Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Karet, Sambas
Tokoh Terkait
Peter Sondakh-Prajogo Pangestu Makin Tajir dari SMMT & CUAN
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan saham emiten batu bara PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) membuat pemiliknya bertambah tajir.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan sesi I, Kamis (20/7/2023), harga saham SMMT berada di posisi Rp1.090/saham, naik 9,55% secara harian, menjadi salah satu top gainers.
Kenaikan ini membuat saham SMMT melompat 33,54% dalam sebulan dan terbang 65,38% sejak awal tahun (year to date/YtD).
Pada gilirannya, hal itu membuat pundi kekayaan bos Rajawali Group Peter Sondakh ikut bertambah.
Peter Sondakh mengendalikan SMMT via PT Mutiara Timur Pratama.
PT Mutiara Timur Pratama menguasai 2,63 miliar saham atau setara dengan 83,65% saham SMMT per 30 Juni 2023.
Di awal tahun, kekayaan Peter Sondakh di SMMT tercatat sebesar Rp1,71 triliun. Angka tersebut bertambah Rp 1,16 triliun menjadi Rp 2,87 triliun pada 20 Juni 2023.
Tentu saja, hitung-hitungan di atas hanya secara kasar menggambarkan kekayaan Peter Sondakh di SMMT. Selain di SMMT, Peter Sondakh juga memiliki sejumlah emiten tambang emas seperti PT Arci Indonesia Tbk (ARCI) dan emiten sawit PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT).
Menurut data Forbes, total kekayaan Peter Sondakh, yang termasuk jajaran orang paling kaya di Indonesia, mencapai US$2 miliar atau setara dengan Rp29,98 triliun (asumsi kurs Rp14.989/US$).
Sebagai informasi, Peter Sondakh adalah bos Rajawali Corpora, sebuah perusahaan investasi yang didirikan pada tahun 1984 yang portofolionya mencakup hotel, media, perkebunan sawit, dan pertambangan.
Peter berasal dari keluarga pebisnis. Ayahnya adalah pengekspor kayu dan minyak kelapa sejak era 1950-an. Dia mulai berbisnis sejak 1970-an sebelum mendirikan Rajawali.
Grup Rajawali Property miliknya, didirikan pada 1989, termasuk hotel Four Seasons di Jakarta dan St. Regis di Bali.
Adapun, aset milik Rajawali lainnya, termasuk perusahaan periklanan FORU, penyedia layanan internet Velo Networks dan jaringan TV Rajawali Televisi.
Tidak hanya Peter Sondakh, konglomerat Prajogo Pangestu juga ikut menikmati kenaikan harta, salah satunya lewat emiten yang belum lama ini ia bawa melantai (listing) di bursa, Petrindo atau CUAN.
Per Kamis (20/7), saham CUAN naik 4,69% secara harian ke posisi Rp1.450/saham.
Dibandingkan dengan posisi sebulan lalu, saham emiten yang listing pada 8 Maret 2023 tersebut sudah melejit 44,72%.
Sedangkan, sejak awal manggung dengan harga penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Rp220/saham, saham CUAN sudah meroket 559%.
Lonjakan yang luar biasa tersebut menempatkan CUAN ke posisi kedua saham IPO termoncer di 2023, di bawah PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) yang terbang setinggi 715%.
Seiring dengan itu, harta Prajogo yang berkisar di Rp2,10 triliun di awal CUAN IPO, kini bertambah sebesar Rp 11,76 triliun menjadi Rp 13,87 triliun.
Prajogo sendiri menguasai 9,56 miliar saham CUAN atau setara dengan 85,06% per 30 Juni 2023.
Seperti Peter, tentu hitung-hitungan ini tidak serta-merta mencerminkan total kekayaan Prajogo. Hal ini karena Prajogo juga memiliki emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan induknya PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
Prajogo Pangestu ada di urutan ketujuh sebagai orang terkaya di Indonesia 2022. Menurut Forbes, harta kekayaan Prajogo tercatat sebesar US$6,3 miliar (Rp94,43 triliun).
Bernama asli Phang Djoem Phen, usaha Prajogo mendaki tangga daftar orang terkaya di Indonesia tidaklah mudah karena awal karier Prajogo harus dimulai dengan serba berkekurangan.
Pria kelahiran Sungai Betung, Sambas ini bahkan pernah menjadi sopir angkot sebelum mulai berbisnis, seperti dilansir dari CNN Indonesia.
Ayah Prajogo ternyata hanya penyadap getah karet dan hanya mampu menyekolahkan Prajogo hingga SMP.
Nasib Prajogo berubah setelah bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia yang bernama Bong Sun On. Sejak saat itu Prajogo mulai meniti karier di PT Djajanti Group milik Bong.
Setelah selesai menimba ilmu di perusahaan pengusaha asal Negeri Jiran, Prajogo memberanikan diri untuk memulai usahanya sendiri. Bermodalkan utang bank, ia membeli CV Pacific Lumber Coy.
Kepiawaian Prajogo dalam berbisnis membuat perusahaan ini sukses hingga Prajogo membawa perusahaan melantai di pasar modal Tanah Air pada 1993 silam sebelum akhirnya pada 2007, ia mengubah nama perusahaannya menjadi PT Barito Pacific seperti dilansir dari Forbes.
Bersamaan dengan itu, ia pun mulai mengurangi bisnis perkayuan serta memperbesar bisnis petrokimia, migas, dan tambang. Perkembangan bisnisnya yang pesat membuat Prajogo kembali mengambil alih sejumlah perusahaan.
Lewat Barito Pacific, ia mengakuisisi 70 persen saham TPIA serta mengakuisisi PT Tri Polyta Indonesia yang kemudian dimerger dengan TPIA pada 2011 lalu. Saat ini TPIA menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia.
Dilansir dari situs resmi perusahaan, Barito Pacific yang semula berbisnis kayu di tahun 1979 merubah namanya agar bisa secara cepat bertumbuh menjadi perusahaan yang lebih terdiversifikasi.
Saat ini BRPT merupakan perusahaan energi terintegrasi dan merupakan perusahaan geotermal terbesar ketiga di dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Prajogo Pangestu DIam-diam Borong 5 juta Saham BRPT(mkh/mkh)
Sentimen: positif (91.4%)