Lembaga Asing Ingatkan Ancaman Resesi Global Tahun Depan
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Sejumlah lembaga asing ramai-ramai memperingatkan soal ancaman resesi global yang akan terjadi pada tahun depan. Mulai dari Bank Dunia, IMF, ADB, hingga OJK.
Peringatan itu muncul usai melihat kebijakan bank sentral di sejumlah negara yang terus mengerek suku bunganya.
Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan akibat dari kebijakan moneter yang cukup agresif itu akan menghambat proses pemulihan ekonomi global.
Imbasnya, ekonomi dunia diperkirakan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023 mendatang.
"Pertumbuhan global melambat tajam dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," ungkap Malpass.
Malpass khawatir tren perlambatan ekonomi akan berlangsung dalam jangka panjang. Untuk itu, Malpass mendesak seluruh negara untuk fokus meningkatkan produksi agar pasokan kembali melimpah, sehingga inflasi bisa ditekan.
Selain Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) juga memastikan resesi terjadi tahun depan.
Perkiraan IMF, ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen pada tahun ini atau turun nyaris separuh dari capaian tahun lalu sebesar 6,1 persen. Sementara tahun depan diperkirakan hanya 2,9 persen.
Dengan skenario tersebut, IMF hampir dapat memastikan resesi ekonomi akan terjadi pada tahun depan.
Kemungkinan terburuk, pertumbuhan ekonomi global jatuh lebih jauh lagi menjadi 2 persen.
Menurut IMF, proyeksi ekonomi tersebut akibat dampak Rusia yang mematikan aliran gas ke Eropa, yang akan membuat inflasi lompat lebih tinggi.
IMF secara khusus menyebut Amerika Serikat hanya memiliki peluang tipis untuk bisa terhindar dari ancaman resesi ekonomi yang mengintai Negeri Paman Sam itu beberapa waktu belakangan ini.
"Ini jalan yang sangat sempit. Lingkungan saat ini menunjukkan bahwa kemungkinan ekonomi AS dapat menghindari resesi sebenarnya cukup sempit," kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas seperti dikutip dari AFP, Selasa (26/7).
Sementara itu, Asian Development Bank (ADB) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang Asia dan Pasifik.
Ekonomi kawasan tersebut diperkirakan hanya tumbuh 4,3 persen tahun ini, turun dari proyeksi pada April lalu sebesar 5,2 persen.
Perkiraan pertumbuhan untuk tahun depan juga diturunkan menjadi 4,9 persen dari 5,3 persen.
Mengutip CNBC, ADB mencatat inflasi di negara berkembang Asia sedang meningkat. Rata-rata inflasi meningkat menjadi 5,3 persen pada Juli tahun ini.
Tak hanya lembaga global, lembaga dalam negeri juga turut memperingatkan ancaman resesi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan resesi global hampir pasti terjadi pada 2023 atau bahkan lebih cepat.
"Tapi yang tidak bisa kami prediksi adalah seberapa serius resesi dan berapa lama itu akan berlangsung," kata Ketua OJK Mahendra Siregar, mengutip Antara, Kamis (6/10).
Terlepas dari kemungkinan resesi global tahun depan, OJK belum secara spesifik membocorkan kebijakan relaksasi mana yang diperlukan.
"Jika dalam perkembangan selanjutnya kami merasa perlu kebijakan yang tepat untuk mencapai target, tentu kami akan merumuskan dan mengesahkan (kebijakan) tersebut," ujarnya.
[-]
(fby/dzu)Sentimen: negatif (100%)