Sentimen
Negatif (100%)
21 Jul 2023 : 14.00
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Suzuki

Kab/Kota: Washington, London, Tokyo, Moskow

Tokoh Terkait

Jepang Tak Menyerah Karena Bom Atom Tapi Soviet

21 Jul 2023 : 21.00 Views 1

Detik.com Detik.com Jenis Media: Tekno

Jepang Tak Menyerah Karena Bom Atom Tapi Soviet
Jakarta -

Kehancuran yang diakibatkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945, disebut banyak pihak sebagai alasan Jepang akhirnya menyerah. Namun ada juga yang berpendapat lain, bahwa serbuan Uni Soviet merupakan biang keladinya.

Saat Amerika Serikat menjatuhkan bom atomnya di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945, 1,6 juta tentara Soviet melancarkan serangan mendadak terhadap tentara Jepang yang menduduki Asia Timur. Dalam beberapa hari, jutaan tentara Kaisar Hirohito di wilayah itu kolaps.

Itu adalah peristiwa penting namun kadang diabaikan dalam buku sejarah oleh bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada minggu yang sama. Tapi beberapa sejarawan berpendapat aksi Soviet sama efektifnya mungkin lebih dari bom atom dan membuat Jepang menyerah.

-

-

Pemimpin Soviet Joseph Stalin diam-diam telah berjanji kepada Washington dan London bahwa dia akan menyerang Jepang dalam waktu tiga bulan setelah kekalahan Jerman. Dia memobilisasi lebih dari satu juta tentara di sepanjang perbatasan Manchuria.

Operasi Badai Agustus diluncurkan 9 Agustus 1945, saat bom Nagasaki dijatuhkan, dan merenggut nyawa 84.000 tentara Jepang dan 12.000 tentara Soviet dalam dua minggu pertempuran. Soviet menerjang hanya 50 kilometer dari pulau utara utama Jepang, Hokkaido.

Dikutip detikINET dari National Post, Jepang dan Uni Soviet menghabiskan sebagian besar Perang Dunia Kedua di bawah pakta non-agresi. Selain itu, para pemimpin Jepang masih percaya Soviet akan membantu mereka merundingkan perdamaian yang menguntungkan dengan Amerika.

"Serangan Soviet memainkan peran yang jauh lebih besar daripada bom atom dalam membujuk Jepang untuk menyerah karena hal itu memupus harapan bahwa Jepang dapat mengakhiri perang melalui mediasi Moskow," kata Tsuyoshi Hasegawa, penulis "Racing the Enemy" soal berakhirnya perang Pasifik.

Meski ratusan ribu nyawa melayang akibat bom atom, militer Jepang disebut yakin masih dapat bertahan melawan invasi Sekutu jika mereka masih bisa mengontrol area Manchuria dan Korea, yang menyediakan Jepang banyak sumber daya perang.

"Serangan Soviet mengubah semuanya. Pemimpin di Tokyo menyadari bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagi mereka dan karena itu, sewrangan Soviet efeknya lebih besar dalam keputusan Jepang untuk menyerah daripada jatuhnya bom atom," cetus Terry Charman, pakar sejarak di London's Imperial War Museum.

Dalam buku Hasegawa, disebut bahwa PM Jepang saat itu Kantaro Suzuki, meminta Jepang segera menyerah setelah serangan Sovit. "Jika kita kehilangan kesempatan mneyerah, Soviet tidak hanya akan menduduki Manchuria, Korea dan Sakhalin, tapi juga Hokkaido. Kita harus mengakhiri perang di saat masih bisa deal dengan AS," katanya saat itu.

Adapun keputusan menjatuhkan bom atom adalah karena AS cemas invasi ke Jepang akan mengorbankan banyak sekali tentara. Sejarawan Amerika Richard B. Frank berpendapat bom atom mereka menyelamatkan ratusan ribu tentara Amerika dan jutaan tentara Jepang serta warga sipil yang akan binasa jika konflik berlanjut hingga 1946.

"Dalam kata-kata terkenal Sekretaris Perang Henry Stimson, (bom) adalah 'pilihan paling tidak menjijikkan' dari serangkaian pilihan mengerikan yang dihadapi pemimpin Amerika. Alternatif bom atom tak memberi jaminan kapan mereka akan mengakhiri perang dan membawa harga yang jauh lebih tinggi dalam kematian dan penderitaan manusia," katanya.

Simak Video "Lonceng Peringatan 77 Tahun Tragedi Bom Atom di Jepang"
[-]
(fyk/rns)

Sentimen: negatif (100%)