkan rencana pembangunan pemanen sejak 2019 tetapi belum disetujui,” jelas Mahyaya.
Kepala DPU Sragen, Albert Pramono Soesanto, menyampaikan kondisi Bendung Winong itu rusak sejak 2023 lalu. Dia mengungkapkan usulan penanganan rehabilitasi berat Bendung Winong menyesuaikan penganggaran. Dia meminta petugas DPU Sragen untuk berkoordinasi dengan GP3A dari tiga desa untuk penanganan darurat agar air bisa masuk ke saluran irigasi skunder atau daerah irigasi (DI) Kedung Duren Winong.
“Dalam nomenklaturnya memang untuk mengiari 786,87 hektare tetapi luas lahan efektif yang memanfaatkan irigasi dari Bendung Winong itu seluas 673 hektare yang tersebar di Desa Tunggul, Glonggong, dan Gondang. Kami sudah berkoordinasi untuk penanganan darurat itu. Biasanya kami buatkan saluran tanah menggunakan alat berat,” kata Albert.
Sentimen: neutral (0%)