Sentimen
Negatif (97%)
26 Jul 2023 : 06.30
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi

Event: Indonesia Investment Authority (INA)

Kab/Kota: Tangerang

Perjalanan Panjang Pertamina & Petronas Gantikan Shell di Blok Masela

Detik.com Detik.com Jenis Media: Ekonomi

26 Jul 2023 : 06.30
Perjalanan Panjang Pertamina & Petronas Gantikan Shell di Blok Masela
Jakarta -

PT Pertamina (Persero) dan Petronas akhirnya mengambil 35% hak partisipasi Shell di Blok Masela. Hal ini ditandai dengan penandatangan sale purchase agreement (SPA) yang berlangsung dalam gelaran IPA Convex 2023 di ICE, BSD, Tangerang.

Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi mengambil porsi 20%. Sementara, Petronas lewat Petronas Masela Sdn Bhd mengambil porsi 15%.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, demi memenuhi kebutuhan energi nasional dibutuhkan komitmen untuk menjaga pasokan migas dari sisi hulu.

-

-

"Selain mengelola lapangan eksisting maka diperlukan strategi untuk mengembangkan lapangan baru, salah satunya adalah Lapangan Abadi di Blok Masela," ungkap Nicke dalam keterangannya, Selasa (25/7/2023).

Sementara, dalam laman Shell disebutkan, pembayaran hak partisipasi ini terbagi dalam dua tahap. Tahap awal US$ 325 juta dan US$ 325 juta lagi sebagai pelunasan.

Jadi, total yang harus dibayarkan US$ 650 juta atau Rp 9,75 triliun (kurs Rp 15.000). Transaksi ini berlangsung efektif dari 1 Januari 2023 dan ditargetkan rampung pada kuartal III-2023.

Proses Pertamina dan Shell menjadi pengganti Shell di Blok Masela bisa dibilang cukup panjang. Masuknya dua perusahaan ini karena mulanya Shell menyatakan mundur dari Blok Masela.

Mundurnya Shell di Blok Masela terungkap pada 2020. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto kala itu menyampaikan pemerintah mengaku kecewa dengan keputusan Shell cabut atau meninggalkan proyek tersebut. Kekecewaan itu disampaikan melalui surat yang dikirimkan ke Shell.

Dwi Soetjipto mengaku, isu hengkangnya Shell sudah datang sejak pertengahan 2019 atau pada saat mendiskusikan rencana pengembangan (POD).

"Shell langsung menghadap ke Menteri (ESDM) dan kami langsung dapat arahan kirim surat ke Shell barangkali 2-3 kali, menyampaikan bahwa pemerintah kecewa dengan langkah yang diambil Shell," kata Dwi dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Senin (24/8/2020) silam.

Dwi mengatakan proses mundurnya Shell melalui divestasi participating interest (PI) atau hak kelolanya harus dilakukan secepat mungkin. Saat itu, dia menyebut, butuh waktu 18 bulan untuk merealisasikan pelepasan 35% hak partisipasi di Blok Masela.

"Mudah-mudahan seperti yang disampaikan Shell, divestasi butuh waktu 18 bulan," jelasnya.

Dua tahun berselang, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menyetujui dua alternatif untuk pengganti Shell di Blok Masela, yakni PT Pertamina (Persero) atau Indonesia Investment Authority (INA).

"Blok Masela itu kemarin Inpex itu 35% sahamnya keluar partnernya Inpex, kebetulan saya menjadi moderator di CEO meeting, atas persetujuan Bapak Presiden salah satu alternatifnya BUMN masuk. Caranya dua, apakah lewat Pertamina atau lewat INA," katanya di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Senin (8/8/2022).

Belakangan diketahui, Pertamina yang menunjukkan keseriusan untuk masuk ke Blok Masela. Proses negosiasi pun berlangsung lama dan cenderung alot.

Bahkan, Menteri ESDM Arifin Tasrif sempat mengungkap kejengkelannya karena Shell karena tak kunjung melepas hak partisipasi di Blok Masela. Arifin Tasrif menyebut, Indonesia dirugikan karena Blok Masela tak kunjung digarap. Dia lalu menyebut, Shell mundur tapi tidak tanggung jawab.

"Dan juga sekarang ini yang merasa dirugikan ya Indonesia, kita nggak mau hal ini terjadi. Inpex ada kesungguhannya, tapi nggak tahu Shell ini udah mundur tapi nggak bertanggung jawab," katanya di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (26/5).

"Ada apa sih? Harusnya kalau udah nggak mau ya udah aja kan," sambungnya.

Arifin mengatakan, jika selama 5 tahun tidak ada pengembangan, pihaknya mengkaji kemungkinan blok tersebut kembali ke negara. Dia mengatakan, pengembangan Blok Masela sudah tertunda terlampau lama.

"Kan 5 tahun kalau nggak dilaksanakan apa-apa kita akan tinjau kembali termasuk kemungkinan untuk itu (ke negara). Ini kan sudah berapa tahun, 2019, sekarang 2023 sudah 4 tahun. Makanya kita udah ingetin aja nih," paparnya.

(kil/kil)

Sentimen: negatif (97.7%)