Biden Ancam Pecat Karyawan yang Tak Mau Ambil Cuti!
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta -
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengeluarkan aturan baru untuk para karyawannya. Ia mengancam tak akan segan-segan memecat stafnya itu bila tak mengambil cuti khusus tatkala perlu menyelesaikan persoalan pribadinya.
Dilansir dari CNBC Make It, Rabu (2/8/2023), Biden telah mengembangkan aturan baru tersebut bersama Senator AS beberapa waktu belakangan. Lewat acara life coach dan podcast "On Purpose" mantan biksu Jay Shetty, Biden bercerita, kebijakan itu bermula dari salah satu stafnya.
Orang tersebut mengetahui secara detail tentang sidang Mahkamah Agung yang akan diselenggarkan, sehingga keberadaannya sangatlah penting. Setelah mengetahui bahwa staf tersebut mengalami masalah di rumah, Biden menyuruhnya untuk melewatkan sidang tersebut. Ketika staf bersikeras untuk tetap tinggal, Biden pun turun tangan.
"'Pulanglah... pulanglah'. Dan Anda tahu mengapa? Karena saya akan pulang ke rumah," ujar Biden.
"Saya memiliki seribu bos, tetapi (pada akhirnya) diri saya hanya ada satu. Saya tahu ketika saya mengalami krisis di rumah dalam membesarkan anak laki-laki, saya akan pulang," lanjutnya.
Kejadian tersebut pun bukanlah yang pertama. Pada kejadian lain di mana dia mengetahui masalah stafnya di rumah, ia pun mengambil langkah yang sama, dengan memintanya untuk pulang. Bahkan, jika sang karyawan tak pulang, ia akan dipecat.
"Jika kamu tidak pulang, aku akan memecatmu. Pulang ke rumah. Hubungan Anda jauh lebih penting daripada apa pun yang Anda lakukan untuk saya," kata Biden.
"Jadi itu aturan yang kami miliki. Bukan lelucon," timpalnya.
Waktu istirahat untuk kesehatan dan kesejahteraan pribadi semakin menjadi hal yang tidak dapat dinegosiasikan untuk diperoleh bagi sebagian besar tenaga kerja saat ini. Padahal, menurut laporan American Psychological Association pada 2022, 81% pekerja AS mengatakan, dukungan kesehatan mental akan menjadi pertimbangan penting selama pencarian pekerjaan mereka di masa depan.
Lebih lanjut Biden mengatakan, pengalamannya selama bertahun-tahun menduduki posisi sebagai pemimpin membantunya melihat pentingnya mengambil cuti. Menyangkut kemungkinan para karyawannya memanfaatkan 'undangan terbuka' Biden untuk cuti, dirinya tidak takut.
"Anda tidak perlu memberi tahu saya mengapa (mengambil cuti). Yang harus Anda katakan adalah, 'Saya tidak akan ikut.' Jika ternyata Anda bermain-main dengan saya, saya akan belajar. Tapi aku terlalu mengenalmu," ucapnya.
Biden pun bukanlah satu-satunya pemimpin yang berpikir demikian. Billionaire Microsoft co-founder Bill Gates, misalnya, pernah mengaku gila kerja. Dalam sebuah momentum pada Mei lalu, Gates mengatakan akan melewatkan waktu keluarga dan liburan untuk berada di kantor. Menurutnya, butuh menjadi seorang ayah bagi Gates untuk menyadari bahwa hidup lebih dari sekadar bekerja.
"Istirahatlah. Tenangkan orang-orang di sekitar Anda saat mereka membutuhkannya juga," katanya, kepada para mahasiswa di upacara pembukaan Universitas Arizona Utara.
(das/das)
Sentimen: positif (88.3%)