Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Beijing
Tokoh Terkait
Dileep Srivastava
Breaking News! Harga Batu Bara Ambruk Setelah Party 9 Hari
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rally kenaikan harga batu bara yang terjadi selama sembilan hari berturut-turut atau rekor terpanjang tahun ini harus berakhir akibat penurunan harga kemarin.
Pada perdagangan Kamis (27/7/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus ditutup di posisi US$ 144,65 per ton. Harga batu bara ambruk 2,03%. Pelemahan ini memutus rally panjang selama sembilan hari dengan penguatan mencapai 15% lebih.
Melemahnya dipicu oleh aksi profit taking, melandainya harga gas alam, serta keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25-5,5%. Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers bahkan mengisyaratkan masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Peningkatan suku bunga berpotensi menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, yang diakibatkan keterbatasan likuiditas dan bunga kredit yang mahal. Alhasil, perindustrian akan mengalami perlambatan dan permintaan batu bara akan terkoreksi.
Ekonomi AS bisa melambat sementara ancaman resesi di Eropa semakin nyata.
Kendati demikian, batu bara masih berpotensi naik karena banyaknya sentimen positif.
Perlambatan pertumbuhan di Eropa dan Amerika Utara ini berpotensi diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat terjadi di Asia. Hal ini menjadi faktor konsumsi batu bara global tetap mampu bertumbuh dan berpotensi tahun ini konsumsi batu bara mendekati volume tertinggi sepanjang masa.
Data IEA (International Energy Agency) menunjukkan konsumsi batu bara pada tahun 2022 naik 3,3% menjadi 8,3 miliar ton, mencetak rekor baru. Konsumsi diperkirakan masih akan tinggi pada tahun ini.
Penurunan permintaan batu bara memang berpotensi terjadi pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Namun, besar kemungkinan naiknya permintaan terjadi pada industri.
China, India, dan negara-negara Asia Tenggara secara bersama-sama diperkirakan menyumbang 3 dari setiap 4 batubara yang dikonsumsi di seluruh dunia pada tahun 2023.
Peningkatan permintaan pada tahun 2023 tampaknya mulai akan terjadi. Volume perdagangan berpotensi mendekati puncak pada empat tahun lalu. Beberapa perkiraan menunjukkan volume tahun 2023 dapat lebih tinggi 3-5% atau mungkin lebih dibanding 12 bulan sebelumnya. Jika kisaran atas tercapai tahun ini, konsumsi akan mendekati level rekor sepanjang masa.
Dileep Srivastava, Direktur Independen & Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, memproyeksi permintaan batu bara dunia meningkat 1,5% menjadi 4,66 miliar ton. Kenaikan akan ditopang pertumbuhan 1% dari pembangkit listrik dan 2% dari non pembangkit listrik.
Dileep menambahkan untuk paruh kedua 2023 permintaan batu bara diperkirakan akan mengalami penurunan dibanding semester pertama.
Sepanjang tahun ini, diperkirakan permintaan turun 0,4% menjadi 5,59 miliar ton untuk pembangkit listrik tenaga batu bara. Permintaaan batu bara yang bukan pembangkit listrik diperkirakan akan meningkat, menyentuh 2,79 miliar ton sepanjang 2023.
Secara keseluruhan, permintaan batu bara global diperkirakan akan datar atau meningkat tipis menjadi 8,38 miliar ton atau meningkat 0,4% pada 2023, mendekati perkiraan IEA. Penentu permintaan batu bara tahun ini akan bergantung pada cuaca dan kondisi ekonomi negara konsumen batu bara.
Melansir Oil Price, penggunaan pembangkit listrik China naik sebesar 5,2% pada paruh pertama tahun 2023. Produksi listrik berbahan bakar batu bara menopang 71% dari output listrik Cina.
Selain itu, Rencana stimulus ekonomi dari pemerintah China juga ikut mendongrak harga batu bara. Beijing tengah menyiapkan stimulus ekonomi untuk menggerakkan konsumsi masyarakat. Bila ekonomi China menguat maka permintaan akan listrik dan batu bara bisa meningkat terus.
Penguatan juga diiringi oleh pasokan India yang terkoreksi 3% secara mingguan. Stok batubara termal di 21 pelabuhan utama India turun pada 22 Juli 2023, ungkap data CoalMint. Stok batubara termal di pelabuhan India mencapai 15,10 juta ton di minggu ke-29 dibandingkan 15,63 juta ton di minggu ke-28 pada tahun ini.
Penurunan stok disinyalir sebagia dampak impor batubara termal India pada Juni 2023 yang anjlok 24% menjadi 13,95 juta ton. Impor turun tajam hampir 33% secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan 20,65 juta ton pada Juni 2022.
Di Uni Eropa, pertumbuhan permintaan batubara akan berkurang dibanding pada 2022. Tahun lalu impor batu bara Eropa melonjak sementara pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Hal ini dilakukan untuk menghadapi tekanan akibat penghentian pasokan gas dari Russia.
Lonjakan permintaan tahun 2022 itu, tampaknya tidak akan kembali terjadi pada tahun ini. Pasalnya, penggunaan batu bara Eropa diperkirakan akan turun tajam tahun ini karena energi terbarukan berkembang, dan sebagian tenaga nuklir dan tenaga air pulih dari kemerosotannya baru-baru ini.
Di Amerika Serikat, perpindahan dari batu bara juga ditekankan oleh harga gas alam yang lebih rendah. Hal ini berdampak pada transisi penggunaan sumber energi ke gas yang merupakan substitusi dari batu bara yang lebih tidak ramah lingkungan dibanding gas.
Penurunan harga batu bara searah dengan harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) yang turun tipis 2,87% ke 28,43 euro per mega-watt hour (MWh). Harga gas Eropa tidak mampu bertahan lama di atas level psikologis EUR 30/MWh yang terjadi pada 24-25 Juli silam.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
-
Impor China Melonjak Dua Kali Lipat, Harga Batu Bara Melesat
(mza/mza)
Sentimen: negatif (98.3%)