Sentimen
Positif (84%)
21 Nov 2024 : 04.36
Informasi Tambahan

BUMN: PTPN Group, PTPN III

Kab/Kota: Karet, Yogyakarta

Tokoh Terkait

PTPN Group Siap Kembalikan Kejayaan Industri Karet Nasional

Jurnas.com Jurnas.com Jenis Media: News

21 Nov 2024 : 04.36
PTPN Group Siap Kembalikan Kejayaan Industri Karet Nasional

Aliyudin Sofyan | Rabu, 20/11/2024 17:20 WIB

International Rubber Conference 2024 di Yogyakarta, 19 hingga 21 November 2024. Foto: dok. Jurnas

JAKARTA, Jurnas.com – Karet alam telah lama menjadi komoditas strategis bagi perekonomian Indonesia, terutama sebagai akselerator pembangunan daerah pedesaan di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Komoditas ini menopang kehidupan sekitar 2,1 juta rumah tangga petani dan memberikan kontribusi devisa sebesar USD 1,76 miliar pada tahun 2023. Namun, di tengah potensinya yang besar, sektor karet alam menghadapi tantangan serius yang mengancam keberlanjutannya.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Penelitian Karet, Suroso Rahutomo, dalam International Rubber Conference 2024 yang digelar bersama International Rubber Research and Development Board (IRRDB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Royal Ambarukmo Hotel, Yogyakarta, Selasa-Kamis (19-21/11/2024).

“Karet alam terus memainkan peran penting di sektor pertanian Indonesia, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Kemampuan perkebunan karet dalam menyerap karbon, konservasi tanah dan air menjadikannya salah satu komoditas yang ramah lingkungan,” ujar Suroso.

Meskipun perannya strategis, kinerja industri karet alam dalam negeri mengalami tren penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan penurunan volume produksi domestik sebesar 3,60 persen per tahun selama lima tahun terakhir, yang mengakibatkan pasokan bahan baku ke pabrik karet remah menurun drastis. “Kekurangan pasokan ini bahkan menyebabkan lebih dari 50 perusahaan karet remah menghentikan operasinya,” tambah Suroso.

Kondisi ini turut berdampak pada ekspor karet alam Indonesia yang turun hingga 8,36 persen per tahun. 

Suroso menyebut beberapa faktor penyebabnya, mulai dari rendahnya harga karet selama lebih dari satu dekade, wabah penyakit Pestalotiopsis yang mengurangi produktivitas hingga 40 persen sejak 2018, hingga dampak perubahan iklim yang membuat musim menjadi terlalu kering atau basah.

“Banyak petani meninggalkan perkebunan karet, menghentikan penyadapan atau menunda peremajaan tanaman. Kenaikan biaya tenaga kerja, pupuk, insektisida, dan sumber daya produksi lainnya setiap tahun juga memperparah situasi,” ungkapnya.

Wakil Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Denaldy Mulino Mauna dalam Keynote Speech-nya, menegaskan bahwa revitalisasi industri karet alam menjadi agenda penting bagi PTPN dalam mendukung keberlanjutan sektor perkebunan nasional. “Karet alam bukan hanya komoditas strategis bagi perekonomian nasional, tetapi juga simbol penghidupan bagi jutaan keluarga petani di pedesaan. Kami berkomitmen untuk memastikan industri ini tetap menjadi salah satu pilar utama ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Ia menyebut bahwa PTPN sedang fokus pada upaya peremajaan kebun karet dengan varietas unggul serta pemanfaatan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas. PTPN juga bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk mengembangkan industri hilir berbasis karet alam di dalam negeri. Dengan begitu, ketergantungan pada pasar ekspor dapat diminimalkan, dan nilai tambah bagi karet alam dapat dirasakan langsung di tanah air.

Denaldy juga menekankan pentingnya dukungan regulasi dari pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif bagi petani karet, termasuk insentif harga, subsidi pupuk dan fasilitasi peremajaan tanaman.

“Kunci dari keberhasilan sektor ini adalah sinergi antara pemerintah, perusahaan, dan petani. Dengan langkah yang tepat, kita tidak hanya dapat mengatasi tantangan saat ini, tetapi juga mengembalikan kejayaan industri karet alam Indonesia,” pungkasnya.

 

KEYWORD :

PTPN Group Industri Karet

Sentimen: positif (84.2%)