Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Beijing, Michigan, London, Shanghai
Kasus: pengangguran, kebakaran
Tokoh Terkait
Investor, Intip Deretan Sentimen 'Panas' Pekan Depan
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat selama pekan ini di tengah sejumlah sentimen negatif global.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut menguat 0,82% ke 6.716,46 dalam sepekan.
Posisi tersebut lebih baik dari posisi pekan sebelumnya yang menguat 0,33%.
Alhasil, IHSG sudah menguat dalam dua pekan beruntun.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 37 triliun. Investor asing pun tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 593,83 miliar di seluruh pasar dan Rp574 miliar di pasar reguler sepanjang pekan ini.
Dari dalam negeri, rilis data inflasi periode Juni 2023 menjadi sentimen utama.
Pada Senin (3/7), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi RI pada Juni 2023 sebesar 0,14% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 3,52% secara tahunan (year-on-year/yoy)
"Inflasi terjadi sebesar 0,14%,"kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (3/7).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi Juni 2023 akan menembus 0,25%, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,09%.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi tahunan akan menembus 3,62% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,64%.
Hal ini menjadi potensi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunganya lebih awal, menurut beberapa ekonom. Inflasi di Asia Tenggara berangsur-angsur mereda sejak mencapai puncaknya September lalu sebesar 6%.
Kemudian, kisruh aksi saling balas pengetatan ekspor dan transfer teknologi yang berkaitan dengan industri semikonduktor antara China dan AS yang memanas turut mewarnai perdagangan minggu ini.
Selain itu, bursa global kebakaran setelah keluarnya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Pada Jumat, tiga indeks utama Wall Street memerah. Dow Jones Index turun 0,55%, melanjutkan pelemahan dua hari sebelumnya.
S&P 500 Index melemah 0,29% dan Nasdaq terdepresiasi 0,13%.
Dalam sepekan, Dow Jones merosot 1,99%, S&P 500 ambles 1,27%, dan Nasdaq minus 1,13%.
Dari Asia, Nikkei 225 turun tajam 2,41% sepekan, Hang Seng tersungkur 4,87%, dan Shanghai Composite Index terjungkal 1,46%.
Dari Eropa, FTSE 100 London (Inggris) anjlok 3,59% sepekan dan DAX Frankfurt (Jerman) turun 2,97% dalam periode yang sama.
Data pekerjaan yang kuat membuat investor khawatir jika bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali mengetatkan kebijakan moneter ke depan.
Angka pekerjaan sektor swasta meningkat sebesar 497.000 pada Juni, menurut data dari perusahaan penggajian ADP. Angka ini menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak Juli 2022.
Sedangkan pada Jumat, data tenaga kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) dan data tingkat pengangguran dirilis.
Untuk tenaga kerja NFP, angkanya turun menjadi 209.000 pada Juni 2023, dari sebelumnya sebesar 306.000 pada Mei lalu. Angka itu juga lebih rendah dari prediksi pasar sebesar 250.000.
Sentimen Pekan DepanSelama pekan depan, ada sejumlah kabar dan rilis data ekonomi makro, baik dalam maupun luar negeri, yang akan menjadi perhatian pelaku pasar.
Pertama, pada Senin (10/7), akan ada rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) RI per Juni yang diproyeksikan akan sedikit turun menjadi 128, dari posisi bulan sebelumnya 128,3.
IKK pada Mei yang mencapai 128,3 tersebut merupakan level tertinggi sejak Mei 2022.
Sebelumnya, berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia (BI) pada Mei 2023, BI mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2023 sebesar 128,3, lebih tinggi dibandingkan dengan 126,1 pada April 2023," papar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (12/6/2023).
Erwin mengatakan menguatnya keyakinan konsumen pada Mei 2023 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat.
Kedua, data penting lainnya yang berguna untuk mengukur pertumbuhan ekonomi RI, yakni penjualan mobil dan motor akan dirilis masing-masing pada Kamis (13/7) dan Jumat (14/7).
Ketiga, beralih ke luar negeri, akan ada rilis data inflasi tahunan China per Juni pada Senin (10/7) yang diperkirakan akan kembali tumbuh 0,2%. Pada Kamis (13/7), Negeri Tirai Bambu tersebut juga akan mempublikasikan neraca dagang per Juni, yang diramal akan naik menjadi US$68 miliar dari periode sebelumnya US$65,81 miliar.
Keempat, ke tanah Amerika Serikat (AS), investor akan menunggu-nunggu data paling 'hot' pekan depan, yakni inflasi per Juni.
Data inflasi harga konsumen (consumer price index/CPI) akan dirilis pada Rabu (12/7) dan inflasi harga produsen (producer price index/PPI) pada Kamis (13/7).
Konsensus ekonom menyebut, CPI tahunan AS per Juni akan turun menjadi 3,1% dari bulan sebelumnya 4%, dan menandai laju tahunan paling lambat sejak Maret 2021.
Setali tiga uang, CPI inti tahunan juga diperkirakan akan melandai ke 5% dari bulan sebelumnya 5,3%.
Sementara PPI, yang merupakan inflasi dari sudut pandang produsen dan grosir, diproyeksikan naik 0,2% bulan lalu, setelah turun 0,3% di Mei.
PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.
Wall Street tentu ingin melihat penurunan lanjutan inflasi demi mengetahui apakah rencana bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pengetatan moneter berhasil atau Jerome Powell cs tetap masih akan hawkish ke depan.
Kelima, dari Britania Raya, akan ada laporan pengangguran per Mei pada Selasa (11/7) dan pertumbuhan ekonomi pada Kamis (13/7).
Keenam, Harga minyak rebound minggu ini tetapi tetap berada di kisaran terdekat, diperdagangkan di sekitar US$70 per barel sejak awal Mei.
Hal ini penting untuk diperhatikan karena komoditas, terutama energi, mewakili biaya input utama untuk bisnis di setiap industri dan biaya yang tidak dapat dihindari bagi sebagian besar konsumen.
Akibatnya, aksi harga minyak pada gilirannya dapat memengaruhi segalanya, mulai dari sentimen konsumen dan bisnis hingga langkah The Fed tentang inflasi.
Rilis data Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan per Juli (pembacaan awal) pada Jumat malam waktu Indonesia, dimulainya (kick off) rilis kinerja kuartal II 2023 perusahaan Wall Street (terutama bank kakap), hingga perkembangan geopolitik AS-China juga akan menjadi penggerak pasar selama pekan depan.
Untuk yang disebut terakhir, pada Minggu (9/7), Menteri Keuangan AS Janet Yellen memberikan nada positif, tetapi pragmatis setelah menyelesaikan kunjungan bilateral ke Beijing yang bertujuan untuk meyakinkan para pejabat China bahwa AS tidak berusaha menahan saingan ekonomi terbesarnya tersebut.
Yellen mengatakan dia memberi tahu China, setiap pembatasan investasi luar negeri AS akan "transparan" dan "ditargetkan dengan sangat sempit."
Yellen bilang, dia "menjelaskan bahwa Amerika Serikat tidak berusaha untuk memisahkan diri dari China," dikutip CNBC International, Minggu (9/7).
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
(fab/fab)
Sentimen: negatif (100%)