Heboh Putin Mau Dikudeta, Investor Siap-siap Kabur
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta -
Pasukan tentara bayaran Wagner Group mulai meninggalkan Rusia pada Sabtu (24/6) usai mencoba melakukan pemberontakan. Gejolak ini dianggap bisa memicu volatilitas pasar.
Beragam reaksi dari investor dan analis muncul usai Wagner sempat memberontak atas kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin. Padahal kelompok itu sebelumnya dikenal loyal terhadap orang nomor satu di Kremlin tersebut.
"Pasar biasanya tidak merespons dengan baik peristiwa yang sedang berlangsung dan tidak pasti, terutama yang berkaitan dengan Putin dan Rusia. Pasar akan berhati-hati dan waspada dalam beberapa hari mendatang," kata Chief Global Strategist LPL Financial Quincy Krosby dikutip dari Reuters, Minggu (25/6/2023).
Head of US Rates Strategy di TD Securities New York, Gennadiy Goldberg mengatakan dampak terhadap pasar keuangan masih perlu melihat situasi dalam 1-2 hari ke depan. Jika kondisi semakin tidak pasti, investor pasar keuangan bisa berduyun-duyun menempatkan aset di tempat lain karena tak ingin mengambil risiko.
"Jika masih ada ketidakpastian tentang kepemimpinan di Rusia, investor dapat berduyun-duyun ke tempat yang aman. Saya menduga meskipun tampaknya tantangan kepemimpinan di Rusia telah berkurang, investor mungkin tetap gelisah tentang ketidakstabilan berikutnya dan tetap berhati-hati," ucapnya.
Sementara Ketua Strategi Pasar The Colony Group, Rich Steinberg menilai pasar akan menganggap ini sebagai risiko geopolitik lainnya. Meski begitu, aset safe haven diprediksi tidak akan terpengaruh.
"Situasi yang lebih tenang setidaknya menang untuk saat ini. Ini adalah situasi yang berubah-ubah, tetapi saya berpikir bahwa panasnya telah dimatikan oleh Putin," imbuhnya.
Secara teori harga emas seharusnya mendapat keuntungan dari pelarian investor ke tempat yang aman. Tetapi dalam praktiknya, dolar yang menguat dinilai dapat menghambatnya.
"Ini adalah peristiwa yang benar-benar mengarah pada kejutan awal dan lari ke tempat yang aman. Langkah pertama kemungkinan adalah lonjakan harga obligasi pemerintah (yield lebih rendah) dan US$," ujar Ketua Strategi di Interactive Brokers, Steve Sosnick.
(aid/rrd)
Sentimen: positif (66.7%)