Sentimen
Positif (50%)
17 Nov 2024 : 15.25
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Kenang Gus Dur, Luhut dan Mahfud: Daya Ingatnya Sangat Kuat Nasional 17 November 2024

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

17 Nov 2024 : 15.25
Kenang Gus Dur, Luhut dan Mahfud: Daya Ingatnya Sangat Kuat
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        17 November 2024
Kenang Gus Dur, Luhut dan Mahfud: Daya Ingatnya Sangat Kuat Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Dua pembantu Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam kabinet, yakni Luhut Binsar Pandjaitan dan Mahfud MD, mengakui pimpinannya tersebut memiliki daya ingat yang sangat kuat. Pengakuan itu disampaikan keduanya dalam channel YouTube Mahfud, yaitu Mahfud MD Official. Daya ingat kuat yang dimiliki Gus Dur, diakui Luhut, terlihat ketika konferensi internasional di Korea Selatan. Ketika itu, Luhut sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) diminta memberikan masukan pada presiden terkait konferensi internasional di Korea Selatan. Luhut mengaku saat itu ragu jika memberikan pengarahan pada Gus Dur terlalu banyak, karena Gus Dur sudah tak bisa membaca akibat kerusakan pada matanya. "Saya bilang sama staf saya, ' eh bikin masukan jangan banyak-banyak, kan presiden enggak bisa baca', saya bilang. Jadi kasih yang gampang diingat. Tapi saya yang paling takut itu ketika Gus Dur sebut namanya. Karena kan presiden, (nama) Park apa gitu, nanti salah sebut pula," cerita Luhut dikutip dari YouTube Mahfud MD Official, Minggu (17/11/2024). "Nah tapi saya baru tahu betul Gus Dur itu memang sangat tajam ingatannya," sambung dia. Pada kesempatan tersebut, Gus Dur disebut bakal berpidato sehingga Luhut memberikan arahan agar tidak terucap salah kata. Tiba lah saatnya Gus Dur berpidato dalam konferensi di Korea Selatan itu. Luhut mengaku sudah keringat dingin ketika Gus Dur naik ke atas panggung. Namun kekhawatiran itu sirna ketika mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini lancar dalam mengucapkan kata sambutan dan menyebut nama presiden beserta pejabat tinggi negara di Korea Selatan. Luhut berdecak kagum melihat momen tersebut. "Dia (Gus Dur), nama address presidennya itu pas, terus semua dibaca (disampaikan) juga soal sejarah ekonomi waktu itu. Terus setelah selesai saya tanya, ' Gus kok tadi hapal nama presidennya?'. 'Pak Luhut kalau itu gampang, kalau di sini pasti ada Park-nya. Saya ingat satu saja atau Lee', " ucap Luhut menirukan pernyataan Gus Dur ketika itu. "Hahaha, aku saja enggak terpikir ke sana. Jadi menurut saya beliau ini sangat cerdas, dan daya ingatnya meski sudah banyak gangguan. Dia juga orang yang sangat humanis baik," sambung dia. Sementara itu, Mahfud mengungkapkan pengalaman yang berbeda bicara soal kuatnya ingatan Gus Dur. Ketika itu, Mahfud sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) melaporkan bahwa terjadi demo besar-besaran di Aceh meminta Gus Dur untuk turun dari jabatan sebagai Presiden RI. Namun, kata Mahfud, Gus Dur membawa persoalan itu dengan santai. Ia bahkan meminta Mahfud untuk menghubungi tokoh masyarakat di Aceh demi menuntaskan persoalan. Uniknya, Mahfud mengatakan bahwa Gus Dur mengingat semua nomor telepon tokoh masyarakat yang dimaksud, meski Gus Dur sudah tidak bisa melihat. "Yang mengagumkan bagi saya itu bukan dia meremehkan demo itu. Tapi dia hapal nomor telepon, kan dia enggak bisa lihat. Ini namanya hapal luar kepala dia. Saya yang nerima (nomor telepon dari Gus Dur) bahkan. Hapal dia nomor teleponnya," beber Mahfud yang juga eks Menko Polhukam ini. "Orang-orang tokoh masyarakat Aceh. Ini nomor teleponnya. Yang pegang telponnya ini. Hapal dia banyak sekali. Ingatannya sangat kuat," sambung Mahfud. Sebagai pengingat, Gus Dur merupakan Presiden ke-4 RI yang menjabat sejak 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001. Selama memerintah, Gus Dur banyak dianggap membebaskan orang Tionghoa Indonesia dari penindasan yang mereka alami selama Orde Baru. Hal ini membuat sejumlah tokoh Tionghoa memberikannya gelar “Bapak Tionghoa”. Kebijakannya yang mendukung hak-hak minoritas dan perdamaian membuatnya diberi gelar “Bapak Pluralisme”. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (50%)