Sentimen
Negatif (88%)
18 Jul 2023 : 09.00
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Institusi: Universitas Kristen Indonesia (UKI)

Kasus: HAM

Penyelesaian Konflik HAM, Menkumham: Diperlukan Political Will dan Pendekatan Komprehensif Semua Pihak

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: Regional

18 Jul 2023 : 09.00
Penyelesaian Konflik HAM, Menkumham: Diperlukan Political Will dan Pendekatan Komprehensif Semua Pihak

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly menyampaikan, pemikiran ekstremisme memberi ancaman terhadap hak asasi manusia (HAM) secara global dan harus mendapatkan perhatian khusus oleh komunitas internasional. Menurut dia, penyelesaian konflik dilakukan dengan metode-metode seperti mediasi, dialog, dan sebagainya.

“Penyelesaian konflik diperlukan political will dan pendekatan komprehensif yang melibatkan pemerintah dan unsur diluar pemerintah, serta stakeholder lainnya,” kata Yasonna dalam Seminar Internasional oleh Federasi Mahasiswa Kristen se-Dunia atau World Student Christian Federation (WSCF) di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, seperti dikutip Selasa (18/7/2023).

Yasonna melanjutkan, dalam hal pelanggaran HAM, hukum harus ditinggikan menjadi norma yang berlaku untuk melindungi semua unsur masyarakat dari diskriminasi dan intervensi dari pihak manapun. Sebagaimana di Indonesia, UUD NRI 1945 yang menjadi dasar.

“Seminar Internasional Human Rights and Fundamentalisms membuka pembahasan masalah yang dialami masyarakat timur tengah dan menegaskan tentang dampak dari pemikiran fundamentalis terhadap hak asasi manusia,” tutur dia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal World Student Christian Federation (WSCF), Marcelo Leites sangat prihatin dengan tantangan yang ditimbulkan oleh kebangkitan fundamentalisme di berbagai bidang, termasuk agama, politik, dan ekonomi.

"Kami mengakui keterkaitan fundamentalisme, yang dapat membatasi kebebasan individu, melanggengkan perpecahan sosial, dan menghambat kemajuan hak asasi manusia dan nilai-nilai demokrasi," papar Marcelo.

Marcelo, mengatakan untuk mengatasi tantangan ini, WSCF telah memulai sebuah program yang berfokus pada titik temu antara Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan kebangkitan fundamentalisme. Salah satu aspek penting dalam melawan fundamentalisme adalah menciptakan kontra-narasi yang mempromosikan inklusivitas, pluralisme, dan keadilan sosial.

"Dengan menghadirkan perspektif alternatif dan menyoroti manfaat dari nilai-nilai ini, menjadi mungkin untuk menantang narasi yang memecah belah yang disebarluaskan oleh ideologi fundamentalis," kata dia. Selanjutnya kata Marcelo, Pendidikan dan program literasi media sangat penting dalam memberdayakan individu untuk mengevaluasi sumber informasi secara kritis dan mengidentifikasi pesan yang disebarkan oleh ideologi fundamentalis.

“WSCF dan GMKI sebagai anggota WSCF di Indonesia berupaya membekali masyarakat dengan keterampilan memilah masalah yang kompleks dan berpikir kritis, sehingga menghasilkan pemikiran yang bijaksana," urai dia.

Sentimen: negatif (88.9%)