Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Bank Mandiri
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
RI Hiperinflasi Jika Harga BBM Naik 30 Persen
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNN Indonesia --
Analis Makro Bank Danamon Irman Faiz mengungkapkan potensi risiko hiperinflasi di Indonesia.
Yakni, apabila harga BBM naik kembali naik paling tidak 30 persen. "Maka, (inflasi) bisa jadi double digit," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/10).
"Atau, bila perangnya (perang Rusia-Ukraina) memanas, melibatkan blok-blok baru yang sekarang terlihat sudah terbentuk," lanjut Irman.
Ia memprediksi inflasi sampai akhir tahun mencapai 6,5 persen, meningkat dari sebelumnya 4,5 persen. "Peak-nya (puncaknya) inflasi bisa sampai 7,3 persen."
"Kalau hiperinflasi itu kan double digit ya. Kemungkinan masih jauh kalau tidak ada lagi kenaikan harga BBM atau kondisi global tereskalasi perang. Sehingga, supply chain (rantai pasok) semakin parah," imbuh Irman.
Hiperinflasi merupakan kondisi yang menggambarkan harga-harga barang naik secara cepat dalam jangka pendek di suatu negara.
Suatu negara bisa dicap hiperinflasi apabila tingkat inflasinya melonjak lebih dari 50-100 persen dalam satu bulan.
Analis Makro Bank Mandiri Faisal Rachman mengaku tidak melihat potensi hiperinflasi terjadi di Indonesia pada tahun ini. Toh kondisi global boleh dibilang sudah membaik. Harga minyak dunia pun berangsur turun.
"Kalau dilihat, justru fear of global recession telah menurunkan harga komoditas dunia. Kemarin, harga pertamax diturunkan lagi. Jadi, kalau melihat itu, saya rasa tidak akan sampai hiperinflasi," jelas Faisal.
Perkiraannya, inflasi RI akan bertengger di level 6,27 persen. Kalau pun ada risiko yang lebih besar, potensi inflasinya tidak akan melampaui 7 persen.
Sejalan dengan Faisal, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai kemungkinan hiperinflasi terjadi di Indonesia masih sangat jauh. Apalagi, inflasi year to date masih aman di kisaran 4,84 persen.
"Jadi, lonjakan inflasi pasca kenaikan harga BBM masih cukup terkendali. Memang, ada kenaikan, tapi bukan skenario terburuk. Hiperinflasi jauh dari mungkin. Sampai akhir tahun, inflasi diprediksi 5,75 persen-6,25 persen," tutur Piter.
Sebelumnya, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan Indonesia terancam menghadapi hiperinflasi pada September 2022.
Menurut dia, lonjakan harga pangan dan energi akan membuat inflasi semakin tinggi. Hal itu akan membuat beban rakyat bertambah di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19.
"Kita diprediksi akan menghadapi ancaman hiperinflasi dengan angka inflasi pada kisaran 10 hingga 12 persen," ungkap Bambang kala itu dalam Sidang Tahunan MPR RI, Selasa (16/8).
[-]
(ldy/bir)
[-]
Sentimen: negatif (99.9%)