Mandiri Institute mencatat kepemilikan rekening di Indonesia hanya sebesar 52%. Meski mengalami perbaikan, tingkat kepemilikan rekening di Indonesia dinilai masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia maupun di regional ASEAN.

Misalnya dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 98%, Thailand 96%, China 89%, Malaysia 88% dan India 78%. Indonesia sedikit lebih tinggi dibandingkan Filipina yang mencapai 51%.

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengungkapkan angka tersebut mencerminkan masih ada ruang untuk jasa keuangan terus tumbuh.

-

-

"Hal ini dapat dilihat sebagai potensi jasa keuangan untuk terus tumbuh," ujar Teguh dalam keterangannya, Rabu (5/7/2023).

Sepanjang pandemi, kekhawatiran finansial masyarakat Indonesia karena ketidakpastian ekonomi cukup tinggi. Sebesar 71% penduduk Indonesia khawatir mengalami kesulitan keuangan yang parah akibat COVID-19, jauh di atas rata-rata dunia yang hanya sekitar 52%.

Bantuan sosial pemerintah dinilai sangat berperan dalam meredam kekhawatiran ini. "Pemerintah melalui berbagai program bantuan sosial dan juga dukungan lain terkait penanganan COVID-19 sangat berperan dalam mengurangi dampak scarring effect ini," ucap Teguh.

Dari data Mandiri Institute dalam satu dekade terakhir inklusi keuangan di Indonesia meningkat. Kepemilikan akun secara proporsional disebut meningkat hingga 1,6 kali, dari 20% pada 2011 menjadi 52% di 2021.

"Selain akses terhadap tabungan, akses atas kredit juga melonjak setelah pandemi. Semua ini mendorong pula kenaikan indeks inklusi keuangan," kata Yudo.

Kenaikan inklusi keuangan didorong salah satunya oleh faktor penunjang, seperti agen bank. Dalam enam tahun terakhir, agen keuangan digital disebut tumbuh secara signifikan sehingga mendorong kenaikan transaksi digital seperti uang elektronik dan BI QRIS.