ATSI Curhat Masalah Industri Seluler Indonesia, Topang Ekonomi Digital tapi Bisnis Merana
Liputan6.com Jenis Media: Tekno
Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Merza Fachys mengungkapkan deretan masalah yang dihadapi oleh perusahaan telekomunikasi di Indonesia.
Merza memulainya dengan cerita tentang awal kebangkitan industri seluler di Tanah Air. Di mana sekitar tahun 1995, teknologi komunikasi seluler mulai hadir di Indonesia dan mulai bangkit di tahun-tahun selanjutnya.
Namun berbeda dengan layanan seluler di negara-negara lain yang lebih banyak memakai layanan pascabayar atau postpaid, di Indonesia, konsumen seluler justru lebih memilih prepaid alias prabayar.
"Berbeda dengan di negara-negara lain, prepaid lebih dikenal, karena orang-orang di negara ini lebih senang bayar lebih dahulu baru memakai layanan seluler ketimbang yang pakai dulu baru bayar (pascabayar). Dari situlah, area layanan seluler prabayar menggerakkan sektor UMKM," kata Merza dalam acara Seluler Awards, Senin (26/6/2023).
Ia pun bercerita bagaimana layanan seluler menjadi enabler bagi berbagai hal. "Industri seluler membuat sektor dan bisnis baru terus berkembang, termasuk platform digital yang kini jadi tulang punggung ekonomi digital," tutur dia.
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Smartfren ini mengutip survei APJII, di mana saat ini sebanyak 215,6 juta masyarakat Indonesia menjadi pengguna internet.
Angka ini setara dengan 78,2 persen dari penduduk Indonesia. Selain itu, persentase pengguna internet Indonesia lebih besar ketimbang rata-rata pengguna internet di Asia yang baru mencapai 73 persen dari populasi per negaranya.
Masih mengutip data APJII, Merza bilang, dari keseluruhan pengguna internet Indonesia, 98 persennya mengakses internet melalui smartphone.
"Ini menghidupkan 353 juta nomor seluler aktif, 94 persen entitas pelaku usaha di Indonesia telah berbisnis menggunakan internet dan hanya 6 persen yang tidak berbisnis menggunakan internet, yang rata-rata adalah sektor UMKM," kata Merza.
Sentimen: netral (64%)