Malaysia Darurat Penipuan Keuangan, Bank Sentral Turun Tangan
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Bank Sentral Malaysia alias Bank Negara Malaysia turun tangan menyelesaikan kasus penipuan keuangan di Negeri Jiran tersebut. Tren penipuan keuangan di Malaysia menanjak drastis sejak 2019.
Hal itu dijelaskan oleh Inspektur Jenderal Polisi Acryl Sani Abdullah Sani. Melansir Channel News Asia, total 13.703 kasus penipuan dilaporkan pada 2019 dengan kerugian mencapai RM539 juta (sekitar Rp1,7 triliun).
Kasus penipuan tersebut meningkat pada tahun berikutnya yang mencapai 17.227 kasus dengan kerugian RM511,2 juta (sekitar Rp1,68 triliun).
Sementara pada 2021, angka penipuan tersebut semakin meningkat mencapai 20.701 kasus dan kerugian sebesar RM560,8 juta (Rp1,8 triliun).
Khusus pada Januari hingga Juli 2022, tercatat ada lebih dari 12.000 kasus penipuan yang dilaporkan dengan kerugian lebih dari RM400 juta (Rp1,3 triliun).
Kasus-kasus tersebut melibatkan penipuan penjualan online, penipuan perdagangan online, penipuan dari Afrika, penipuan dari Makau, penipuan kompromi email bisnis, pinjaman palsu, termasuk penipuan SMS.
Merespons hal tersebut, Gubernur Bank Negara Malaysia (BNM) Nor Shamsiah Mohd turun tangan dengan memberikan instruksi untuk memberlakukan kontrol ketat dalam tiap transaksi perbankan.
Langkah-langkah tersebut mengharuskan bank untuk bermigrasi dari SMS kata sandi satu kali ke bentuk autentikasi yang lebih aman untuk setiap kegiatan online banking.
Namun, nasabah akan dibatasi pada satu perangkat seluler saja untuk autentikasi dan bank diharuskan menyiapkan hotline khusus bagi pelanggan untuk melaporkan insiden atau indikasi penipuan keuangan.
"Kontrol keamanan yang lebih ketat sedang dilakukan untuk mencegah upaya penjahat menipu konsumen," kata Nor Shamsiah Mohd, dikutip pada Senin (26/9).
Selain itu, Nor Shamsiah menjelaskan bahwa bank akan diminta untuk lebih memperketat fitur deteksi penipuan dengan segera memperingatkan pelanggan ketika ada aktivitas penipuan terdeteksi di rekening nasabah, serta bisa langsung memblokir transaksi tersebut.
Meski begitu, Nor Shamsiah sadar bahwa langkah-langkah tersebut bakal menimbulkan gesekan atau ketidaknyamanan bagi nasabah dalam aktivitas perbankan online. Namun, ia memastikan bahwa intervensi ini diperlukan untuk mengatasi maraknya penipuan.
"Misalnya, transaksi perbankan online mungkin butuh waktu lebih lama untuk diproses. Lembaga keuangan juga akan melakukan lebih banyak pemeriksaan ketika nasabah meminta untuk mengubah atau mendaftarkan nomor telepon baru," tutur Nor Shamsiah.
"Namun, jangan salah, meski langkah-langkah ini menimbulkan ketidaknyamanan, hal itu penting untuk melindungi kepentingan pelanggan," terang dia.
Nor Shamsiah menambahkan bahwa BNM akan terus menginformasikan publik perihal informasi terkait penipuan terbaru melalui halaman Facebook khusus, Amaran Penipuan (Scam Warnings).
Sebenarnya, ada masalah lain yang mendera Negeri Jiran tersebut selain penipuan keuangan. Akhir-akhir ini, ada laporan dari warga Malaysia yang terjerat penipuan pekerjaan di luar negeri.
Mereka ditipu oleh tawaran pekerjaan yang menggiurkan di negara-negara, seperti Kamboja dan Thailand. Warga Malaysia yang tergiur itu dibawa secara ilegal, lalu dokumen perjalanan mereka dilucuti dan dipaksa untuk menipu orang lain.
Data terbaru pada Senin (19/9), Kementerian Luar Negeri Malaysia atau Wisma Putra merinci sudah ada 143 korban warga negara mereka yang berhasil diselamatkan dari Kamboja, 16 dari Thailand, 27 dari Laos, dan 5 dari Myanmar.
[-]
(skt/bir)Sentimen: negatif (100%)