Sentimen
Positif (99%)
18 Nov 2024 : 16.30
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Diponegoro

Kab/Kota: Banyumas, Blora, Tegal

Tokoh Terkait
joko widodo

joko widodo

Jokowi Masih Punya Daya Tarik Besar di Jateng

Tagar.id Tagar.id Jenis Media: Nasional

18 Nov 2024 : 16.30
Jokowi Masih Punya Daya Tarik Besar di Jateng

Pengamat Politik dari Universitas Diponegoro, Wahid Abdurrahman, menilai bahwa Presiden Joko Widodo masih memiliki daya tarik besar di Jawa Tengah. Menurut Wahid, daya tarik ini akan membawa berkah politik bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, yang didukung oleh Jokowi. "Pasangan yang didukung oleh Jokowi ini dapat berkahnya, jika mau berbuat dekat dengan rakyat seperti Jokowi. Juga mau membuat kebijakan yang diharapkan bisa dinikmati rakyat sebagaimana dihasilkan oleh Jokowi. Pasti Luthfi-Yasin dapat poin banyak," kata Wahid.

Wahid menjelaskan bahwa Jokowi masih memiliki magnet besar karena sikap dan kebijakannya yang populis di masyarakat selama menjadi presiden. "Jokowi adalah populisme wong cilik. Citra bahwa Jokowi sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat dan senantiasa mengedepankan kebijakan yang pro rakyat telah melekat sejak menjadi Walikota Surakarta hingga 10 tahun menjadi presiden," tutur Wahid.

Fenomena ini terlihat jelas saat Jokowi melakukan pawai di Banyumas, Tegal, Grobogan, dan Blora bersama Ahmad Luthfi dan Taj Yasin. Masyarakat berdatangan ke jalan untuk menyambut ketiga tokoh tersebut dengan antusias. "Citra populisme inilah yang sampai saat ini masih kuat tertanam di masyarakat Jawa Tengah. Wajar jika kemudian kehadirannya selalu disambut banyak orang meski tidak lagi menjadi presiden," imbuh Wahid.

Jokowi juga menjadi simbol kedekatan antara rakyat dan pemimpin tanpa sekat. Masyarakat dengan mudah bisa berjabat tangan, berfoto, dan berinteraksi langsung dengan Jokowi. Ini merupakan hal yang sangat berharga bagi masyarakat Jawa, mengingat dalam budaya Jawa, raja dianggap sebagai sosok yang sacral (tidak tersentuh).

Wahid menjelaskan bahwa konsep "mikul duwur mendem jero" juga berlaku pada diri Jokowi. Masyarakat memuji keberhasilan Jokowi selama 10 tahun menjadi presiden dengan pembangunan yang langsung dirasakan. "Sedangkan mendem jero, berarti memahami kekurangan atau kelemahan yang ada selama menjabat. Namun, kekurangan atau kelemahan tidak harus selalu diungkap," ujarnya.

Sentimen: positif (99.6%)