Sentimen
Negatif (99%)
21 Jul 2023 : 17.00
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Shanghai

Kasus: pengangguran

Tokoh Terkait

Bursa Asia Dibuka Loyo, Gegara Inflasi Jepang?

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

21 Jul 2023 : 17.00
Bursa Asia Dibuka Loyo, Gegara Inflasi Jepang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Jumat (21/7/2023), karena investor mencerna rilis data inflasi Jepang periode Juni 2023.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,54%, Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,05%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,19%, Straits Times Singapura turun 0,1%, ASX 200 Australia terpangkas 0,45%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,61%.

Dari Jepang, inflasi pada Juni 2023 kembali mengalami kenaikan dan sudah berada di atas target bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

-

-

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Jepang periode Juni lalu naik sedikit menjadi 3,3% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya tumbuh 3,2% pada Mei lalu. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan pasar yang tumbuh sebesar 3,5%.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Jepang pada bulan lalu juga naik sedikit menjadi 0,2% (mtm), dari sebelumnya pada Mei lalu yang stabil 0%.

Sedangkan CPI inti, yang tidak termasuk biaya makanan segar yang fluktuatif, tumbuh 3,3% pada bulan lalu, sesuai dengan prediksi pasar dan naik sedikit dari 3,2% pada Mei lalu.

Tetapi pembacaan inti lainnya, yang tidak termasuk harga makanan segar dan energi, tumbuh 4,2% di Juni 2023, tetap mendekati level tertinggi 40 tahun yang dicapai di bulan sebelumnya.

Angka tersebut merupakan indikator kondisi inflasi yang mendasari di Jepang dan diawasi ketat oleh BoJ dalam pertimbangan kebijakan moneter.

Namun, meredanya inflasi utama mengurangi tekanan pada BOJ untuk segera mulai memperketat kebijakan moneter dan mengubah mekanisme kontrol kurva imbal hasil (YCC).

BoJ telah memberikan sedikit sinyal bahwa mereka bermaksud untuk mulai mengubah YCC-nya dalam waktu dekat, tetapi telah mengisyaratkan perubahan pada akhirnya di akhir tahun atau awal tahun 2024, karena pertumbuhan upah menjadi stabil.

Gubernur BoJ, Kazuo Ueda baru-baru ini mencatat bahwa inflasi akan memakan waktu untuk mencapai target 2%. Namun nyatanya, sudah lima bulan inflasi Jepang bertahan di atas sedikit dari target BoJ.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah bervariasinya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,47%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup melemah. S&P 500 melemah 0,68% dan Nasdaq Composite ambruk 2,05%.

Dow Jones Industrial Average melonjak untuk hari kesembilan berturut-turut setelah semakin banyak perusahaan yang mencetak kinerja keuangan lebih baik dari perkiraan, termasuk Johnson & Johnson. Kenaikan DJIA ini memperpanjang tren positifnya menjadi sembilan hari beruntun atau menjadi yang terbaik sejak tahun 2017.

Dari perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan pendapatan sejauh ini, 74% telah melampaui ekspektasi. Kinerja pendapatan perusahaan yang lebih baik telah menciptakan optimisme bagi soft landing bagi perekonomian AS.

Kendati demikian, ada kabar buruk dari data perekonomian AS. Penjualan rumah yang ada turun 3,3% untuk bulan ini, lebih buruk dari perkiraan Dow Jones untuk penurunan 2,3%.

Sementara itu, jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran juga hanya turun 9.000 menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir pada 15 Juli. Jumlah tersebut lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar yakni 242.000.

Klaim pengangguran yang hanya turun sedikit tersebut menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas. Data tenaga kerja juga menjadi pertimbangan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga, selain data inflasi.

Jika data tenaga kerja masih panas maka sulit bagi The Fed untuk melunak.

"Kami memperkirakan bahwa ekonomi AS kemungkinan akan mengalami resesi dari kuartal III-2023 hingga kuartal I-2024. Kenaikan harga, kebijakan moneter yang lebih ketat, kredit yang lebih sulit didapat, dan pengurangan pengeluaran pemerintah bisa meredam pertumbuhan ekonomi lebih lanjut," kata Justyna Zabinska -La Monica, manajer senior indikator siklus bisnis di The Conference Board yang dikutip dari CNBC International.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[-]

-

Bursa Asia Dibuka Loyo, IHSG Bakal Pesta Sendirian Lagi?
(chd/chd)

Sentimen: negatif (99%)