Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Apple
Kab/Kota: Sydney, Shanghai
Tokoh Terkait
Saham Asia jatuh setelah bank sentral global bertekad kalahkan inflasi
Antaranews.com Jenis Media: Ekonomi
Jelas, bank sentral mungkin mencoba dan memperlambatnya, tapi itu seperti ketika air pasang surut
Sydney (ANTARA) - Saham Asia jatuh pada Kamis, setelah bank-bank sentral global menegaskan kembali tekad mereka untuk mengalahkan inflasi, memperingatkan bahwa suku bunga mungkin perlu naik lebih lanjut, sementara yen dan yuan berjuang untuk terangkat dari posisi terendah di tengah kegelisahan intervensi.Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,47 persen dengan liburan di Singapura, Indonesia, India dan Malaysia membuat perdagangan lebih tipis.
Di China, indeks saham-saham unggulan CSI300 berakhir turun 0,49 persen, indeks Komposit Shanghai melemah 0,22 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup merosot 1,24 persen. Namun, indeks Nikkei Jepang menghapus kenaikan awal menjadi berakhir naik 0,12 persen.
Yuan di pasar domestik turun ke 7,2491 per dolar, hanya sedikit dari level terendah delapan bulan sehari yang lalu. Yuan terlepas dari penetapan bank sentral yang lebih kuat dari perkiraan, yang dibaca investor sebagai upaya resmi untuk mengendalikan kelemahan mata uang.
"(Bank Sentral China/PBoC) mungkin tidak keberatan mata uang jatuh karena membantu mendukung pertumbuhan ekonomi China, tetapi mereka mungkin tidak ingin jatuh terlalu cepat karena itu terlihat seperti kepanikan," kata Shane Oliver, kepala ekonom di AMP di Sydney.
"Jelas, bank sentral mungkin mencoba dan memperlambatnya, tapi itu seperti ketika air pasang surut, mereka seperti melawan air pasang yang jatuh."
Semalam, saham AS sebagian besar datar. Nasdaq berhasil mendapatkan keuntungan kecil dengan dukungan dari saham teknologi, dengan Apple ditutup pada rekor tertinggi, sementara Dow ditutup sedikit lebih rendah.
Pada Rabu (28/6/2023), Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan tidak mengesampingkan kenaikan Juli. Khususnya, dia mengatakan dia tidak melihat inflasi mereda ke target 2,0 persen hingga 2025.
"Jadi tidak terlalu mengejutkan di sana, yang menjelaskan mengapa pasar saham tidak benar-benar jatuh sebanyak itu, meskipun ada pesan hawkish," kata Oliver.
Memang, imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun ditutup pada 4,722 persen setelah sempat melonjak menjadi 4,778 persen, karena pasar obligasi terus meragukan hawkishness Fed dari dua kenaikan lagi. Mereka naik 2 basis poin menjadi 4,7451 persen pada Kamis.
Pasar berjangka memperkirakan sekitar 80 persen peluang Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juli, sebelum mempertahankan suku bunga stabil untuk sisa tahun ini.
Di sisi lain, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga zona euro yang kesembilan berturut-turut pada Juli. Pasar telah memperkirakan dua kenaikan suku bunga lagi dari ECB tahun ini.
Sebaliknya, Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Kazuo Ueda menegaskan kembali bahwa "masih ada jarak yang harus ditempuh" dalam mencapai inflasi 2,0 persen secara berkelanjutan, kondisi yang telah ditetapkan BoJ untuk mempertimbangkan jalan keluar dari stimulus yang sangat longgar.
Sikap kebijakan dovish BoJ telah merusak yen, yang turun 0,1 persen pada Kamis menjadi 144,56 per dolar, hanya sedikit dari level terendah delapan bulan di 144,62 yang tercapai semalam.
Pasar berada di ambang intervensi dari otoritas Jepang, setelah meningkatnya peringatan lisan dari pejabat pemerintah minggu ini bahwa penurunan yen mungkin terlalu cepat.
Investor sekarang menunggu indeks PCE AS pada Jumat (30/6/2023), pengukur inflasi yang disukai Fed. Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi inti menjadi 4,7 persen pada basis tahun-ke-tahun, masih jauh di atas target Fed 2,0 persen.
"Pasar tampaknya terjebak dalam pola bertahan, menyaksikan dengan kagum ketidakkonsistenan antara sentimen risiko, kurva imbal hasil, kejutan data, dan inflasi," kata Mark McCormick, kepala strategi FX dan EM global di TD Securities.
"Untuk AS, disinflasi adalah pendorong utama dan mengirimkan isyarat semester kedua terarah terkuat untuk dolar: berombak tetapi lebih rendah."
Yuan dan yen yang lemah telah mengangkat greenback secara lebih luas, dengan dolar AS naik 0,2 persen terhadap sekeranjang mata uang utama pada Kamis. Dolar telah jatuh 0,5 persen pada paruh pertama tahun ini setelah mencapai tertinggi satu dekade tahun lalu.
. Saham Asia dibuka turun, yen dan yuan melayang dekat palung 8-bulan
. Saham Asia dibuka hati-hati, penurunan yen picu risiko intervensi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2023
Sentimen: negatif (97%)