Diam-Diam Harga Minyak Merangkak Tinggi Sepekan
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global melonjak pada pekan ini seiring kekhawatiran pasokan dan pembelian teknikal melebihi ketakutan pasar soal kenaikan suku bunga lebih lanjut dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Menurut data Refinitiv, minyak jenis brent ditutup di US$78,47 per barel pada Jumat (7/7), melonjak 4,77% dalam sepekan. Sedangkan, minyak jenis WTI naik 4,56% dalam sepekan ke US$73,86 per barel.
"Kita tengah mengetuk pintu breakout utama ke level atas. Saya pikir Anda melihat beberapa penutupan pendek di sini hari ini [Jumat] ... karena banyak orang bertaruh pada sisi pendek," kata Phil Flynn, seorang analis di Grup Harga Berjangka, dikutip Reuters, Sabtu (8/7).
Setelah dua bulan mengalami konsolidasi harga antara sekitar $73-77, Brent akhirnya menembus wilayah overbought secara teknikal untuk pertama kalinya sejak pertengahan April.
"Reli selama seminggu terakhir ini ... cukup kuat dan didukung oleh momentum - serta pemangkasan baru dari Arab Saudi dan Rusia," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, dilansir Reuters (8/7).
Eksportir minyak utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pengurangan produksi baru minggu ini sehingga total pengurangan oleh OPEC+, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, menjadi sekitar 5 juta barel per hari (bpd), atau sekitar 5% dari permintaan minyak global.
"Pemangkasan produksi OPEC+ diperkirakan akan memperketat pasar, mendorong defisit pasokan pada paruh kedua 2023, mendukung harga minyak yang lebih tinggi," kata analis di perusahaan jasa keuangan AS Morningstar dalam sebuah catatan, dikutip Reuters.
OPEC kemungkinan akan mempertahankan pandangan optimis pada pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun depan, kata sumber yang dekat dengan OPEC kepada Reuters.
Janji terbaru Rusia untuk mengurangi ekspor minyak tidak akan memerlukan pengurangan produksi yang serupa, kata sumber pemerintah kepada Reuters.
Pada Rabu, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa kerja sama minyak Rusia dan Saudi masih kuat sebagai bagian dari aliansi OPEC+, yang akan melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk mendukung pasar.
Harga minyak naik tertinggi dalam dua minggu, tetapi turun 10% sepanjang tahun ini sebagian besar karena kekhawatiran permintaan atas lambatnya pemulihan ekonomi China setelah pencabutan pembatasan pandemi, di atas hambatan ekonomi makro global dan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral.
Prospek permintaan pun masih membebani harga minyak. Aktivitas jasa China berada pada laju paling lambat dalam lima bulan pada bulan Juni, menurut sebuah survei sektor swasta. Melemahnya permintaan membebani momentum pemulihan pasca pandemi.
OPEC sendiri kemungkinan akan mempertahankan pandangan optimis pada pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun depan ketika menerbitkan prospek pertamanya akhir bulan ini. OPEC juga memprediksi perlambatan dari tahun ini tetapi masih merupakan peningkatan di atas rata-rata.
Sementara, stok minyak mentah AS turun sekitar 4,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 30 Juni kemarin, sementara persediaan bensin dan sulingan naik, menurut sebuah sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute. Para analis memperkirakan penurunan persediaan minyak mentah sekitar 1 juta barel.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
-
Harga Minyak Tiba-tiba Melonjak 2% Sehari, Ada Apa Nih?(haa/haa)
Sentimen: negatif (86.5%)